Friday, January 8, 2016

Satu Jam Bermain ‘Star Wars: The Force Unleashed’

(sumber gambar: macrumors.com)
Satu jam tidaklah cukup untuk bermain video game. Apalagi video game zaman sekarang memiliki rentang waktu permainan hingga berjam-jam dengan tingkat kesulitan yang memaksa kalian memainkannya berulang-ulang. Tapi satu jam cukup untuk memberikan kesan kepada gamer mengenai tampilan game tersebut, dari segi visual, audio, dan gameplay. Dan bagi saya, Gamer Jalanan, satu jam sudah cukup untuk mengetahui bagaimana keseluruhan permainan bakal berjalan, dan cukup waktu untuk menentukan melanjutkan permainan atau menghentikannya.

Pada edisi kedua ‘Satu Jam Bermain’ di blog Gamer Jalanan kali ini, saya memainkan salah satu game dalam waralaba opera luang angkasa populer, Star Wars. Yup, akhir tahun 2015 lalu memang sedang gandrung-gandrungnya Star Wars, dengan dirilisnya film episode ketujuh dari serial ini, The Force Awakens. Gak ketinggalan saya pun ikut kena demam Star Wars juga. Tapi berhubung belum sempat nonton filmnya di bioskop, jadi ya saya hanya bisa memainkan salah satu video gamenya saja. Ya namanya juga Gamer Jalanan, jadi yang ditulis ya tentang video game, bukan tentang ulasan film.


Sebenarnya saya ingin memainkan game terbaru Star Wars, Star Wars Battlefront, game shooter yang merupakan reboot dari game berjudul sama yang dulu rilis di PS2. Tapi game Star Wars yang tersedia di PS2-nya sepupu saya adanya ‘Star Wars: The Force Unleashed’, game action-adventure yang rilis tahun 2008. Jadi ya apa boleh buat, daripada tidak bermain game sama sekali, maka saya putuskan untuk menjajal Star Wars: The Force Unleashed selama satu jam permainan. Ya gak jauh bedalah sama fim terbaru Star Wars karena ada kata “The Force”, bedanya kalau filmnya itu “The Force Awakens”, maka game yang saya mainkan ini adalah “The Force Unleashed”.

Well, saya belum pernah mendengar informasi tentang game Star Wars ini. Sehingga saya sama sekali tidak mengetahui bagaimana gameplay dan storyline dari game yang satu ini. Tapi melihat tampilan awalnya, game ini tampaknya menawarkan permainan yang menyenangkan. Kenapa saya bilang menyenangkan? Karena di bagian prolog game ini saja saya bisa memainkan karakter Darth Vader! Yeah, segera setelah menekan tombol START, permainan pun dimulai dengan teks berjalan legendaris dari serial ini yang mengisahkan narasi awal dari jalan cerita game ini.

Menjadi Darth Vader dan membantai para Wookie. Gambar versi PS3.(Sumber gambar: ytimg.com)
The Force Unleashed mengambil setting antara Star Wars Episode III: Revenge of the Sith dan Star Wars Episode IV: A New Hope. Ceritanya terjadi segera setelah Galactic Empire terbentuk menggantikan Galactic Republic. Demi keamanan Empire, Emperor Palpatine alias Lord Sidious memerintahkan Darth Vader memburu para ksatria Jedi yang tersisa di galaksi setelah Order 66 yang menghabisi banyak sekali Jedi. Perburuan ini membawa Darth Vader ke Planet Kashyyyhk, planetnya kaum Wookie. Kabarnya ada ksatria Jedi yang bersembunyi di planet ini.

Berperan sebagai Darth Vader, saya pun menjelajahi lingkungan Kashyyyk, masuk ke dalam bangunan-bangunan yang ada di sana. Para wookie pun segera datang silih berganti menyerang saya dengan senjata api dan senjata tajam mereka. Tapi seperti yang jelas saya tahu, Darth Vader tak terkalahkan! Prolog game ini yang di satu sisi berfungsi juga sebagai tutorial melalui perintah-perintah tombol yang muncul setiap kali menghadapi suatu kondisi yang baru pertama kali dihadapi. Window yang muncul memberitahukan tombol-tombol apa saja yang mesti dipencet untuk melakukan suatu serangan atau aksi, baik serangan dengan pedang Light Saber maupun serangan menggunakan Force.

