Friday, August 26, 2016

Ketika Pokemon Artinya ‘Aku Yahudi’

(sumber gambar: twitter)
Halo Sahabat Gamer, saya Gamer Jalanan, dalam catatan bulan ini saya akan kembali membahas tentang serial Pokemon. Sebenarnya saya tidak berencana menulis tentang Pokemon, karena sudah sering saya menulis tentang serial ini di blog saya, di antaranya tentang kisah petualangan saya di ‘Dunia Pokemon’, 5 Game Pokemon Terbaik versi Saya, dan yang terakhir yaitu Bicara tentang Fenomena ‘Pokemon GO’. Tapi situasi yang ada tampaknya memaksa saya untuk kembali menulis tentang franchise game menangkap monster ini.

Baiklah, ceritanya sekitar satu bulan yang lalu saya bertemu dengan sahabat lama saya di acara pertemuan HPAI. Saat itu sedang booming ‘Pokemon GO’ di Indonesia, dan saya iseng bertanya, “Hei Bro, sudah main Pokemon GO belum?” Sahabat saya itu lantas menjawab dia sudah mencobanya, tapi dia memutuskan berhenti memainkannya. Saya yang penasaran pun bertanya kenapa berhenti memainkan Pokemon GO. Dengan polos dia menjawab kalau dia berhenti bermain Pokemon GO karena Pokemon punya arti ‘Aku Yahudi’. Wait... What?!

Saya kaget bukan main saat mendengar jawaban sahabat saya itu. Bukan karena saya kaget mengetahui kalau ‘ternyata’ Pokemon artinya ‘Aku Yahudi’, tapi saya kaget karena ternyata berita HOAX alias palsu seperti itu masih saja dipercaya. Ironisnya lagi sahabat saya sendiri juga memercayai kebohongan ini dan berhenti memainkan Pokemon karenanya! Jujur saya begitu sedih dengan kenyataan ini. Saya pun segera meluruskan informasi ini kepada sahabat saya, menginformasikan bahwa informasi itu adalah informasi palsu, bohong, yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

(sumber gambar: loop.co.id)
Sahabat saya itu bukan satu-satunya orang yang percaya bahwa Pokemon punya arti ‘Aku Yahudi’, banyak orang Indonesia di luar sana, khususnya kaum muslim yang akhirnya mengamini kebohongan ini. Bahkan ada wali kota yang sampai melarang warganya bermain Pokemon GO dengan alasan ini. Syukurlah wali kota ini akhirnya menyadari kesalahannya setelah diprotes warganya dan menyadari bahwa informasi tersebut adalah informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Tipikal orang Indonesia memang, mudah mempercayai berita-berita bohong alias HOAX yang beredar baik di internet maupun melalui pesan berantai.

Kebohongan ini sebenarnya sudah ada sejak lama, kira-kira semenjak Pokemon masuk ke Indonesia melalui serial animasi di televisi pada awal abad 21, sekitar tahun 2000-an. Bukan dari versi gamenya yang merupakan wujud asli serial ini, saat itu Pokemon menjadi booming berkat serial animasi dan juga mainan tazoz ‘yang’ menjadi hadiah snack kesukaan anak-anak. Saya ingat betapa saya sangat menggemari serial ini kala itu, tidak pernah absen menyaksikan kartunnya dan mengumpulkan berbagai jeniz tazoz. Saya bahkan hapal nama-nama setiap Pokemonnya yang kala itu baru mencapai generasi kedua, sebayak 251 monster.

