Thursday, November 3, 2016

10 Game Mega Drive/Genesis Terbaik Versi Saya

(sumber gambar: dailystar.co.uk)
Sahabat gamer yang besar di tahun 90-an pasti sudah akrab dengan nama Sega. Ya, nama perusahaan ini memang menjadi personifikasi video game kala itu di samping Nintendo. Adapun yang menjadikan nama mereka dikenal adalah konsol 16-bit buatan mereka yang bernama Sega Mega Drive atau Sega Genesis. Dirilis tahun 1988, konsol yang meneruskan Sega Master System ini memulai era baru persaingan konsol video game berkat strategi yang terbilang berani.

Sebagaimana Nintendo untuk NES, para gamer Indonesia kala itu secara sederhana menyebut konsol ini dengan nama 'Sega' saja. Sementara di Eropa dan Amerika, konsol ini memiliki nama yang berbeda, Ya, perbedaan nama ini memang cukup merepotkan, di mana para gamer Eropa dan Jepang menyebut konsol ini dengan nama Mega Drive sementara gamer Amerika menyebutnya dengan nama Genesis. Agar lebih singkat dan tidak bingung, dalam artikel ini saya akan menyebutnya Mega Drive, karena nama itulah yang saya kenal saat saya masih kecil dulu, sekalipun nama Genesis yang lebih populer. Tapi untuk tag artikel ini, saya menggunakan kata 'genesis'.

Hasrat Berjualan Kopi Sehat di Dunia Maya

(sumber gambar: genesistransformation.com)
Halo sahabat gamer di manapun berada, saya Gamer Jalanan, kali ini saya ingin menceritakan salah satu impian saya yang Insya Allah akan saya wujudkan dalam waktu dekat. Impian tersebut adalah memiliki bisnis sendiri, dalam hal ini berdagang. Keinginan untuk memiliki usaha saya sendiri sebenarnya sudah muncul sejak lama, sejak saya masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Akan tetapi saat itu saya masih belum tahu jenis bisnis seperti apa yang ingin saya geluti. Saya masih belum tahu mau menjual jenis barang atau jasa seperti apa.

Karena belum memiliki pandangan yang jelas itulah sehingga keinginan berwiraswasta mandiri tersebut pun menjadi terlupakan. Kesibukan saya bekerja sebagai karyawan membuat saya tidak sempat memikirkan peluang-peluang bisnis yang bisa saya lakukan. Selain itu, saya juga belum memiliki modal yang cukup untuk memulai usaha. Hingga kemudian seiring perjalanan waktu, keinginan berwiraswasta kembali muncul setelah beberapa kali saya bertemu para pengusaha sukses yang menjadi narasumber saya. Pekerjaan sebagai wartawan memang menuntut saya bertemu banyak orang, termasuk para pengusaha.

Thursday, October 27, 2016

Mesin Game Impian Itu Bernama Nintendo Switch

Nintendo Switch
Halo Sahabat Gamer, saya Gamer Jalanan, bulan ini adalah bulan yang menyenangkan buat saya, semuanya gara-gara video pengumuman konsol terbaru Nintendo, Nintendo Switch. Walau hanya berdurasi tiga menitan, namun video ini cukup untuk membuat saya terpesona menyaksikan tampilan awal dari konsol yang sebelumnya diberi nama kode NX ini. Yang membuat saya terpana adalah konsep yang dihadirkan Switch, yang merupakan hibrida alias perpaduan antara konsol game rumahan/home console dengan konsol handheld portabel.

Agak rumit mendeskripsikan konsep Nintendo Switch, sederhananya konsol ini bisa dimainkan di televisi dan juga bisa dimainkan secara portabel dimanapun. Piranti utamanya berbentuk menyerupai tablet dengan kontroler yang menempel di kanan kirinya. Kedua kontroler yang disebut Joy-Con ini bisa dilepas untuk dimainkan dengan tablet diberdirikan seperti pigura ala netbook, sekaligus memungkinkan permainan dua orang. Untuk memainkannya di televisi, tinggal menyambungkan tabletnya ke piranti yang disebut Dock.

Saturday, October 22, 2016

‘The New Tetris’, Menata Balok Membangun Keajaiban

Halo sahabat gamer? Pasti tidak asing dengan kata Tetris bukan? Memang ya game puzzle kasual ini begitu dikenal di seluruh dunia, berkat permainannya yang begitu sederhana namun sangat adiktif. Berkat kepopulerannya, serial buatan programmer Rusia Alexey Pajhitnov yang pertama kali dirilis tahun 1984 ini pun hadir dalam  berbagai bentuk di berbagai jenis komputer dan konsol video game bahkan sampai saat ini. Nah, dalam ulasan klasik kali ini saya Gamer Jalanan membahas salah satu bentuk game Tetris yang rilis di tahun 1999 untuk konsol Nintendo 64 (N64), yang berjudul ‘The New Tetris’.

Meski hadir dalam berbagai bentuk iterasi, namun tidak semuanya mencatatkan prestasi baik dari segi kritik maupun penjualan. Karena Tetris bagaimanapun tetaplah Tetris, yang perlu dilakukan hanyalah mengubah-ubah bentuk balok-balok yang disebut Tetromino, untuk kemudian dijatuhkan demi menghasilkan garis. Sesederhana itu. Sehingga para gamer tentu berpikir ulang untuk membeli sebuah game Tetris terbaru bilamana gameplay yang dimiliki ternyata sama saja dengan yang sudah-sudah. Dalam hal ini, mesti ada inovasi dan variasi baru dalam iterasi terbaru Tetris untuk bisa mendapatkan perhatian para gamer.

Saturday, October 15, 2016

10 Game Bertema Ninja Terbaik Versi Saya

(sumber gambar: wallpapercave.com)
Halo sahabat gamer. Satu jam bermain game ‘Ninja Gaiden 3: Razor’s Edge’ membawa nostalgia saya pada game-game bertema ninja yang pernah saya mainkan. Cukup banyak game-game jenis ini yang telah saya mainkan di sepanjang petualangan video game saya, karena memang kata ‘ninja’ adalah salah satu favorit saya di masa kanak-kanak dulu. Ah, bukan, bahkan sekarang pun kata ini masih tetap menarik perhatian, walaupun tidak seantusias dulu. Buat saya ninja adalah profesi yang keren, yang saya kagumi berkat keahlian bela diri, spionase, senjata, jurus, dan rahasia yang mereka miliki.

Karenanya mumpung nostalgia saya kembali ke masa-masa itu setelah memainkan Razor’s Edge, pada daftar terbaik bulan ini saya menampilkan daftar 10 game bertema ninja terbaik versi saya, Gamer Jalanan. Kriterianya adalah semua game yang fokus utamanya adalah tentang ninja beserta elemen-elemennya, sekalipun tidak memiliki kata ‘ninja’ dalam judulnya. Jadi game-game Fighting seperti Mortal Kombat dan Killer Instinct tidak masuk dalam kriteria ini meskipun salah satu karakternya ada yang berprofesi sebagai ninja. 