Seri tutorial 'tersembunyi' ini terbilang cukup membantu memahami bagaimana cara memainkan game ini, namun banyaknya command yang hadir secara beruntun ini rupanya agak membingungkanku. Karena tombol-tombol aksi ini terdiri dari kombinasi-kombinasi yang perlu dihapal dan jumlahnya terbilang banyak. Dibutuhkan cukup adaptasi dengan kombinasi-kombinasi ini sehingga dapat terbiasa menggunakan seperti ahli. Kenapa saya bilang seperti ahli karena kombinasi-kombinasi serangan yang ada menjadikan pertarungan melawan kejahatan, eh, melawan kebaikan menjadi semakin seru karena menghadirkan beragam variasi serangan yang bisa digunakan, baik dengan Light Saber maupun menggunakan Force.

Adapun serangan-serangan yang bisa dilakukan dalam game ini, dengan elemen Light Saber yang begitu kental, menjadikan elemen hack and slash begitu terasa dalam game action-adventure ini. Ditambah lagi dengan sudut pandang third person khas genre ini, plus variasi serangan yang dihadirkan melalui The Force, membuat The Force Unleashed menjadi sebuah game aksi hack and slash yang khas dan unik. Di luar serangan menyayat khas genre ini, variasi aksi pedang yang bisa saya lakukan di antaranya melempar Light Saber dengan style bumerang untuk menghancurkan musuh yang berada jauh, menangkis dengan pedang untuk mengembalikan tembakan lawan, hingga melompat dan menghentak menjatuhkan lawan. 

Dengan The Force saya bisa mengeluarkan energi listrik seperti ini. (sumber gambar: flickr.com)
Sementara tipe serangan lainnya yaitu The Force, mungkin terasa agak rumit tapi memberikan rasa berbeda dalam genre ini. Maksudnya, saya bukan sekadar berlari dan menyayat setiap musuh yang menghalangi, tapi saya juga bisa bermain tenang saat para prajurit musuh datang, lantas membantai mereka semua dengan The Force. Elemen The Force dalam game ini cukup terasa hidup, sehingga dengan memainkan game ini saya bisa merasa menjadi seorang Sith. Hell-yeah! Saya selalu ingin menjadi seorang Sith! The Dark Side of Force is so strong! Adapun variasi The Force yang bisa kita gunakan di antaranya membuat musuh melayang di udara, menghempaskan mereka, menghancurkan lingkungan sekitar dengan hempasan The Force yang kuat, atau mengeluarkan serangan energi listrik yang besar.

Tapi peran The Force bukan sekadar untuk menjatuhkan musuh. Pada beberapa titik di sepanjang permainan, saya mesti menggunakan The Force ini untuk mengakses area-area yang tidak terjangkau, misalnya dengan menggerakkan platform yang ada di sekitar membentuk jalan. Bisa juga dengan menyingkirkan benda-benda yang menghalangi jalan saya. Pun, akan ada event tertentu sepanjang permainan, di mana saya mesti menekan tombol tertentu, biasanya kotak, untuk mengaktifkan The Force dan meneruskan permainan. Salah satunya untuk mendobrak pintu besi yang terkunci agar bisa mengakses area berikutnya.
Efek The Force yang mengagumkan.  (sumber gambar: vignette.com)
Penggunaan The Force ini sendiri bukan tak terbatas. Ada bar di atas layar yang menunjukkan batas The Force yang bisa saya gunakan. Bila indikator dalam bar ini kosong, otomatis tidak bisa menggunakan The Force untuk pertarungan. Meski begitu, item The Force tersebar di sepanjang perjalanan yang bakal terserap secara otomatis ketika saya dekati. Bar The Force pun akan kembali terisi penuh. Sehingga The Force bisa digunakan sesering mungkin, tapi ya tidak berlebihan juga. Hal yang sama berlaku pada item hit point (HP) yang juga tersebar di sepanjang permainan. Bedanya, jumlahnya lebih sedikit dibandingkan item The Force. Dan bila HP habis, tak perlu dikatakan lagi, permainan berakhir. Selain kedua item itu, ada juga item yang disebut holocron, yang saya kurang tahu apa fungsinya, mungkin untuk mendapatkan ekstra-ekstra dalam game ini.