Pokemon adalah kegemaran saya sejak kecil. (sumber gambar: nerdist.com)
Suatu ketika, kakak sepupu saya mengatakan kepada saya untuk berhenti menyukai Pokemon. Dia bilang kalau Pokemon itu artinya ‘Aku Yahudi’. Karena begitu menggemari Pokemon, saya sih cuek saja menanggapinya dan meneruskan kegemarannya. Hingga kemudian saya membaca majalah Annida, di mana dalam salah satu rubriknya ada informasi yang menyebutkan tentang kebohongan tersebut, bahwa Pokemon memiliki arti ‘Aku Yahudi’. Bukan itu saja, dua monster dalam serial ini yaitu Pikachu dan Charmander juga disebut punya arti yang buruk, masing-masing artinya ‘Jadilah Yahudi’ dan ‘Tuhan itu lemah’.

Sebagai anak-anak, kala itu saya masih duduk di bangku SMP, informasi semacam itu jelas dianggap sebagai kebenaran, karena dimuat di media massa, media muslim. Karenanya, gara-gara informasi tersebut, saya sempat berhenti menggemari Pokemon. Bahkan saya sampai mengganti pelafalan Pokemon menjadi ‘Poketto Monsta’, yang merupakan judul Jepang dari game ini agar tidak menyebut kata ‘Pokemon’. Meski percaya begitu saja, namun saat itu saya berpikir ada yang aneh dari informasi ini perihal asal muasal kata ‘Pokemon’ itu sendiri. Tapi ya berhubung pola pikir saat itu adalah apapun yang dimuat di media massa adalah kebenaran, keyakinan informasi tersebut masih tak berubah.

Di Indonesia Pokemon lebih dikenal sebagai serial kartun ketimbang video game. (sumber gambar: nintendolife.com)
Beberapa tahun kemudian di bangku SMA berlanjut ke kuliah, saya kembali menggemari Pokemon, kali ini dalam wujud video game yang merupakan bentuk asli serial ini. Isu ‘Aku Yahudi’ seakan telah lenyap seiring menguapnya kepopuleran serial animasi Pokemon yang berhenti ditayangkan. Dan seiring bertambahnya usia dan pengetahuan, saya pun memahami bahwa informasi tersebut adalah sebuah kebohongan dan bersyukur isu tersebut sudah hilang dalam ingatan. Meski tidak semasif awal 2000-an, namun kala itu Pokemon cukup populer dalam wujud video game, walaupun hanya segelintir orang Indonesia yang mengetahuinya. Kebanyakan orang Indonesia masih menganggap Pokemon adalah film kartun, padahal kenyataannya serial ini aslinya adalah video game.

Hingga kemudian isu ini kembali diletupkan ke permukaan menyusul kepopuleran luar biasa dari game mobile Pokemon GO. Pokemon GO yang merupakan game bertema Augmented Reality (AR) buatan Niantic ini memang menjadi wabah yang begitu dahsyat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sayangnya, kebanyakan berita mengenai game yang terbilang revolusioner ini cenderung bernada negatif. Seolah ingin semakin memperkeruh berita-berita negatif yang beredar, beberapa pihak tak bertanggung jawab lantas memunculkan kembali isu ‘Aku Yahudi’ yang telah lama hilang dalam waktu.

Jurnal Muslim membagi artikelnya menjadi empat bagian. (sumber gambar: jurnal muslim.com)
Dari penelusuran saya, Gamer Jalanan, isu ini dimunculkan kembali oleh wartawan bernama nisyi dari media online Jurnal Muslim yang beralamat di http://www.jurnalmuslim.com. Tak tanggung-tanggung, Jurnal Muslim yang mengaku sebagai media Islami ini mempublikasikan empat artikel sekaligus yang masing-masing mengabarkan kebohongan tentang arti nama-nama Pokemon tersebut. Tujuannya jelas, untuk meningkatkan trafik situs mereka. Dengan tren jejaring sosial yang terbilang tinggi di Indonesia dan dengan wawasan para pengguna internet yang mudah terprovokasi, berita bohong ini pun segera tersebar kemana-mana, didukung dengan pesan berantai melalui berbagai aplikasi pesan online.

