Thursday, April 7, 2016

‘Contra: Hard Corps’, Kerasnya Begitu Terasa

(sumber gambar: official art)
Serial Contra merupakan sebuah serial game klasik, yang begitu berkesan di hati saya. Game yang sangat populer di era NES ini merupakan pelopor genre run & gun, yang di kemudian hari diadopsi oleh banyak game serupa, di antaranya Gunstar Heroes dan tentu saja, Metal Slug. Intinya jangan mengaku gamer retro deh kalau tidak tahu judul yang satu ini. Sejak pertama kali dirilis untuk NES di penghujung era 80-an, serial besutan Konami ini telah merilis berbagai judul sekuelnya yang setia dengan format aslinya, namun dengan beragam variasi dan inovasi baru. 

Hampir semua judul dalam serial Contra menjadi game favorit saya. Baik game pertamanya sendiri, sekuel langsungnya yang berjudul Super C atau Super Contra, serta dua gamenya di era 16-bit, Contra III: The Alien Wars untuk SNES dan Contra: Hard Corps untuk Sega Genesis/Mega Drive (MD). Sementara di era video game modern saya mengenal Contra: Shattered Soldier dan Neo Contra, yang keduanya rilis untuk platform PlayStation 2. Sedangkan untuk platform portabel ada Operation C di Game Boy dan Contra 4 di Nintendo DS.


Hard Corps mengusung gameplay run & gun khas serial Contra.
Judul-judul Contra di atas merupakan game favorit saya, dan menarik rasanya bagi saya untuk bisa menulis semua ulasan untuk game-game Contra tersebut. Tapi kali ini saya Gamer Jalanan hanya akan mengulas game yang rilis di era 16-bit tepatnya di platform Genesis/MD, Contra: Hard Corps. Di era 16-bit sendiri saya mengenal dua game Contra yaitu Contra III: The Alien Wars di SNES dan Contra: Hard Corps di MD. Keduanya merupakan game yang benar-benar berbeda walaupun mengusung genre dan tema yang sama. Sulit untuk memutuskan yang mana yang terbaik di era-16 bit, era console wars pertama di jaga industri game. Mengingat keduanya sama-sama memiliki keunikannya masing-masing.

Karena saya sudah pernah mengulas Contra III: The Alien Wars di blog saya yang satunya, maka rasanya tidak adil bila saya tidak mengulas Contra: Hard Corps, atau biar lebih mudah saya sebut saja Hard Corps. Sekadar informasi, karena di Eropa kala itu terdapat larangan penggambaran penembakan karater manusia dalam video game, maka di Eropa dan Australia, game Hard Corps dirilis dalam versi berbeda yang disebut Probotector. Dalam Probotector, karakter-karakter manusia yang ada dalam Hard Corps digantikan dengan karakter-karakter robot. Sementara judul ‘Contra: Hard Corps’ digunakan di Amerika Utara, Korea Selatan, dan Jepang. 

Menyelesaikan game ini secara multiplayer adalah sebuah kesenangan tersendiri.
Contra Hard Corps menurut saya merupakan salah satu game terbaik di Genesis/MD, baik dari segi gameplay, grafis dan sound, serta dari segi cerita. Game ini juga turut meninggalkan kesan mendalam bagi saya, di mana saya dulu sering memainkannya bersama adik sepupu saya, Akio. Memainkan game ini secara co-op multiplayer berdua benar-benar mengasyikkan, walaupun memainkannya sendiri saja secara single-player juga tak kalah mengasyikkan. Meski berkali-kali menamatkannya, saya akui saya tidak pernah bosan memainkan game ini.

Alasan tidak bosan karena ya game ini adalah run & gun, sebuah genre menarik namun sederhana, di mana kalian hanya perlu berlari, melompat, dan menembak semua musuh yang menghadang. Apalagi di antara game-game Contra sebelumnya, Hard Corps terbilang unik dan berbeda. Game ini menghadirkan banyak fitur inovatif menarik seperti empat pilihan karakter, alur cerita bercabang yang bisa menghasilkan banyak ending, dan empat set senjata untuk masing-masing karakter yang menarik dan keren.