Kembali ke permainan, rasanya saya merasa jahat saat membantai para Wookie yang notabene adalah makhluk baik hati. Beruntung ini cuma terjadi dalam video game jadi ya menurut saya bisa termaafkan, hehehe. Di sepanjang prolog ini Darth Vader memimpin pasukan Stormtroopers menghadapi para Wookie. Pertempuran sengit antara Stormtroopers dan Wookie pun terjadi, dengan saya membantu di pihak yang jahat. Hahaha! Tapi meski begitu, bila saya mau, saya bisa membunuh Stormtroopers yang saya temui di sepanjang jalan. Rasanya sangat jahat ketika seorang Stormtroopers yang tengah asyik menembaki Wookie tiba-tiba mati saya tebas dengan Light Saber. Ultimate Evil!

Rogue Jedi yang malang, tewas di tangan Darth Vader. (sumber gambar: vignette)
Pada akhirnya saya bertemu juga dengan Jedi yang dimaksud, yang katanya bersembunyi di Kashyyyk. Pertarungan antar Jedi dan Sith pun tak terelakkan dan bisa dibilang duel ini adalah duel boss pertama dalam The Force Unleashed. Meski terbilang mudah, tapi dibutuhkan sedikit taktik untuk membunuh Jedi yang bernama ‘Rogue Jedi’ ini, tidak bisa asal main tebas. Kombinasi Light Saber dan The Force yang tepat bakal memenangkan duel ini dengan cepat. Sebaliknya bila asal-asal, bakal kalah dan kembali mengulang duel dan itu rasanya sangat menyebalkan. Meskipun Darth Vader dibekali dengan HP yang terbilang wah alias cukup banyak untuk bertahan tanpa item HP, tapi toh saya dua kali kalah sebelum akhirnya menuntaskan duel ini dengan gemilang.

Berbeda dengan duel biasa melawan prajurit musuh, dalam boss battle terkadang muncul perintah menekan tombol secara cepat sesuai kondisi yang ada. Entah itu tengah beradu Light Saber dengan bos, atau beradu kekuatan The Force yang menurut saya keren. Pun bila saya telah berada dalam kondisi serangan yang tepat, saya mesti menekan serangkaian tombol dengan tepat untuk menghasilkan combo serangan yang mematikan. Dan kecekatan menekan tombol ini rasanya terbayarkan ketika musuh terhempas, kehilangan HP yang lumayan banyak. Pertarungan melawan boss atau semi-boss biasanya diiringi pemunculan bar HP lawan di bagian bawah layar. Ini cukup membantu untuk mengetahui berapa serangan lagi yang harus disarangkan untuk memenangkan duel.

Pada akhirnya saya berhasil mengalahkan Rogue Jedi dan menemukan ada seorang anak laki-laki di tempat persembunyian si Rogue Jedi. Darth Vader yang merasakan The Force mengalir kuat pada diri anak itu lantas membawanya pergi dan berniat menjadikannya murid atau apprentice, setelah sebelumnya membunuh para Stormtroopers yang menyaksikan penemuan tersebut. Beberapa tahun kemudian, anak laki-laki itu telah menjadi dewasa dan disebut dengan nama ‘Starkiller’. Darth Vader mengutusnya untuk menemukan dan mengalahkan Master Jedi bernama Rahm Kota yang melakukan pemberontakan pada Empire. Dari sini, karakter yang saya mainkan beralih dari Darth Vader ke Starkiller.

Darth Vader dan muridnya, Starkiller.(sumber gambar: Dualshockers.com)
Saya cukup kecewa ketika menyadari bahwa game ini tentang Starkiller. Saya pikir di sepanjang permainan saya akan  berperan sebagai Darth Vader. Kenyataannya, salah satu karakter antagonis terbaik dalam industri perfilman ini hanya bisa saya mainkan di awal-awal permainan saja. It’s okay, bukan masalah toh Starkiller juga berada di sisi Sith. Entah kenapa ya saya suka di sisi Sith padahal kan Sith itu jahat. Mungkin karena kesannya yang keren, gelap, misterius, dan kuat. Nah, si Starkiller ini dibantu oleh protocol droid bernama Proxy dan pilot Juno Eclipse. Saya, kini sebagai Starkiller, pun terbang dengan pesawat menuju Tie Fighter Factory yang sedang diserang Rahm Kota.

Pada chapter pertama Starkiller ini, saya menyusup ke dalam pesawat yang berukuran besar, Tie Fighter Factory, dan mulai menjelajah mencari lokasi Rahm Kota. Uniknya, Darth Vader juga memerintahkan saya untuk menghabisi setiap Stormtroopers yang mengetahui keberadaan Starkiller. Ini menarik, sehingga bisa dibilang posisi Starkiller ini agak-agak netral gitu. Di pesawat ini sendiri gameplay sama seperti di prolog, saya berlari menelusuri bagian Factory tersebut sembari menebas setiap prajurit musuh yang mengganggu, entah itu dari Rebel/pemberontak atau dari Stormtroopers. Penelusuran ini terbilang panjang dan mungkin sedikit membosankan.