Dalam artikelnya yang berjudul sangat provokatif ‘Tahukah? Produk Pokemon adalah Misi Yahudi, Mengandung Unsur Menistakan Islam’, Jurnal Muslim menyebutkan bahwa ‘fakta’ Pokemon artinya ‘Aku Yahudi’ kabarnya didapatkan dari dokumen rahasia Irak yang dirampas oleh Amerika Serikat dalam pendudukan mereka di tahun 2004. Dalam dokumen itu disebutkan bahwa Saddam Hussein mendapatkan informasi dari intelijen mengenai arti yang terkandung dalam nama ‘Pokemon’. 

Kasihan Saddam Hussein, namanya dicatut buat berita fitnah. (sumber gambar: indianexpress.com)
Menurut dokumen tersebut, Pokemon diambil dari bahasa Syriac atau bahasa Suryani, yang katanya bahasanya orang Yahudi zaman dulu. Bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia Pokemon memiliki arti ‘Aku Yahudi’. Bukan hanya kata ‘Pokemon’, dua nama Pokemon dalam serial ini juga terkena fitnah yaitu Pikachu yang artinya ‘Jadilah Yahudi’ dan Charmander yang artinya ‘Tuhan itu lemah’. Dengan informasi tersebut katanya Presiden Irak kala itu Saddam Hussein mencekal dan melarang warganya menyaksikan film Pokemon karena dianggap menistakan Islam. Alasan pencekalan tersebut, sebagaimana disebutkan dalam dokumen itu untuk mencegah masuknya paham Yahudi pada anak-anak Irak.

Tidak butuh waktu lama bagi masyarakat Indonesia untuk mengamini informasi ini, khususnya yang beragama Islam. Yahudi adalah musuh Islam dan apapun yang berkaitan dengannya tentu akan menjadi perhatian besar bagi umat Islam. Apalagi sampai membawa nama Saddam Hussein dan juga frase ‘dokumen rahasia’. Segera saja muncul larangan-larangan memainkan game Pokemon GO dengan alasan karena Pokemon ‘katanya’ punya arti ‘Aku Yahudi’. Bahkan beberapa kepala daerah di Indonesia sampai ikut-ikutan melarang warganya memainkan game ini dengan alasan ‘katanya’ artinya ‘Aku Yahudi’. 

Ini lho bupati yang sok tahu itu. (sumber gambar: chirpstory.com)
Saya heran banget lho, yang namanya kepala daerah, bupati atau wali kota kan mestinya orang yang terpelajar dan cerdas, tapi bisa-bisanya ikut kemakan sama informasi gak mutu kayak gini. Ya wajar aja sih ya mengingat orang Indonesia kan lebih percaya sama berita-berita bohong alias HOAX macam ini. Beruntung tidak semua orang Indonesia percaya begitu saja dengan informasi sampah seperti ini, karena banyak juga yang membantah informasi ini dan menunjukkan fakta yang benar dari arti nama Pokemon. Mereka menuliskannya di jejaring sosial dan blog, seperti yang saya lakukan saat ini. Walaupun sepertinya efeknya tidak sebesar efek ‘serangan’ kebohongan ‘Aku Yahudi’ yang ditebarkan oleh Jurnal Muslim.

Bagi kalian yang masih tidak percaya bahwa berita ini bohong dan HOAX, saya Gamer Jalanan akan mengulasnya kembali dengan dasar-dasar yang ilmiah, masuk logika, dengan penjelasan asal-usul dan juga dari segi bahasa. Jadi bukan sekadar main comot dan juga mengira-ngira seperti yang dilakukan Jurnal Muslim. Sebagai sarjana Ilmu komunikasi sudah menjadi kewajiban saya untuk ikut berperan dalam memantau dan mengamati problema komunikasi yang terjadi di negeri ini, serta sebagai seorang muslim penting bagi saya untuk menjauhkan saudara-saudara saya dari memercayai fitnah yang keji dan tidak bertanggung jawab seperti ini. 