Satu Jam Bermain 'Ninja Gaiden 3: Razor’s Edge'

(sumber gambar: giantbomb.com)
Satu jam tidaklah cukup untuk bermain video game. Apalagi video game zaman sekarang memiliki rentang waktu permainan hingga berjam-jam dengan tingkat kesulitan yang memaksa kalian memainkannya berulang-ulang. Tapi satu jam terbilang cukup untuk memberikan kesan kepada gamer mengenai tampilan game tersebut, dari segi visual, audio, dan gameplay. Dan bagi saya, Gamer Jalanan, satu jam sudah cukup untuk mengetahui bagaimana keseluruhan permainan bakal berjalan, dan cukup waktu untuk menentukan melanjutkan permainan atau menghentikannya.

Video game selalu memberikan tantangan berkat tingkat kesulitan yang dihadirkannya. Di antaranya ada yang mudah ditaklukkan, ada yang sedang-sedang saja, ada juga yang sangat sulit untuk dimenangkan. Kali ini saya akan membahas yang terakhir, yaitu salah satu serial game paling sulit yang pernah dibuat: Ninja Gaiden. Saya mengenal Ninja Gaiden pertama kali di era NES 8-bit, lewat trilogi gamenya yang menurut saya merupakan salah satu trilogi video game terbaik. Serial game side-scrolling action platformer ini menantang saya hingga ke level tertinggi, yang sanggup membuat frustrasi.

Saturday, September 24, 2016

Ada Apa dengan Metal Gear dan Resident Evil?

(sumber gambar: arstechnica.net)
Halo sahabat gamer, kali ini saya, Gamer Jalanan, ingin mengutarakan kekecewaan saya setelah menyaksikan dua video demo game di Tokyo Game Show 2016. Dua game tersebut adalah seri terbaru dari dua franchise populer yang bisa dibilang perintis dalam genrenya, ‘Metal Gear’ yang dikenal mempelopori genre stealth-action dan ‘Resident Evil’ yang mempopulerkan genre survival horror. Sebagai kelanjutan dari dua seri kenamaan, tentunya saya antusias dan penasaran bakal seperti apa game-game terbarunya. Namun kenyataannya, saya malah jadi kecewa dengan arah yang digunakan pada kedua game baru yang rencananya dirilis 2017 tersebut.

Dua game tersebut adalah ‘Metal Gear Survive’ buatan Konami dan ‘Resident Evil VII: Biohazard’ buatan Capcom. Dari judulnya terlihat menjanjikan, sayangnya ketika saya menyaksikan video demonya, kekecewaan pun muncul. Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya kecewa? Well, buat kalian yang mengikuti kedua serial ini pasti paham benar lah apa yang membuat saya kecewa. Meski mengusung nama-nama serial besar, nyatanya keduanya melenceng dari konsep awal yang lekat dengan dua serial ini. Sekalipun elemen permainannya masih ada dalam dua game anyar yang belum dirilis ini, nyatanya keduanya bukanlah game yang saya kenal dulu.

Saturday, September 17, 2016

Satu Jam Bermain ‘God of War III’

(sumber gambar: all4desktop.com)
Satu jam tidaklah cukup untuk bermain video game. Apalagi video game zaman sekarang memiliki rentang waktu permainan hingga berjam-jam dengan tingkat kesulitan yang memaksa kalian memainkannya berulang-ulang. Tapi satu jam terbilang cukup untuk memberikan kesan kepada gamer mengenai tampilan game tersebut, dari segi visual, audio, dan gameplay. Dan bagi saya, Gamer Jalanan, satu jam sudah cukup untuk mengetahui bagaimana keseluruhan permainan bakal berjalan, dan cukup waktu untuk menentukan melanjutkan permainan atau menghentikannya.

Pada episode kali ini saya Gamer Jalanan mengajak sahabat gamer memainkan game hack-and-slash yang sudah tidak asing lagi bagi para pemilik konsol PlayStation, God of War. Kali ini saya memainkan seri pemungkasnya, God of War III yang rilis di konsol PlayStation 3 (PS3) tahun 2010. Sebagai game yang dikembangkan oleh studio internal Sony Computer Entertainment (SCE) yaitu Santa Monica Studio, game ini tahu benar bagaimana memanfaatkan kemampuan dari konsol rumahan ketiga milik Sony ini dengan maksimal.

Thursday, September 8, 2016

10 Game TurboGrafx-16 Terbaik Versi Saya

(sumber gambar: gamewarior.com)
Halo Sahabat Gamer, saya Gamer Jalanan, kalian pasti bertanya-tanya kala membaca judul artikel ini. Turbografx-16? Apaan tuh? Well, sangat wajar bila kalian tidak tahu apa itu TurboGrafx-16 atau disingkat TG-16. Karena berdasarkan pengetahuan Gamer Jalanan, konsol game ini memang tidak dirilis di Indonesia. Jangankan di Indonesia, di Amerika Serikat saja sistem ini juga jarang dikenal. Walaupun fakta menunjukkan PC-Engine, versi Jepang dari TG-16 terbilang sukses dan populer di negeri matahari terbit tersebut.

Jadi jelas ya kalau saya perlu menjelaskan apa itu TG-16. TurboGrafx-16 Entertainment SuperSystem adalah konsol game 16-bit yang merupakan hasil kolaborasi NEC Home Electronics dan Hudson Soft. Konsol ini disebut-sebut menjadi konsol rumahan pertama yang mengusung grafis 16-bit, yang awalnya ditujukan untuk menyaingi konsol Nintendo Entertainment System (NES) dari Nintendo yang begitu populer di dunia kala itu, memulai industri video game generasi keempat.

Thursday, September 1, 2016

‘Mighty Final Fight’, Trio Jagoan Mini Bersihkan Kota

(sumber gambar: thepunkeffect.com)
Halo sahabat gamer, saya Gamer Jalanan, terkadang versi mini atau spin-off dari sebuah video game ternama malahan jauh meninggalkan kesan ketimbang game aslinya. Kira-kira seperti itulah saya mendefiniskan game beat’em up di konsol NES ini. Meski tampil dengan kualitas grafis dan gameplay yang kalah jauh dibandingkan ‘Final Fight’, tapi toh tidak membuat ‘Mighty Final Fight’ menjadi game ala kadarnya. Justru buat saya, game ini terasa lebih mengasyikkan ketimbang Final Fight yang seperti game beat’em up lainnya, terasa begitu monoton.

Might Final Fight dirilis tahun 1993 oleh Capcom untuk konsol 8-bit Nintendo Entertainment System (NES). Bila melihat tahun perilisannya, jelas sekali kalau game ini dirilis di kala NES sudah kehilangan pamornya, kalah dibandingkan saudaranya Super Nintendo Entertainment System (SNES) dan bintang baru Sega Mega Drive / Genesis, yang keduanya sama-sama hadir dengan kekuatan 16-bit. Jadi jangan heran bila game ini jarang dikenal di kalangan gamer retro internasional, di mana saya sering menemukan komentar-komentrar di blog retro maupun di YouTube yang menyatakan baru tahu ada game seperti ini.

Friday, August 26, 2016

Ketika Pokemon Artinya ‘Aku Yahudi’

(sumber gambar: twitter)
Halo Sahabat Gamer, saya Gamer Jalanan, dalam catatan bulan ini saya akan kembali membahas tentang serial Pokemon. Sebenarnya saya tidak berencana menulis tentang Pokemon, karena sudah sering saya menulis tentang serial ini di blog saya, di antaranya tentang kisah petualangan saya di ‘Dunia Pokemon’, 5 Game Pokemon Terbaik versi Saya, dan yang terakhir yaitu Bicara tentang Fenomena ‘Pokemon GO’. Tapi situasi yang ada tampaknya memaksa saya untuk kembali menulis tentang franchise game menangkap monster ini.