Ala hack and slash, berlari dan menyayat musuh. (sumber gambar: nerdontherocks.com)
Bukan hanya berlari, dalam misi ini saya mesti pintar-pintar melompat, khususnya untuk naik ke platform bagian atas pesawat ini. Di sini saya sering menggunakan The Force untuk menghancurkan pintu-pintu besi besar yang menghalangi jalan. Saya juga menggunakan The Force untuk menyusun platform-platform yang ada agar bisa saya naiki untuk mencapai bagian atas pesawat yang merupakan pabrik pembuatan Tie Fighter ini. Pun, di sini saya mempelajari teknik baru yang cukup membantu dalam pertarungan yaitu teknik dash. Dengan teknik ini, saya bisa bergerak cepat baik untuk menyerang maupun menghindari musuh.
Pada akhirnya saya bertarung dengan robot walker kecil, ya bisa dikategorikan sebagai boss battle. Melawan robot ini terbilang sulit, karena robot ini menyerang dengan brutal. Selain dengan serangan Light Saber secara langsung, saya bisa memanfaatkan The Force untuk mengurangi HP robot ini. Yaitu dengan menghempaskan item-item pendukung di sekitar saya, baik itu balok-balok besar maupun bom ke arah si robot. Untuk konfrontasi jarak dekat dengan Light Saber, saat saya berada pada posisi yang tepat, muncul pilihan aksi yang memungkinkan saya mencabik-cabik kulit besi robot tersebut.

Pertarungan melawan robot ini berhasil dan langsung saja saya kembali dalam rutinitas membantai prajurit rebel atau stormtroppers. Mungkin langsung saya skip saja, hingga akhirnya saya bertemu dengan Rahm Kota di sebuah ruangan yang merupakan pusat Factory tersebut. Duel melawan Rahm Kota pun terjadi, dan saya akui duel ini relatif sulit untuk saya menangkan. Rahm Kota memiliki serangan Jedi yang sakti, bisa dibilang mengimbangi kemampuan saya. Dia bisa menggunakan Light Saber, The Force... memang sih Rogue Jedi yang saya kalahkan sebelumnya juga memiliki kemampuan ini, tapi sekarang saya bermain sebagai Starkiller yang HP-nya jauh lebih rendah dibandingkan Darth Vader.

Melawan Rahm Kota yang kuat.  (sumber gambar: comicvine.com)
Rahm Kota merupakan boss yang menurut saya kuat. Dia berhasil membuat saya kelabakan karena HP saya menipis bahkan hampir habis. Jadinya saya sering dilanda panik mencari item HP kesana-kemari. Untunglah saya tak mesti mengulang pertarungan karena setelah melalui duel yang terbilang panjang, saya akhirnya bisa mengalahkan Rahm Kota. Dengan The Force, saya menghempaskan Rahm Kota keluar dari Factory dan merebut Light Saber-nya. Tapi sebelum itu, sempat ada dialog kecil antara Starkiller dengan Rahm Kota yang cukup berpengaruh pada perkembangan karakter Starkiller berikutnya. Misi selesai, saatnya kembali ke pesawat. Starkiller lantas bertemu kembali dengan Darth Vader yang mengungkap sebuah rencana untuk melakukan kudeta atas Empire. Tapi sebelum semua itu terwujud, waktu satu jam permainan saya sudah selesai.

Yup, satu jam telah terlewati dan sekarang saatnya untuk memberikan kesimpulan terhadap game ini. Mari saya mulai dari segi grafis, yang menurut saya keren sekali. Star Wars: The Force Unleashed yang saya mainkan ini adalah versi PS2, yang dikerjakan oleh Krome Studios. Menurut saya grafisnya sudah bagus sekali lah untuk ukuran PS2, tapi tentu kalah jauh dari grafis versi PS3-nya yang dikembangkan langsung oleh LucasArts. Saya melihat video playthrough di YouTube dan memang diakui versi PS3 jauh lebih baik, apalagi dalam departemen grafis dan juga sound dalam game ini dibantu oleh Industrial Light & Magic (ILM), perusahaan efek visual yang selama ini mengerjakan efek-efek visual dalam film Star Wars. Memang saya dengar keterlibatan ILM dalam game ini untuk semakin menghidupkan suasana gamenya agar terasa seperti menyaksikan film Star Wars.