Bohong itu dosa. (sumber gambar: alkhoirot.net)
Penting bagi saya untuk mengingatkan kalian semua bahwa tidak semua informasi yang kalian terima di internet adalah sebuah kebenaran, kalian harus cerdas untuk bisa memilah mana yang fakta dan mana yang fiksi. Mana yang fiksi dan mana yang opini. Atau dalam bahasa Islamnya, kalian harus bertabayyun. Karena Islam mengajarkan kepada umatnya untuk tidak menelan mentah-mentah informasi yang datang. Setiap informasi harus diselidiki terlebih dahulu apakah itu mengandung kebenaran ataukah kebohongan sebelum kemudian diamini dan disebarluaskan.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 6 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. Juga dalam surat An-Nur ayat 15 yang artinya, "(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar”.

Dua game pertama Pokemon, awalnya hanya untuk rilis di Jepang. (sumber gambar: skirmishfrogs.com)
Pokemon aslinya adalah sebuah serial video game bergenre RPG yang pertama kali dirilis tahun 1996 di Jepang untuk konsol game Game Boy. Game berjudul ‘Pokemon Red & Green’ ini dibuat oleh sebuah studio game Jepang bernama Game Freak dan diterbitkan oleh Nintendo. Rencana game ini sudah lahir sejak tahun 1990, namun membutuhkan waktu enam tahun pembuatan karena terkendala berbagai hal di antaranya masalah finansial dan juga tingkat kerumitan permainan.

Konsep dalam permainan ini adalah berpetualang untuk menangkap dan mengumpulkan berbagai jenis monster unik yang ada di dunia dalam game ini. Monster-monster yang disebut ‘Pokemon’ ini lantas bisa digunakan untuk bertarung satu sama lain atau ditukarkan melalui fitur koneksi kabel. Satoshi Tajiri selaku pimpinan Game Freak dan pencetus ide Pokemon menyatakan tujuan awalnya membuat Pokemon adalah ingin membawa keseruan berburu serangga ke dalam video game. Elemen permainan ini merupakan elemen yang terbilang unik dan baru pada masa itu, yang kemudian menjadikan game ini begitu populer di dunia.

Tampilan dalam game Pokemon Red & Blue.
Awalnya game ini akan diberi nama ‘Capumon’, singkatan dari ‘capsule’ dan ‘monster’. Penamaan ini karena dalam game ini monster-monster yang ada bisa dimasukkan ke dalam benda penangkap yang menyerupai kapsul. Sayangnya nama ini batal digunakan karena adanya kemiripan dengan produk lain sejenis yang sudah lebih dulu ada. Game ini lantas diberi nama ‘Pokemon’, yang merupakan singkatan dari ‘pocket’ dan ‘monster’, yang artinya adalah monster kantong. Dinamakan demikian karena monster-monster ini bisa dimasukkan ke dalam kantong setelah sebelumnya dimasukkan terlebih dulu ke dalam alat penangkap yang disebut ‘Pokeball’.

Faktanya adalah game ini awalnya direncanakan hanya dirilis untuk wilayah Jepang dan tidak ada rencana untuk membawanya ke luar Jepang. Hal ini dikarenakan Game Boy yang menjadi mesin game Pokemon dinilai sudah sangat ketinggalan zaman dan mulai ditinggalkan para gamer. Selain itu dibutuhkan biaya dan sumber daya yang tidak sedikit untuk melokalkannya ke dalam bahasa Inggris. Namun mengingat kepopuleran game ini di Jepang, Nintendo akhirnya membawa game ini ke Amerika Serikat di tahun 1998 dengan judul ‘Pokemon Red and Blue’. Sejak saat itu Pokemon mulai dikenal secara luas dan berkembang dari awalnya hanya video game menjadi serial animasi, permainan kartu, komik, dan berbagai media lainnya.