Baiklah, ceritanya sekitar satu bulan yang lalu saya bertemu dengan sahabat lama saya di acara pertemuan HPAI. Saat itu sedang booming ‘Pokemon GO’ di Indonesia, dan saya iseng bertanya, “Hei Bro, sudah main Pokemon GO belum?” Sahabat saya itu lantas menjawab dia sudah mencobanya, tapi dia memutuskan berhenti memainkannya. Saya yang penasaran pun bertanya kenapa berhenti memainkan Pokemon GO. Dengan polos dia menjawab kalau dia berhenti bermain Pokemon GO karena Pokemon punya arti ‘Aku Yahudi’. Wait... What?!

Saturday, August 20, 2016

‘Parasite Eve’, Action RPG Horor Sinematik Berbumbu Biologi

(sumber gambar: primaleyes.com)
Halo sahabat gamer, salam gamer dari saya, Gamer Jalanan. Sahabat gamer, apa jadinya bila tubuh kita memberontak dan mengambil alih kesadaran kita, lantas berencana menguasai dunia? Pasti sangat mengerikan bukan? Itulah kira-kira premis yang diusung game hibrida bergenre survival horror action-RPG berjudul Parasite Eve. Kalian para gamer yang eksis di era PlayStation One (PS1) pasti tidak asing dengan judul ini. Tidak heran ya mengingat game ini memiliki gameplay yang unik dan jalinan cerita yang begitu kompleks.

Dirilis tahun 1998 oleh developer kenamaan yang dikenal banyak menelurkan game-game RPG populer yaitu Square Soft (sekarang Square Enix), Parasite Eve mengejutkan banyak gamer PS1 berkat elemen sinematiknya yang begitu kuat. Survival Horror adalah genre yang mulai meroket di masa itu, dan Parasite Eve hadir memberikan nuansa baru dengan gameplay yang unik, perpaduan action dan RPG yang herannya bisa berjalan dengan begitu baik.

Monday, August 15, 2016

Satu Jam Bermain 'Dragon Ball Z: Battle of Z'

(sumber gambar: flutterbutter.wikia.com)
Satu jam tidaklah cukup untuk bermain video game. Apalagi video game zaman sekarang memiliki rentang waktu permainan hingga berjam-jam dengan tingkat kesulitan yang memaksa kalian memainkannya berulang-ulang. Tapi satu jam terbilang cukup untuk memberikan kesan kepada gamer mengenai tampilan game tersebut, dari segi visual, audio, dan gameplay. Dan bagi saya, Gamer Jalanan, satu jam sudah cukup untuk mengetahui bagaimana keseluruhan permainan bakal berjalan, dan cukup waktu untuk menentukan melanjutkan permainan atau menghentikannya.

Setelah sebelumnya mengulas game 'Dragon Ball: Advanced Adventure', kali ini saya kembali mengajak sahabat gamer memainkan game Dragon Ball. Bedanya game kali ini dirilis di konsol generasi terkini PlayStation 3 (PS3), dengan judul gamenya yaitu ‘Dragon Ball Z: Battle of Z’ yang diriis tahun 2014 oleh Bandai Namco Games. Seperti yang sudah banyak diketahui, game-game Dragon Ball mayoritas bergenre fighting, dan Battle of Z termasuk di antaranya. Bedanya Battle of Z memiliki elemen beat’em ups dalam mode single-player. Mode inilah yang saya bahas dalam momen satu jam bermain kali ini.

Tuesday, August 9, 2016

'Tengen Tetris' Vs. 'Nintendo Tetris'

Tengen Tetris (kiri) Vs. Nintendo Tetris (kanan)
Apa kabar sahabat gamer? Saya Gamer Jalanan, pada kesempatan ini saya kembali menyajikan rubrik ‘Arena Versus’. Seperti judulnya, dalam rubrik ini saya mempertemukan dua entitas video game, entah itu video game atau konsol video game yang memiliki banyak kesamaan, namun juga memiliki perbedaan tertentu yang menjadikan salah satunya lebih unggul dibandingkan yang lain. Dan pada edisi kedua rubrik ini, saya tertarik mempertemukan dua game Tetris di era 8-bit yang kini bisa disebut sebagai sebuah game klasik.

Sebelumnya saya ingin menjelaskan mekanisme pembandingan dalam Arena Versus Gamer Jalanan ini. Pertama-tama saya akan menjelaskan informasi singkat mengenai kedua game yang dipertemukan tersebut. Kedua, saya akan mengulas persamaan-persamaan dan juga perbedaan-perbedaan di antara keduanya yang membuatnya layak untuk dibandingkan. Dan ketiga, barulah saya mengulas satu persatu keunggulan dan kelemahan dua entitas game itu masing-masing, dengan berdasarkan lima kategori penilaian yang pemilihannya bergantung dari aspek-aspek perbedaan signifikan yang membuat keduanya pantas bersaing.

Friday, July 29, 2016

5 Game 'The Legend of Zelda' Terbaik Versi Saya

(sumber gambar: official art)
Halo Sahabat Gamer, saya Gamer Jalanan, seperti yang sudah saya katakan di ulasan Darkwing Duck sebelumnya, bulan Juli ini adalah bulan kelahiran saya. Karenanya dalam daftar terbaik kali ini saya, Gamer Jalanan, ingin menampilkan daftar game terbaik dari salah satu serial game terbaik favorit saya. Bila sebelumnya saya menampilkan daftar 5 game Pokemon terbaik versi saya, yang menjadi artikel Gamer Jalanan paling banyak dibaca sampai saat ini, maka di kesempatan ini saya akan menampilkan daftar game terbaik dari serial game favorit saya lainnya, The Legend of Zelda.

Bagi yang belum tahu, The Legend of Zelda adalah serial game action-adventure dengan elemen penjelajahan yang kuat, dan termasuk pelopor dalam genre ini. Saya pikir saat ini adalah saat yang tepat untuk menulis artikel game terbaik dari serial The Legend of Zelda, atau biar singkatnya kita sebut Zelda saja. Kenapa saya bilang saat yang tepat? Pertama karena di tahun 2016 ini Zelda merayakan hari jadinya yang ke-30 tahun, di mana tiga dekade lalu game pertamanya, The Legend of Zelda dirilis untuk konsol Nintendo Entertainment System (NES) dan menjadi hit. Alasan kedua adalah karena di tahun ini diumumkan judul resmi game terbaru Zelda yang direncanakan rilis tahun 2017 mendatang yaitu The Legend of Zelda: Breath of the Wild.

Thursday, July 28, 2016

Satu Jam Bermain ‘Call of Duty: Ghosts’

(sumber gambar: megaman-central.com)
Satu jam tidaklah cukup untuk bermain video game. Apalagi video game zaman sekarang memiliki rentang waktu permainan hingga berjam-jam dengan tingkat kesulitan yang memaksa kalian memainkannya berulang-ulang. Tapi satu jam terbilang cukup untuk memberikan kesan kepada gamer mengenai tampilan game tersebut, dari segi visual, audio, dan gameplay. Dan bagi saya, Gamer Jalanan, satu jam sudah cukup untuk mengetahui bagaimana keseluruhan permainan bakal berjalan, dan cukup waktu untuk menentukan melanjutkan permainan atau menghentikannya.