Colonel Bahamut, antagonis yang dulunya seorang pahlawan.
Tapi jangan salah ya, meski gameplay sederhana namun tingkat kesulitan game ini tidak perlu ditanya lagi, keras sekali seperti judulnya. Kalau kalian penggemar game Contra seperti saya pasti sudah paham betapa sulitnya game-game Contra, sehingga sering disebut sebagai video game tersulit yang pernah ada. Sampai-sampai Konami mesti mengeluarkan kode ajaib untuk game pertamanya, Contra, yang sering disebut Konami Code, yang memungkinkan kalian mendapatkan 30 nyawa. Kalian penggemar Contra mungkin akrab dengan kode ini, tapi jangan harap kalian mendapatkan kode ini di Hard Corps.

Contra: Hard Corps berkisah lima tahun setelah event Alien Wars di game Contra III: The Alien Wars, tepatnya di tahun 2641 M. Alkisah organisasi teroris yang dipimpin oleh pemberontak Colonel Bahamut mencuri alien cell yang ditemukan dalam Alien Wars. Sang kolonel berencana menggunakannya untuk menciptakan senjata biologis yang berbahaya. Kali ini empat prajurit elite yang disebut ‘Hard Corps’ ditugaskan menghentikan rencana jahat organisasi tersebut. Mereka adalah prajurit laki-laki bernama Ray Poward, prajurit perempuan bernama Sheena Etranzi, humanoid serigala bertangan mesin bernama  Fang, dan robot android bernama Browny. Keempatnya memiliki kemampuan dan senjata yang berbeda satu sama lain, menjadikan masing-masing karakter memiliki keunikan tersendiri.

Di antara empat karakter Hard Corps, Browny dalah favorit saya.
Dalam gamenya, saya bisa memilih satu dari empat karakter tersebut untuk saya mainkan. Pilihan empat karakter prajurit ini mengingatkan saya pada Contra Force, sebuah spin-off game Contra yang rilis di NES, yang juga menawarkan pilihan empat karakter. Jadi bisa dibilang pilihan empat karakter tersebut bukan hal baru dalam serial Contra, walaupun banyak penggemar Contra yang tidak mengakui Contra Force sebagai bagian dari serial Contra. Wajar sih mengingat Contra Force tidak memiliki kesesuaian dengan jalan cerita Contra dan fakta bahwa game ini merupakan daur ulang dari game Jepang yang batal terbit: Arc Hound. Yeah, memang seharusnya tidak diberi judul Contra.

Kembali ke Contra: Hard Corps, pilihan empat pemain ini menurut saya merupakan sebuah hal yang bagus untuk game Contra. Apalagi masing-masing karakter memiliki set senjata dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Berbeda dengan tiga game Contra sebelumnya yang hanya diisi dua karakter default, Bill Rizer untuk player 1 dan Lance Bean untuk player 2. Pilihan empat karakter dalam Hard Corps ini menurut saya bisa menambah replay value dari game Contra. Karena akan menarik untuk menjajal masing-masing karakter yang ada di sini sehingga saya akan mengulang kembali memainkan game ini walaupun sudah berkali-kali menyelesaikannya.

Set senjata Browny menurut saya adalah yang terbaik, contohnya senjata ini.
Adapun karakter favorit saya dalam game ini adalah Browny, android kecil yang menurut saya sangat efektif untuk menyelesaikan permainan. Hal ini dikarenakan dia memiliki set senjata yang bisa meng-cover semua sisi serangan. Dia juga memiliki senjata pengejar yang begitu menyenangkan untuk digunakan. Selain itu kemampuannya yang bisa melayang di udara serta bentuk tubuhnya yang pendek dibandingkan tiga karakter lainnya begitu membantu saya, membuat saya bisa menghindari serangan musuh dengan sangat aman.

Tadi saya bilang set senjata ya? Iya, masing-masing karakter memiliki set senjata hingga empat jenis senjata di luar senjata machine gun standar mereka. Keempat senjata tersebut dibagi dalam empat kategori huruf yaitu A, B, C, dan D. Masing-masing senjata ini memiliki fungsi yang berbeda-beda, dan penggunaan keempatnya dengan tepat bisa membawa pada kemenangan yang sempurna. Tapi keempat senjata ini tidak tersedia secara default, melainkan harus didapatkan melalui kapsul terbang berisi item berlogo huruf ABCD, sebagaimana dalam game-game Contra sebelumnya.