Agama Shinto. (sumber gambar: soehusaeni.wordpress.com)
Dari informasi di atas yang saya peroleh dari perjalanan saya menggeluti serial ini dan saya yakini benar kesahihannya, sudah bisa diketahui bahwa isu ‘Aku Yahudi’ adalah sebuah kebohongan. Game Pokemon dibuat di Jepang yang mayoritas warganya menganut Shinto, bukan Yahudi. Umat Yahudi di sana bisa dikatakan tidak ada atau kalaupun ada, jumlahnya hanya segelintir dan sama sekali tidak memiliki peran politik apapun di sana. Berbeda dengan Amerika Serikat yang kita ketahui ada Yahudi yang berperan aktif dalam pemerintahan mereka.

Mari bermain logika. Faktanya adalah nama ‘Pokemon’ sudah lebih dulu ada di Jepang sebelum akhirnya di bawa ke Amerika Serikat, di mana awalnya Pokemon sama sekali tidak ditujukan untuk pasar internasional termasuk Amerika Serikat ataupun Israel. Dengan fakta-fakta tersebut dan dengan arti sebenarnya yaitu ‘Monster Kantong’, jelas kalau sama sekali tidak ada campur tangan Yahudi dalam pembuatan game Pokemon. Asal tahu saja, game Pokemon ini sendiri pernah mengundang kontroversi dan dilarang di Israel karena penggambaran salah satu monsternya. Kalau benar game ini adalah produk Yahudi, maka mestinya game ini tidak akan pernah dicekal malahan semestinya didukung secara penuh.

Pikachu. (sumber gambar: nocookie.net)
Bila fakta berdasar kronologi penciptaan ini masih belum bisa meyakinkan kalian akan kebohongan ‘Aku Yahudi’, mari saya ajak sedikit bermain bahasa. Dari telaah bahasa saja sebenarnya sudah terlihat bahwa informasi ‘Aku Yahudi’ adalah sebuah kebohongan. Perhatikan kata Pokemon yang artinya ‘Aku Yahudi’ dan kata Pikachu yang artinya ‘Jadilah Yahudi’. Masing-masing arti dua kata ini memiliki kata ‘Yahudi’. Namun anehnya, tidak ada satupun suku kata yang mirip antara kata ‘Pokemon’ dan ‘Pikachu’ yang semestinya mengisyaratkan kata ‘Yahudi’. 

Kutipan sebuah tanya jawab di Ask.fm, dengan narasumber Erlangga Greschinov tampaknya bisa dijadikan rujukan lain bila membahas isu ini dari segi linguistik. Erlangga adalah lulusan Teknik Industri IT Telkom, pendiri Komunitas Faktabahasa dan penulis buku 'Kuasai 20 Bahasa Populer Dunia'. Dia mengaku sebagai penggiat bahasa Rusia, Prancis, Esperanto, dan Belanda. Dari CV singkatnya ini saja komentarnya bisa dijadikan rujukan dan dianggap sebagai narasumber yang akurat.

Frase 'Aku Yahudi' dalam bahasa Suryani yang benar. (sumber: Erlangga Greschinov di Ask.fm)
Erlangga yang tertarik dengan isu 'Aku Yahudi' lantas melakukan penelitian terhadap bahasa Suryani. Dia menemukan fakta bahwa bahasa ini memiliki kemiripan dengan bahasa Arab. Dalam penjelasannya di akun ask.fm miliknya, Erlangga menjelaskan bahwa kata 'Aku' dalam bahasa Suryani memiliki kemiripan dengan bahasa Arab. Dia menjelaskan, bahasa Arab dari 'Aku Yahudi' adalah 'Ana Yahudi' untuk laki-laki dan 'Ana Yahudiyyah' untuk perempuan. Sementara bahasa Suryani 'Aku Yahudi' adalah 'Ena Yudaya' untuk laki-laki dan 'Ena Yudeta' untuk perempuan. Jadi yang 'Aku Yahudi' dalam bahasa Suryani adalah 'Ena Yudaya', bukannya 'Pokemon. Pernyataan ini semestinya sudah bisa mematahkan kebohongan yang yang disebarkan berbagai media online karbitan di luar sana.