Pada kesempatan ini saya, Gamer Jalanan, mengajak kalian memainkan game first-person shooter (FPS) populer, Call of Duty (COD) di konsol PlayStation 3 (PS3). Adapun seri yang saya mainkan kali ini adalah ‘Call of Duty: Ghosts’, seri ke-10 dalam kronologi Call of Duty, dan merupakan game Call of Duty keenam yang dikembangkan oleh Infinity Ward, dengan Activision tentu saja menjadi penerbitnya. Ini adalah kali pertama saya memainkan kembali game COD setelah satu dekade lebih tidak memainkan serial game FPS paling populer ini. Sebelumnya, kira-kira di tahun 2006 atau 2007, saya lupa tahun persisnya, saya sempat memainkan game ‘Call of Duty 4: Modern Warfare’, yang menurut saya dan kebanyakan gamer FPS lainnya merupakan seri terbaik dari game COD.

Monday, July 18, 2016

‘Darkwing Duck’, Bergelantungan Memberantas Kejahatan

(sumber gambar: official art)
Halo sahabat gamer! Saya Gamer Jalanan, hari ini adalah hari ulang tahun saya yang ke-28 tahun, dan saya akan mengulas sebuah game yang cukup berkesan dalam hidup saya, Darkwing Duck di konsol Nintendo Entertainment System (NES). Game ini adalah adaptasi dari serial animasi Disney berjudul sama yang pernah populer di era 90-an, dulu tayang di Club Disney Indonesia. Serial animasi Darkwing Duck adalah serial animasi favorit saya, maka jangan heran bila versi gamenya membuat saya begitu tertarik.

Sama seperti game Jurassic Park, game Darkwing Duck ini juga saya dapatkan dari kakak ipar saya yang dulu masih berstatus kekasih kakak saya. Dibuat oleh Capcom di tahun 1992, di penghujung era NES, game bergenre action-platformer ini begitu terasa familiar bagi saya. Apalagi kualitas game ini juga terbilang baik secara audio-visual, gameplay, plot, maupun elemen adaptasinya, membuat saya merasa game ini adalah pengejewantahan terbaik serial Darkwing Duck dalam bentuk video game. Tanpa banyak bicara lagi, langsung saja saya ulas game ini... Let’s get dangerous!

Bicara tentang Fenomena Pokemon GO

(sumber gambar: squarespace.com)
Halo sahabat gamer, saya Gamer Jalanan, dalam ruang opini kali ini akan membahas tentang fenomena game mobile Pokemon GO yang berkonsep augmented reality (AR). Game ini sebagaimana yang sudah saya duga sebelumnya, telah sukses menjadi sebuah fenomena baru dalam pengalaman game mobile. Buktinya adalah game ini telah diunduh hingga angka yang fenomenal, mengalahkan aplikasi populer semacam Twitter dan Instagram. Tentu ada sesuatu yang menarik dalam aplikasi permainan ini dan saya, Gamer Jalanan akan mengulasnya selengkap yang saya bisa untuk sahabat gamer di mana pun berada.

Sahabat gamer, saya Gamer Jalanan, tampaknya tak perlu menjelaskan lagi mengenai aplikasi game teranyar dari franchise Pokemon yang populer ini. Karena saya yakin kalian pasti sudah tahu bahkan sudah memainkan aplikasi buatan Niantic yang merupakan penerus spiritual dari game mereka sebelumnya, Ingress. Well intinya dalam game ini kalian menggunakan fitur kamera di ponsel kalian untuk melihat Pokemon di lingkungan sekitar kalian, menangkapnya, dan menggunakannya untuk bertarung Pokemon. Dengan teknologi berbasis AR dan GPS, Pokemon hadir secara digital di sekitar kita dan kita bisa merasakan serunya berburu Pokemon di dunia nyata!

Tuesday, June 28, 2016

Satu Jam Bermain 'Assassin's Creed III'

(sumber gambar: gamescracker.org)
Satu jam tidaklah cukup untuk bermain video game. Apalagi video game zaman sekarang memiliki rentang waktu permainan hingga berjam-jam dengan tingkat kesulitan yang memaksa kalian memainkannya berulang-ulang. Tapi satu jam terbilang cukup untuk memberikan kesan kepada gamer mengenai tampilan game tersebut, dari segi visual, audio, dan gameplay. Dan bagi saya, Gamer Jalanan, satu jam sudah cukup untuk mengetahui bagaimana keseluruhan permainan bakal berjalan, dan cukup waktu untuk menentukan melanjutkan permainan atau menghentikannya.

Di bulan Juni ini saya akan mengajak kalian bermain game action-adventure dengan elemen stealth yang kental, ‘Assassin’s Creed’. Awalnya saya bingung mau memainkan yang mana, ‘Assassin’s Creed III’ atau ‘Assassin’s Creed IV: Black Flag’, mengingat keduanya sama-sama ada di PlayStation 3 (PS3) yang saya mainkan. Tapi akhirnya saya memilih memainkan seri ketiganya agar lebih kronologis. Dirilis tahun 2012 oleh Ubisoft, game ini merupakan game kelima dari serial ‘Assassin’s Creed’ yang merupakan sekuel langsung dari game ‘Assassin’s Creed: Revelations’. 

Saturday, June 25, 2016

5 Game TMNT Terbaik Versi Saya

(sumber gambar: fictionalcrossover.wikia.com)
Halo sahabat gamer. Saya Gamer Jalanan, jumpa lagi di artikel daftar terbaik Gamer Jalanan. Bulan ini adalah bulan yang menyenangkan buat penggemar serial Teenage Mutant Ninja Turtles (TMNT) atau Kura-Kura Ninja. Karena di bulan ini kita bisa menikmati seri terbaru aksi para kura-kura mutan ini, baik dalam format film layar lebar maupun format video game interaktif. Dalam format film layar lebar ada ‘Teenage Mutant Ninja Turtles: Out of the Shadows’, sementara dalam format video game ada ‘Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutants in Manhattan’.

Tentu, sebagai penggemar Kura-Kura Ninja, saya antusias saat mengetahui dua judul tersebut sudah muncul di permukaan. Sayangnya, saya masih belum bisa menyaksikan film maupun memainkan game tersebut. Review dari para kritikus pun menjadi pertimbangan saya untuk memutuskan apakah keduanya perlu saya cicipi. Dalam hal ini, menyaksikan Out of the Shadows merupakan pilihan yang paling mungkin, sedangkan Mutants in Manhattan sepertinya dilewatkan saja.


Friday, June 24, 2016

‘Plants Vs. Zombies’, Ketika Tumbuhan Bertemu Mayat Hidup

(sumber gambar: popcap.com)
Saya Gamer Jalanan, Gamer PC, kali ini mengulas salah satu game yang sangat dikenal gamer Indonesia khususnya yang memiliki komputer. Game tersebut adalah ‘Plants Vs. Zombies’, game kasual yang sukses memperkenalkan sub-genre baru dalam genre strategy, yaitu genre tower defense. Game ini begitu suksesnya hingga dibuat sekuel dan juga spin-off bergenre third person shooter-nya, Garden Warfare. Perlu diketahui bahwa saya hanya mengulas gamenya, tidak menyediakan link unduhan gamenya. Jadi silakan cari file gamenya di tempat lain.