Narasi yang terbilang bagus dari semesta Star Wars.  (sumber gambar: wallpaperstock.com)
Segi narasi menurut saya merupakan salah satu kekuatan game ini. Latar ceritanya memang dibuat berkesinambungan dengan kronologi dalam serial film utamanya, yaitu seperti yang sudah saya jelaskan di awal, antara Episode III dan Episode IV. Memang ada celah waktu yang cukup lama antara dua episode tersebut, yang menurut saya berhasil dimanfaatkan dengan baik menjadi latar waktu game ini. Jalinan ceritanya terpapar dengan baik dimulai dari teks bergerak khas Star Wars hingga cuplikan-cuplikan cutscene dan dialog yang keren. Bisa dibilang The Force Unleashed sukses menyajikan sebuah pengalaman game Star Wars dengan cita rasa film bioskop dengan narasi yang dijabarkannya.

Untuk segi kontrol, rasanya sudah berpadu baik dengan elemen gameplay yang ada. Kontrolnya mudah dan sederhana, tapi butuh waktu untuk bisa dikuasai khususnya jenis-jenis serangan yang membutuhkan kombinasi tombol untuk melakukannya. Meskipun sesekali saya merasakan reflek dalam permainan kerap terlambat menjadikan kombinasi tombol yang saya pencet menjadi sia-sia. Kontrol yang mudah ini menjadi semakin mudah dengan pergerakan kamera yang dinamis, namun tetap proporsional dalam menyorot wilayah aksi. Bahkan game ini memiliki pilihan zoom kamera yang membantu saya fokus dalam menghabisi musuh-musuh tertentu tanpa kehilangan arah dalam melakukan serangan. Zoom ini menurut saya merupakan elemen yang penting, mengingat dengan kamera normal kerap kali kehilangan sasaran akibat pergerakan yang begitu cepat.

Bicara kelemahan.... hmm, apa ya? Mungkin lebih pada gameplay yang repetitif dengan perulangan pertarungan yang bisa menimbulkan suatu kebosanan. Walaupun saya merasa penggemar Star Wars sejati tidak akan pernah merasa bosan dengan duel Light Saber yang ada. Pun, perulangan ini juga bisa membuat siapapun yang memainkannya merasa kelelahan dan tak sabar menyelesaikan misi yang ada, berhenti bermain untuk melanjutkannya di kesempatan yang lain. Kelemahan yang lainnya yaitu dibutuhkan presisi lompatan yang cukup baik pada beberapa titik yang mensyaratkan aksi-aksi akrobatik.

Saya belum sampai di sini, tapi menghancurkan Star Destroyer dengan Force?  (sumber gambar: realisticindustries.com)
Kesimpulannya, Star Wars: The Force Unleashed menyajikan sebuah pengalaman Star Wars yang lain, yang original dan belum pernah ada sebelumnya. Di sini saya berkesempatan bermain sebagai Sith dan Darth Vader, yang merupakan salah satu kesenangan tersendiri bagi saya, dan bagi para penggemar serial Star Wars tentunya. Dengan gameplay yang terbilang sederhana dan mudah, menurut saya game ini bisa dengan mudah diterima gamer penggemar Star Wars maupun non penggemar. Dengan jalinan cerita orisinal yang berkesinambungan dengan jalan cerita serial utamanya, didukung visualisasi keren, memainkan Star Wars: The Force Unleashed bisa jadi seperti menyaksikan film Star Wars yang lainnya, mungkin tepatnya Episode 3,5. Bedanya, saya bukan hanya menyaksikan kisah epik lain dari perang bintang ini, melainkan juga turut terlibat secara interaktif dengan memainkannya. Star Wars: The Force Unleashed merupakan pilihan wajib bagi gamer penggemar serial Star Wars maupun penggemar genre hack and slash.

Akhirnya, setelah satu jam bermain, saya pikir saya akan kembali memainkan game ini bila kondisinya memungkinkan. Selain gameplay, salah satu alasan memainkan kembali game ini datang dari jalinan ceritanya, yang tentu tidak bisa saya ketahui secara lengkap bila saya tidak memainkannya hingga tamat. Dari skala 10, saya beri game ini nilai impresi 8 yang artinya layak untuk dimainkan kembali. Well, siapa coba yang tidak ingin bermain sebagai Darth Vader yang legendaris itu? (gj)

No comments:

Post a Comment