Penjelasan Erlangga ini sesuai dengan pernyataan Mohammed Abu Laila, salah seorang profesor dari Universitas Al Azhar Mesir. Dikutip dari Los Angeles Times, dia mengatakan tidak menemukan bukti bahwa Pokemon berasal dari bahsa Suryani dan artinya “Aku Yahudi”. Pun tidak ada bukti valid bahwa pikachu berarti 'Jadilah Yahudi'. Namun dia berpendapat bahwa game Pokemon menyebarkan ide-ide atheis dan menjauhkan dari Allah. Ya memang ide-ide atheis, karena memang dibuat oleh orang Jepang yang jelas-jelas menganut Shinto. Ini kan cuma buat hiburan, bukan buat dijadikan keyakinan. Jadi kembali ke pribadi masing-masing. Kalau memang dilarang karena hal ini itu lebih masuk akal dan saya bisa setuju, ketimbang dilarang karena kebohongan 'Aku Yahudi'.

Charmander. (sumber gambar: nocookie.net)
Kalau Pokemon dan Pikachu tidak punya arti menyangkut Yahudi, bagaimana dengan Charmander yang konon berarti ‘Tuhan itu lemah’? Begini sahabat gamer, mari saya jelaskan dulu bagaimana proses penamaan monster-monster dalam game Pokemon. Setiap makhluk monster dalam serial Pokemon memiliki ceritanya masing-masing terkait penamaan mereka. Biasanya nama diberikan sesuai dengan karakteristik dan ciri khas yang dimiliki monster terkait. Ambil contoh Pikachu, yang berasal dari kata ‘Pika’ yang dalam bahasa Jepang berarti suara listrik dan ‘Chu’ yang di Jepang dikenal sebagai suara tikus. Hal ini dikarenakan Pikachu memiliki bentuk menyerupai tikus dengan kemampuan mengeluarkan listrik.

Charmander pun demikian. Monster ini berbentuk menyerupai kadal dengan ekornya yang menyala mengeluarkan api. Dia juga bisa menyemburkan api. Bukan hanya ahli bahasa, orang awam saja sudah bisa mengira-ngira kenapa monster ini diberi nama ‘Charmander’. Kata ‘Char’ memiliki arti api, sedangkan ‘mander’ merupakan permainan kata dari ‘salamander’ yang merupakan salah satu jenis kadal. Jadi jelas kalau kata ‘Charmander’ tidak berarti ‘Tuhan itu lemah’ dan sama sekali tidak ada unsur Yahudi di dalamnya. Apalagi dari segi bahasa terlihat ketimpangan jumlah suku kata antara kata yang diartikan dengan maknanya, bahkan dalam makna bahasa selain  Indonesia sekalipun.

Pokemon GO menjadi target 'Aku Yahudi'. (sumber gambar:squarespace.com)
Bagaimana Sahabat Gamer? Apakah kalian masih tidak percaya kalau isu ‘Aku Yahudi’ adalah berita bohong? Cobalah kalian baca lagi ‘fakta’ informasi ‘Aku Yahudi’. Dalam informasi yang menurut Jurnal Muslim diambil dari situs Netralitas.net, katanya dokumen rahasia Irak tersebut dirampas di tahun 2004 saat pendudukan Amerika Serikat di sana. Faktanya adalah isu ‘Aku Yahudi’ sudah ada sebelum tahun 2004. Saya duduk di bangku SMP hingga tahun 2003, sementara isu tersebut saya baca di Majalah Annida saat masih berkostum putih biru. Saya tidak ingat pastinya, tapi kemungkinan di tahun 2002. Karenanya dari sini sudah terlihat inkonsistensi dari informasi tersebut.