PopCap Games dikenal sebagai developer game-game kasual di PC, di antaranya yang populer yaitu Bejeweled dan Zuma. Namun di antara game-gamenya yang populer tersebut, Plants Vs. Zombies menjadi yang paling dikenal berkat inovasi dan keunikannya. Ide game Plants Vs. Zombies yang pertama kali dirilis tahun 2009 sendiri terbilang orisinal dan belum pernah terpikirkan sebelumnya. Dari judulnya saja, orang dibuat penasaran bagaimana bisa tumbuhan melawan mayat hidup. Kenyataannya, ide absurd ini bisa diolah dengan begitu baik oleh PopCap Games, menghasilkan sebuah game yang bukan hanya menarik, tapi juga menjadi pelopor game-game sejenis.

Saturday, June 11, 2016

Dolar Tak Terduga dari Blog Video Game

(sumber gambar: hyperallergic.com)
Halo sahabat gamer, saya Gamer Jalanan, kali ini saya akan sedikit menceritakan pengalaman saya mendapatkan dolar tak terduga dari blog video game. Kenapa saya bilang tidak terduga? Karena saya sama sekali tidak menyangka bisa mendapatkan dolar tersebut melalui blog video game yang saya kelola. Saya mendapatkannya bukan dari Adsense atau Affiliate, melainkan dari penulisan artikel yang sekali diterbitkan bisa menghasilkan US$80 atau sekitar Rp 1 jutaan! Kalian mungkin tidak percaya, tapi itulah kenyataannya. Saya sendiri awalnya juga tidak percaya, tapi saya benar-benar mendapatkannya.

Sebelumnya saya akan menceritakan tentang blog video game yang saya kelola, CumaGamer.com. Blog ini lahir dari keinginan saya memiliki media pemberitaan video game sendiri, layaknya situs-situs video game populer seperti Tech in Asia ID Games dan Jagat Play. Memang sejak remaja saya selalu berkeinginan bekerja di majalah video game, menulis berita-berita dan ulasan tentang video game. Namun banyaknya syarat yang harus dipenuhi untuk bisa bekerja di majalah video game membuat saya mengubur keinginan tersebut. Hingga kemudian era internet tiba, memunculkan peluang untuk mewujudkan keinginan tersebut.

Tuesday, May 31, 2016

Satu Jam Bermain ‘Watch Dogs’

(sumber gambar: gearnuke.com)
Satu jam tidaklah cukup untuk bermain video game. Apalagi video game zaman sekarang memiliki rentang waktu permainan hingga berjam-jam dengan tingkat kesulitan yang memaksa kalian memainkannya berulang-ulang. Tapi satu jam cukup untuk memberikan kesan kepada gamer mengenai tampilan game tersebut, dari segi visual, audio, dan gameplay. Dan bagi saya, Gamer Jalanan, satu jam sudah cukup untuk mengetahui bagaimana keseluruhan permainan bakal berjalan, dan cukup waktu untuk menentukan melanjutkan permainan atau menghentikannya.

Pada kesempatan ini saya akan mengajak kalian bermain game action-adventure dengan tema hacker, ‘Watch Dogs’ di PlayStation 3 (PS3). Dirilis tanggal 27 Mei 2014 oleh Ubisoft untuk berbagai konsol, salah satunya PS3, Watch Dogs bisa dibilang menghadirkan warna baru dalam genre action-adventure. Hacking atau meretas adalah fokus utama game ini, yang dihadirkan lewat perspektif third-person view dan lingkungan Open-World Kota Chicago. Game ini mendapatkan sambutan yang baik, membuat Ubisoft berencana menyiapkan sekuel dan film adaptasinya.

Friday, May 27, 2016

Video Game, Rating, dan Bimbingan Orangtua

(sumber gambar: usa.chinadaily.com)
Halo sahabat gamer, apa kabar? Saya Gamer Jalanan, kali ini saya akan mengutarakan pendapat saya mengenai heboh daftar hitam 15 judul video game yang dianggap berbahaya oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Indonesia beberapa waktu lalu, sebagaimana yang dimuat dalam berita di blog video game CumaGamer.com. Dalam berita tersebut, Kominfo disebut merilis daftar 15 game yang dianggap berbahaya bagi anak-anak, menilik pada tema yang diangkat game-game tersebut.

Informasi daftar hitam yang meliputi game-game populer seperti Point Blank, Grand Theft Auto (GTA), dan Mortal Kombat itu lantas disambut respon baik oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), yang menyebarkan daftar tersebut lebih luas lagi melalui berbagai media. Selain memperingatkan masyarakat, KPAI juga menyerukan agar game-game yang ada dalam daftar tersebut diblokir oleh pemerintah. Informasi dan seruan tersebut lantas menyebar secara viral, dengan sebagian pihak khususnya akademisi pemerhati pendidikan anak-anak mengamininya.

Monday, May 23, 2016

‘Jurassic Park’, Sensasi Terjebak di Pulau Dinosaurus

(sumber gambar: jurassic park.wikia.com)
Dalam ulasan klasik kali ini, saya Gamer Jalanan akan membahas game ‘Jurassic Park’, yang merupakan adaptasi dari novel dan film berjudul sama. Sebagaimana ‘Alien 3’, Jurassic Park juga  merupakan satu dari sekian banyak film di awal 90-an yang diadaptasi ke dalam format video game. Game ini dirilis untuk berbagai platform, yang masing-masing gamenya memiliki gameplay berbeda di setiap platform yang ada. Konsol 8-bit favorit saya, Nintendo Entertainment System (NES) pun tak luput mendapatkan game bertema Dinosaurus ini. 

Dinosaurus memang menjadi tema yang menarik perhatian bagi anak-anak, selain robot, luar angkasa, dan superhero tentunya. Bila anak-anak zaman sekarang mendapatkan pengalaman dinosaurus mereka lewat film ‘Jurassic World’ yang rilis tahun 2015, maka anak-anak tahun 90-an termasuk saya, merasakan sensasi dinosaurus lewat film ‘Jurassic Park’ yang rilis di tahun 1993. Saya ingat betapa saya begitu bersemangat menyaksikan film ini yang kala itu terbilang keren dalam hal efek visual.

Sunday, May 22, 2016

5 Game Bertema Versus Terbaik Versi Saya

(sumber gambar: vignette4.wikia.nocookie.net)
Halo sahabat gamer, saya Gamer Jalanan. Satu bulan lebih telah berlalu sejak film ‘Batman v Superman: Dawn of Justice’ dirilis di bioskop, namun hype-nya masih saya rasakan sampai sekarang. Memang saya belum sempat nonton film ini, akan tetapi konsep ‘versus’ yang ditawarkan film ini masih saja ada di benak saya, memberikan ide-ide baru untuk saya tulis. Termasuk ide yang akan saya wujudkan dalam daftar game terbaik berikut ini, yaitu daftar 5 game versus terbaik versi saya, Gamer Jalanan.