Pun begitu, dalam informasi tersebut objek yang menjadi sasaran adalah film Pokemon, bukan game Pokemon. Padahal film Pokemon hadir belakangan ketimbang game Pokemon. Sudah sangat jelas bahwa informasi yang menyatakan Pokemon memiliki arti ‘Aku Yahudi’ adalah sebuah kebohongan dan fitnah yang tidak patut untuk disebarluaskan, khususnya oleh mereka yang mengaku Islam. Karenanya saya sangat menyayangkan adanya media-media yang mengaku Islam tapi menyebarkan berita-berita bohong dan fitnah.

Banyak HOAX di sekitar kita. (sumber gambar: detik.com)
Berkata dusta dan fitnah dalam agama Islam adalah perbuatan dosa, apalagi kalau kebohongan tersebut terus-menerus menyebar dan diyakini banyak orang. Maka dosa mereka yang pertama menyebarkannya akan semakin banyak saja. Saya sih tidak bisa menyalahkan begitu saja ya kepada teman-teman yang menyebarkan kebohongan ini, karena besar kemungkinan mereka melakukannya karena peduli dengan niat awal agar orang-orang tidak terjerumus pada dosa. Tapi kenyataannya mereka justru membuat dosa mereka sendiri akibat kurangnya tabayyun dan menelan semuanya mentah-mentah.

Jurnal Islam sendiri pada akhirnya membuat klarifikasi setelah mendapat banyak protes dari pembacanya. Sayangnya, dalam klarifikasi yang mereka tuliskan, tidak ada satupun kalimat yang menyiratkan penyesalan maupun ralat sebagaimana yang banyak diharapkan. Jurnal Muslim justru membangga-banggakan pencapaian jumlah pembaca blog mereka yang meningkat tajam berkat artikel kebohongan tersebut. Sementara para pembaca dibiarkan saja mengira-ngira sendiri benar atau tidaknya informasi tersebut.

Fakta dan opini bisa diputarbalikkan dengan mudah di era informasi digital. (sumber gambar: pppst.com)
Ironisnya, Jurnal Muslim kemudian melabeli informasi ‘Aku Yahudi’ tersebut sebagai sebuah ‘opini’. Padahal apa yang disampaikan tersebut sama sekali bukan opini karena tidak mencantumkan pihak yang mengeluarkan pendapat tersebut. Lucunya mereka menampilkan sumber-sumber berita mereka yang secara kaidah jurnalistik tidak bisa dijadikan sebagai narasumber. Informasi yang disajikan adalah pemaparan data yang diklaim sebagai ‘fakta’ dengan gaya penceritaan yang menyerupai berita ‘straight’.

Saya pun jadi bertanya-tanya tentang kredibilitas media ini karena tidak bisa membedakan antara ‘berita’ dan ‘opini’ serta mengambil informasi ala kadarnya tanpa croccsheck terlebih dahulu. Sebagai media Islam mereka justru baru bertabayyun setelah mendapat banyak protes dari berbagai pihak, tanpa bisa menyimpulkan kebenaran berita yang mereka sajikan. Sebagai mantan wartawan saya hanya bisa tertawa membaca tulisan mereka yang sama sekali tidak memenuhi kaidah jurnalistik.

voa-islam.com, media islam paling gak kredibel menurut saya. (sumber gambar: intelijen.co.id)
Memang saat bekerja di koran dulu saya didoktrin untuk pantang meminta maaf atas kesalahan penulisan suatu berita, dan mengatasinya dengan penggunaan bahasa-bahasa yang lebih halus namun tepat sasaran. Tapi apa yang dilakukan Jurnal Muslim buat saya merupakan sebuah lelucon. Dari segi jurnalistik media ini tidak membuat kesimpulan apapun dari klarifikasi mereka, sementara sebagai media muslim mereka enggan untuk meminta maaf dan mengakui kekhilafan karena telah menyebarkan fitnah. 