Istilah ‘versus’ bukan hanya populer di industri layar lebar, namun juga sudah lama eksis di jagad video game. Meski tidak banyak, namun saya menyadari beberapa developer mencoba menyajikan sebuah permainan yang merupakan pertemuan antara dua kubu, baik perseorangan maupun kelompok ke dalam jenis hiburan interaktif ini. Tidak kalah dengan bioskop, beberapa game yang mengusung tema ‘versus’ cukup mendapat tempat di kalangan gamer maupun kritikus gamer, dengan beberapa judul yang ada mendapat predikat klasik atau terbaik.

Tuesday, April 26, 2016

10 Game Master System/SMS Terbaik Versi Saya

(sumber gambar: bonaf.deviantart.com)
Konsol Nintendo Entertainment System atau yang disingkat NES buatan Nintendo kerap diasosiasikan dengan video game generasi 8-bit atau generasi ketiga. Padahal, selain NES, ada beberapa konsol 8-bit lainnya yang mencoba peruntungan di industri permainan video ini. Termasuk Sega, yang mencoba peruntungannya di pasar konsol rumahan setelah melihat kesuksesan NES. Sebelum menjadi populer dengan konsol 16-bit mereka yaitu Sega Mega Drive/Genesis, Sega lebih dahulu terjun ke industri video game lewat konsol rumahan mereka yang diberi nama ‘Sega Master System’.

Secara teknis, Sega Master System atau disingkat SMS (bukan pesan singkat lho) memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan NES. Memiliki jumlah palet warna yang lebih banyak dan audio yang lebih berirama, menjadikan SMS sebenarnya unggul di atas NES. Itulah kenapa Sega menamai konsol mereka ini dengan nama ‘Master System’ yang artinya sistem yang lebih baik dibandingkan NES selaku penguasa pasar waktu itu. Sayangnya, kebijakan tidak sehat yang diterapkan Nintendo kala itu membuat konsol yang lebih superior ini memiliki pustaka game yang jauh lebih minim bila dibandingkan NES. Saya tidak akan membahas mengenai kebijakan ini lebih lanjut dalam artikel ini, mungkin nanti pada kesempatan yang lain.

Saturday, April 16, 2016

Satu Jam Bermain ‘Batman: Arkham Asylum’

(sumber gambar: gameluster.com)
Satu jam tidaklah cukup untuk bermain video game. Apalagi video game zaman sekarang memiliki rentang waktu permainan hingga berjam-jam dengan tingkat kesulitan yang memaksa kalian memainkannya berulang-ulang. Tapi satu jam cukup untuk memberikan kesan kepada gamer mengenai tampilan game tersebut, dari segi visual, audio, dan gameplay. Dan bagi saya, Gamer Jalanan, satu jam sudah cukup untuk mengetahui bagaimana keseluruhan permainan bakal berjalan, dan cukup waktu untuk menentukan melanjutkan permainan atau menghentikannya. 

Masih dalam hingar bingar film ‘Batman v Superman: Dawn of Justice’, kali ini saya akan mengajak kalian bermain game action-adventure ‘Batman: Arkham Asylum’ di PlayStation 3 (PS3), yang rilis tahun 2009. Merupakan seri pertama dalam Arkham Series, Arkham Asylum disebut-sebut sebagai game Batman terbaik bersama dengan sekuelnya, Arkham City yang lebih berorientasi open-world. Selain Arkham City, game ini juga menelurkan sebuah prekuel berjudul Arkham Origins dan sekuel terbarunya Arkham Knights.

Tuesday, April 12, 2016

‘Batman Returns’ Vs. ‘The Death and Return of Superman’

Apa kabar sahabat gamer? Saya Gamer Jalanan, pada kesempatan kali ini saya ingin membuka sebuah rubrik baru di blog game Gamer Jalanan ini yang saya beri nama ‘Arena Versus’. Dari judulnya kalian mungkin sudah menduga bahwa rubrik ini akan mempertemukan dua entitas video game, entah itu video game atau konsol video game yang memiliki banyak kesamaan, namun juga memiliki perbedaan tertentu yang menjadi salah satunya lebih unggul dibandingkan yang lain.

Selain ulasan tentang video game dan daftar video game terbaik, versus adalah bentuk artikel yang saya sukai dari blog-blog video game luar negeri. Entah itu membandingkan dua game berbeda yang memiliki banyak kesamaan, atau membandingkan dua konsol yang masing-masing diklaim sebagai yang terbaik di zamannya. Rasanya menyenangkan mengetahui head-to-head dari dua entitas ini, yang diulas mendalam dari sisi kelemahan maupun keunggulan masing-masing. Tapi tetap, selera dan subjektivitas berperan di sini, sehingga sebuah game yang dinilai unggul oleh seorang gamer, bisa saja dinilai kalah unggul oleh gamer lainnya.

Thursday, April 7, 2016

‘Contra: Hard Corps’, Kerasnya Begitu Terasa

(sumber gambar: official art)
Serial Contra merupakan sebuah serial game klasik, yang begitu berkesan di hati saya. Game yang sangat populer di era NES ini merupakan pelopor genre run & gun, yang di kemudian hari diadopsi oleh banyak game serupa, di antaranya Gunstar Heroes dan tentu saja, Metal Slug. Intinya jangan mengaku gamer retro deh kalau tidak tahu judul yang satu ini. Sejak pertama kali dirilis untuk NES di penghujung era 80-an, serial besutan Konami ini telah merilis berbagai judul sekuelnya yang setia dengan format aslinya, namun dengan beragam variasi dan inovasi baru. 

Hampir semua judul dalam serial Contra menjadi game favorit saya. Baik game pertamanya sendiri, sekuel langsungnya yang berjudul Super C atau Super Contra, serta dua gamenya di era 16-bit, Contra III: The Alien Wars untuk SNES dan Contra: Hard Corps untuk Sega Genesis/Mega Drive (MD). Sementara di era video game modern saya mengenal Contra: Shattered Soldier dan Neo Contra, yang keduanya rilis untuk platform PlayStation 2. Sedangkan untuk platform portabel ada Operation C di Game Boy dan Contra 4 di Nintendo DS.

Wednesday, March 16, 2016

‘Dragon Ball: Advanced Adventure’, Petualangan Goku yang Sempurna

(sumber gambar: static.srcdn.com)
Dragon Ball merupakan salah satu serial komik dan  kartun favorit saya. Saya membaca komik-komiknya dan menyaksikan tayangan kartunnya sejak masih kecil saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Menurut saya cerita Dragon Ball sangat seru dan menarik untuk diikuti, dengan kisah utamanya mengenai bocah sakti bernama Son Goku yang berpetualang keliling dunia untuk mengumpulkan tujuh bola sakti yang bisa memunculkan naga pengabul segala keinginan, Shen Long. 

Kecintaan saya terhadap serial ini sempat memunculkan keinginan untuk bisa menjadi seperti Goku yang super kuat, bisa mengeluarkan bola sinar kamehameha dan terbang dengan awan kintoun, berpetualang mengumpulkan Dragon Ball. Keinginan seperti itu tentu tidak mungkin diwujudkan di dunia nyata, namun selalu bisa dirasakan dengan bermain video game. Sayangnya, mayoritas video game bertema Dragon Ball yang ada selalu bergenre fighting 1-on-1, alias berantem satu lawan satu tanpa ada unsur petualangannya. Padahal, Dragon Ball memiliki dunia yang luas yang rasanya sangat disayangkan bila adaptasi video gamenya sebatas game berantem satu lawan satu.