Dari sini saya bisa menyimpulkan bahwa Jurnal Muslim adalah satu dari sekian banyak contoh media berlabel Islam yang tidak profesional. Kira-kira sama seperti voa-islam yang tak lepas dari kontroversi. Saya masih ingat tatkala situs ini mengunggah berita yang sekadar didasarkan dari pesan BBM tanpa ada konfirmasi pada pihak-pihak terkait ataupun penelusuran di lapangan. Karenanya melalui tulisan ini saya ingin mengimbau kepada teman-teman pers yang memiliki media Islam, marilah kita mencari, menulis, dan menyebarkan berita dengan benar, jangan sekadar mencari trafik situs.

Kalimat Tasbih, cara mengingatkan dalam sholat. (sumber gambar: blogspot.com)
Dengan tulisan yang cukup tajam seperti ini bukan berarti saya membenci Jurnal Muslim dan situs-situs sejenis, justru sebaliknya saya sayang dan peduli kepada mereka. Karena dalam Islam sendiri diajarkan untuk saling mengingatkan sesama muslim. Saya tidak ingin bila media-media Islam Indonesia dicap sebagai media provokator, tidak kredibel, dan hanya mengejar keuntungan semata. Saya ingin media-media Islam di Indonesia bisa menjadi media yang bukan hanya menjunjung tinggi nilai-nilai jurnalistik, melainkan juga turut mencerdaskan dan menginspirasi umat muslim di Indonesia. Jangan cuma bisa jadi provokator. Masih banyak kok media Islam yang bermutu untuk dijadikan teladan, yang memegang teguh Alquran dan hadis sebagai bahan pertimbangan mereka.

Saya berbicara seperti ini juga bukan membela Pokemon yang notabene bukan produk muslim. Saya pribadi tidak masalah bila game Pokemon dilarang, dicekal, ataupun disebut haram, asalkan alasannya jelas. Saya lebih setuju bila Pokemon dilarang karena menyebabkan kecanduan atau karena berpotensi membahayakan nyawa, ketimbang dilarang karena alasan kebohongan ‘Aku Yahudi’. Karena memang ya, sebagai sebuah game, selain memiliki manfaat hiburan, Pokemon tetap memiliki dampak negatifnya di samping dampak positif yang jarang diangkat ke permukaan. Tapi tetap saja video game itu seperti pisau, tinggal bagaimana kita menggunakannya.

Jangan biarkan fitnah'Aku Yahudi' merampas kebahagiaan bermain Pokemon. (sumber gambar: idigitaltimes.com)
Jadi sahabat gamer, khususnya yang muslim, jadilah cerdas. Sekali lagi jangan mudah termakan isu dan provokasi yang belum tentu kebenarannya, apalagi sampai membantu menyebarkannya. Sederetan fakta ilmiah dan logika yang sudah saya sampaikan di atas jelaslah lebih kuat ketimbang sekadar pesan berantai 'Aku Yahudi' yang tidak jelas juntrungannya tersebut. Sekarang tinggal bagaimana kalian menyikapinya, mana yang lebih kalian percaya, saya Gamer Jalanan tidak bisa memaksa ya. Intinya jangan sampai kalian diketawain sama Yahudi nanti. Silakan kalian nilai sendiri, yang pasti berhentilah bermain game bila membuat kalian kecanduan dan lupa waktu, jangan berhenti karena percaya dengan berita bohong. Saya Gamer Jalanan, terima kasih telah membaca tulisan saya ini dan... Salam Gamer! (gj)

2 comments:

  1. saya lihat ini post 2016 ya.. tapi tak apalah..
    menurut saya pribadi, tidak usah pedulikan perkataan orang. entah memang berarti yahudi ataupun hoax akan tetap saya mainkan, alasannya karena saya menyukai pokemon.. meski sekarang baru sampai pokemon black 2... salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal. Sama dong dengan saya, game Pokemon terakhir yang saya mainkan juga Pokemon Black 2. Entah kenapa kurang berminat memainkan versi-versi terbarunya, mungkin sudah bosan. Hahaha... :D

      Delete