Monday, March 14, 2016

Satu Jam Bermain ‘Teenage Mutant Ninja Turtles 2: Battle Nexus’

Satu jam tidaklah cukup untuk bermain video game. Apalagi video game zaman sekarang memiliki rentang waktu permainan hingga berjam-jam dengan tingkat kesulitan yang memaksa kalian memainkannya berulang-ulang. Tapi satu jam cukup untuk memberikan kesan kepada gamer mengenai tampilan game tersebut, dari segi visual, audio, dan gameplay. Dan bagi saya, Gamer Jalanan, satu jam sudah cukup untuk mengetahui bagaimana keseluruhan permainan bakal berjalan, dan cukup waktu untuk menentukan melanjutkan permainan atau menghentikannya.

Tahun 2016 bisa dibilang sebagai tahunnya Teenage Mutant Ninja Turtles atau disingkat TMNT, yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama Kura-Kura Ninja. Bagaimana tidak, di tahun ini akan rilis film layar lebar terbaru Kura-Kura Ninja, Out of Shadows dan juga video game terbarunya, Mutants in Manhattan. Nah, menyambut perilisan film dan game terbaru Kura-Kura Ninja tersebut, Satu Jam Bermain kali ini akan memainkan game ‘Teenage Mutant Ninja Turtles 2: Battle Nexus’ buatan Konami yang rilis tahun 2004.

Sunday, March 13, 2016

Kisah Petualangan Saya di ‘Dunia Pokemon’

Ilustrasi saya dan Sandslash, Pokemon favorit saya.
Pokemon merupakan salah satu serial video game kesukaan saya. Dan tanggal 27 Februari 2016 lalu, waralaba ciptaan Satoshi Tajiri ini merayakan hari jadinya yang ke-20 tahun. Merayakan dua dekade dari game RPG populer ini, saya jadi ingin menulis mengenai pengalaman atau mungkin tepatnya petualangan saya bersama Pokemon. Serial game ini bukan hanya favorit saya, tapi juga turut mewarnai hari-hari saya dalam hampir dua puluh tahun terakhir, sebagaimana umur serial ini. Tahun-tahun yang penuh dengan warna, yang menurut saya menarik untuk ditulis ceritanya ya walaupun sebelumnya saya juga sudah pernah menulis cerita saya mengenai Pokemon pada dua blog lain milik saya.

Tapi dalam sekadar catatan saya kali ini saya tidak mau berlebai ria. Saya hanya ingin mengulas kembali petualangan saya selama berada di ‘dunia Pokemon’ dengan singkat, sekadar nostalgia. Dan semua itu bermula jauh di masa kecil saya, saat saya masih duduk di bangku SD, tahun 1998. Di tahun itu saya pertama kali mengenal istilah Pokemon. Yaitu ketika saya membacanya di tabloid Fantasy, tabloid anak-anak yang populer kala itu. Saat itu untuk pertama kalinya saya mengenal Pokemon sebagai sebuah judul kartun, dan mengenal Pikachu sebagai sebuah maskot. Sayangnya artikel di tabloid Fantasy tersebut tidaklah lengkap bahkan terkesan asal-asalan. Saya ingat dalam artikel tersebut Pikachu disamakan dengan Doraemon.

Thursday, February 4, 2016

‘Alien 3’, Penuh Tantangan dan Ketegangan

(sumber gambar: elmaulana.weebly.com)
Film Alien 3 yang dibintangi Sigourney Weaver tahun 1992 mungkin bukan film Alien terbaik. Banyak kritik buruk mengenai film ini yang disebut-sebut inferior dibandingkan dua film Alien sebelumnya. Namun film ini diadaptasi menjadi video game pada banyak konsol game, mulai dari Amiga, NES, SMS, SNES, Mega Drive, hingga Game Boy. Dan di antara berbagai versi gamenya, versi NES buatan Probe Software adalah yang paling saya suka, walaupun mungkin kalah kualitas dibandingkan versi lainnya.

Sebelum saya mengulas tentang game Alien 3 versi NES, saya akan menceritakan dulu pengalaman berkesan saya mengenai game ini. Saya waktu itu masih duduk di bangku sekolah, saat pertama kali melihat cartridge game Alien 3 terpampang dalam etalase toko game terdekat di kota saya. Sticker Alien 3 yang tertempel pada cartridge tersebut, yang menampakkan siluet makhluk alien Xenomorph membuat saya penasaran seperti apa gamenya. Hal ini dikarenakan saat itu saya sedang menggandrungi film-film Alien setelah menonton film Alien: Resurrection. Tapi kala itu saat itu saya belum menyaksikan film Alien 3.

Wednesday, February 3, 2016

Satu Jam Bermain ‘Resident Evil 5’

(sumber gambar: playeressence.com)
Satu jam tidaklah cukup untuk bermain video game. Apalagi video game zaman sekarang memiliki rentang waktu permainan hingga berjam-jam dengan tingkat kesulitan yang memaksa kalian memainkannya berulang-ulang. Tapi satu jam cukup untuk memberikan kesan kepada gamer mengenai tampilan game tersebut, dari segi visual, audio, dan gameplay. Dan bagi saya, Gamer Jalanan, satu jam sudah cukup untuk mengetahui bagaimana keseluruhan permainan bakal berjalan, dan cukup waktu untuk menentukan melanjutkan permainan atau menghentikannya.

Kali ini saya akan mengajak kalian bermain game survival-horror Resident Evil 5 di PlayStation 3 (PS3) yang rilis tahun 2009. Ya itung-itung sembari menyambut hadirnya Resident Evil Zero HD Remaster Januari lalu. Resident Evil 5 merupakan game Resident Evil terlaris, namun katanya sih untuk urusan gameplay belum mampu mengalahkan Resident Evil 4. Bagi saya Resident Evil 5 adalah game keenam yang saya mainkan, setelah sebelumnya saya pernah memainkan Resident Evil: Director’s Cut, Resident Evil 2, Resident Evil 3: Nemesis, Resident Evil Gaiden, dan Resident Evil 4.

Tuesday, February 2, 2016

10 Game Terbaik di Game Boy Versi Saya

(sumber gambar: pinterest)
Di era konsol game next-gen, kalian semua pasti akrab dengan konsol portabel populer seperti Nintendo DS, 3DS, PSP, atau PS Vita. Kehadiran konsol portabel alias handheld memang membuat para gamer menjadi lebih mudah dalam bermain game. Karena, mereka bisa membawa konsol portabel mereka dengan mudah ke mana-mana tanpa harus terpaku di depan televisi. Dan semua itu bermula dari konsol portabel pertama buatan Nintendo, sekaligus handheld pertama yang populer secara internasional, Game Boy.

Bagi para gamer zaman sekarang, game-game di Game Boy jelas sudah sangat ketinggalan zaman, mengingat game-gamenya yang memiliki tampilan piksel hitam putih yang begitu sederhana. Namun pada zamannya dulu, di penghujung tahun 80-an serta di awal dekade 90-an, game-game tersebut cukup menghibur dan bahkan memiliki basis penggemar tersendiri. Lahir di era 8-bit, konsol yang didesain oleh legenda Nintendo, Gunpei Yokoi ini bisa dibilang merupakan versi portabel dari NES, hanya saja tanpa warna.

Monday, February 1, 2016

Hai Orang Tua, Jaga Kartu Kredit Kalian

(sumber gambar: foolcdn.com)
Pada sekadar catatan saya kali ini saya akan membahas mengenai kartu kredit. Ya saya sih belum punya kartu kredit, tapi saya hanya ingin mengingatkan kepada mereka yang punya ‘kartu ajaib’ ini untuk lebih berhati-hati menggunakannya. Kenapa? Karena akhir-akhir ini banyak kasus tagihan kartu kredit yang jebol karena microtransaction dalam video game. Yang sayangnya, baru disadari saat tagihan kartu kredit membengkak hingga puluhan juta!

Mengutip berita dari CumaGamer.com, setidaknya ada dua kasus yang terjadi di awal tahun ini yang cukup disayangkan terjadi. Ada seorang anak berumur 7 tahun di Inggris yang menggunakan akun iTunes sang ayah untuk membuat taman virtual miliknya dalam game ‘Jurassic World’. Rupa-rupanya sang anak mengetahui password akun iTunes milik sang ayah. Ketika semuanya sudah terlambat, baru diketahui dari permainan sang anak bahwa tagihan kartu debit atas microtransaction tersebut mencapai Rp 83 juta! 

Saturday, January 16, 2016

10 Game Fighting Terbaik Versi Saya

Genre berantem satu lawan satu, atau yang kini lebih dikenal dengan genre Fighting, merupakan salah satu genre video game favorit saya, Gamer Jalanan. Kenapa jadi favorit saya? Karena rasanya seru dapat bertarung menggunakan karakter favorit saya, dengan jurus-jurus dan gerakan yang keren dalam melawan setiap lawan. Dan game fighting merupakan sarana yang tepat untuk melampiaskan emosi, karena rasanya seperti menghajar orang, padahal cuma bermain video game.

Sejak mengenal genre ini pertama kali melalui game Street Fighter II Turbo, sudah banyak game bergenre fighting yang saya mainkan. Mulai dari game-game buatan Capcom, SNK, Namco, hingga Nintendo. Di antara banyak game fighting yang pernah saya mainkan tersebut, ada 10 judul yang menurut saya merupakan game fighting terbaik. Dalam menentukan game terbaik ini, saya memiliki kriteria tersendiri, yaitu game tersebut memiliki daftar karakter yang seimbang, unik, dan tidak pasaran; memiliki alur cerita yang menarik; grafis dan suara yang keren; dan tentunya gameplay yang menantang sekaligus adiktif, tentunya memiliki replay value. 

‘Chrono Trigger’, RPG Terbaik dari Tim Impian

(sumber gambar: official art)
Apa jadinya bila sebuah game role-playing game (RPG) didesain oleh sebuah tim yang terdiri dari orang-orang hebat dalam genre ini? Jawabannya adalah sebuah game RPG spektakuler yang diklaim sebagai salah satu yang terbaik sepanjang masa, Chrono Trigger. Game yang dikembangkan dan dirilis oleh Square pada 1995 untuk mesin Super Nintendo Entertainment System (SNES) ini digarap dengan serius oleh ‘Dream Team’ yang terdiri dari Hironobu Sakaguchi (pencipta Final Fantasy), Yuji Hori (pencipta Dragon Quest), dan Akira Toriyama (pencipta Dragon Ball). Maka jangan heran bila hasilnya sebuah game yang mengagumkan yang masih dipuji hingga sekarang.

Sebagai salah satu game terbaik, Chrono Trigger menghadirkan sebuah pengalaman video game yang komplet. Mulai dari gameplay sederhana namun menantang, jalinan cerita yang kompleks dan seru, serta tampilan visual menawan berbalut kompilasi musik indah, dan tentu saja inovasi permainan yang ditawarkan, membuat game ini begitu membekas di benak siapapun yang pernah memainkannya, termasuk diri saya tentunya. Bahkan menurut saya dan menurut sebagian besar penggemar RPG fanatik di luar sana, game ini jauh lebih baik dibandingkan seri Final Fantasy yang rilis di mesin yang sama, Final Fantasy VI (Final Fantasy III di Amerika).

Thursday, January 14, 2016

Gamer Indonesia Mesti Santun dan Taat Aturan

(sumber gambar: giantbomb.com)
Sebuah kabar mengecewakan datang dari jagat e-sports DOTA 2. Ada dua tim DOTA 2 Indonesia yang bisa dibilang membuat nama Indonesia tercoreng dalam event kualifikasi terbuka turnamen DOTA 2 bertajuk Shanghai Majors yang diselenggarakan Januari 2016 ini. Dua tim tersebut adalah RISE.CAT dan AVS, keduanya dari Indonesia, telah melakukan hal tak terpuji dan mendapat cemooh dari insan gamer e-sports DOTA 2 dari penjuru dunia.

Dilansir dari JagatPlay, tim pertama yang mencoreng nama Indonesia tersebut adalah RISE.CAT. Tim ini melakukan aksi tak terpuji dengan aksi unpause sepihak mereka, saat kelima anggota tim lawan, Team Elunes dari India sedang mengalami kendala teknis dan terputus dari permainan. Bukannya pause, RICE.CAT malah menghancurkan barrack milik Team Elunes begitu saja. Alhasil aksi ini mengundang protes dari para gamer DOTA 2 kepada pihak panitia Shanghai Majors. Dengan bukti yang ada, pihak panitia lantas menganulir RISE.CAT tetapi tetap diperbolehkan mengikuti kualifikasi kedua.

Friday, January 8, 2016

Satu Jam Bermain ‘Star Wars: The Force Unleashed’

(sumber gambar: macrumors.com)
Satu jam tidaklah cukup untuk bermain video game. Apalagi video game zaman sekarang memiliki rentang waktu permainan hingga berjam-jam dengan tingkat kesulitan yang memaksa kalian memainkannya berulang-ulang. Tapi satu jam cukup untuk memberikan kesan kepada gamer mengenai tampilan game tersebut, dari segi visual, audio, dan gameplay. Dan bagi saya, Gamer Jalanan, satu jam sudah cukup untuk mengetahui bagaimana keseluruhan permainan bakal berjalan, dan cukup waktu untuk menentukan melanjutkan permainan atau menghentikannya.

Pada edisi kedua ‘Satu Jam Bermain’ di blog Gamer Jalanan kali ini, saya memainkan salah satu game dalam waralaba opera luang angkasa populer, Star Wars. Yup, akhir tahun 2015 lalu memang sedang gandrung-gandrungnya Star Wars, dengan dirilisnya film episode ketujuh dari serial ini, The Force Awakens. Gak ketinggalan saya pun ikut kena demam Star Wars juga. Tapi berhubung belum sempat nonton filmnya di bioskop, jadi ya saya hanya bisa memainkan salah satu video gamenya saja. Ya namanya juga Gamer Jalanan, jadi yang ditulis ya tentang video game, bukan tentang ulasan film.