Belum apa-apa saya sudah menghadapi robot sebesar ini.
Set senjata keempat karakter ini berbeda satu sama lain. Misalnya Browny memiliki tembakan bola penyebar ke segala arah yang bisa mengejar musuh untuk kategori D, sementara di kategori yang sama Ray Poward memiliki senjata peluncur roket yang juga mengejar musuh. Senjata yang sedang digunakan akan akan hilang bila karakter saya mati, sementara senjata-senjata lainnya yang tidak digunakan akan tetap ada walaupun kehilangan nyawa.

Untuk menembak sendiri ada dua gaya menembak yang bisa saya gunakan yaitu bisa menembak sambil berlari atau harus berhenti untuk bisa menembak. Gaya menembak ini bisa diatur dengan menahan tombol pengganti senjata sembari menembak. Gaya menembak ini sangat berguna dalam permainan dan pergantian yang tepat akan menghasilkan kemenangan yang cepat. Oh iya, selain empat set senjata, saya juga memiliki bom yang bisa diledakkan sebagaimana dalam Contra III: The Alien Wars. Tapi tidak seperti The Alien Wars, jumlah bom yang saya miliki akan tetap sama meskipun kehilangan nyawa selama saya tidak menggunakannya. 

Makhluk-makhluk buas ini siap menerkam android imut saya.
Contra: Hard Corps terbagi dalam beberapa stage atau level yang begitu bervariasi dalam lingkungan yang begitu futuristik. Selain beraksi dengan berjalan kaki, beberapa stage mengharuskan saya mengendarai kendaraan canggih yang disebut motoroid, sebuah sepeda motor yang bisa berubah menjadi mesin menyerupai burung unta. Selain itu, sebagian lainnya memaksa saya untuk memanjat dan bergelantungan di langit-langit. 

Untuk mayoritas stage-nya, kebanyakan ditampilkan dalam dari sudut pandang side-view perspective, walaupun ada stage yang tampil dalam sudut pandang front-view. Meski begitu hal ini tidak mengurangi inovasi dalam setiap stage-nya, mengingat setiap stage dirancang dengan begitu baik, dengan berbagai bentuk penghalang yang keren, berisi begitu banyak musuh baik yang berukuran kecil maupun besar.

Robot sampah ini mudah dikalahkan bila memahami pola gerakan dan serangannya.
Sepanjang permainan saya dibawa ke berbagai tempat, mulai dari berkendara di jalanan kota yang diserang robot-robot gila, pembuangan sampah dengan dunia virtual di dalamnya, hutan yang penuh makhluk buas, digoyang-goyang di atas gerbong kereta api, terbang di atas helikopter dan di atas roket, menyeberangi lautan, sebuah markas yang terinfeksi alien, hingga ke luar angkasa saat Colonel Bahamut hendak menghancurkan bumi dengan senjata biologis pemusnah masal buatannya. Juga ada sebuah stage rahasia berbentuk koloseum yang membawa saya kembali ke masa prasejarah. Semua stage-nya begitu berwarna, membuat permainan terasa begitu fresh dari awal sampai akhir.

Uniknya ya, setiap stage yang akan saya lewati bakal berbeda-beda tergantung dari keputusan apa yang saya pilih. Hal ini dikarenakan Hard Corps menerapkan branching path atau jalan bercabang, yang pertama kalinya diterapkan dalam serial ini. Artinya, saya bisa mendapatkan stage-stage baru saat saya memainkan game ini lagi dengan keputusan-keputusan yang berbeda. Setiap keputusan kalian itu akan berdampak pada hasil akhir atau ending permainan saya di Hard Corps. Bisa dibilang Hard Corps merupakan game pertama yang memiliki multiple ending atau ending yang lebih dari satu dalam serial Contra.

Keputusan yang saya ambil berpengaruh pada jalan cerita Hard Corps.
Misalnya di akhir stage pertama saya akan berhadapan dengan prajurit jahat bernama DeadEye Joe dan di waktu yang bersamaan Professor Geo Mandrake meminta bantuan setelah research center diserang oleh kelompok teroris. Di sini saya mendapat dua pilihan, antara mengejar DeadEye Joe yang melarikan diri atau kembali ke research center untuk menyelamatkan Alien Cell yang ada di sana. Bila saya memilih mengejar DeadEye Joe, maka saya akan dibawa pada stage pengejaran di mana saya akan menghabisi DeadEye Joe di akhir stage-nya.

Sementara bila saya memilih kembali ke research center, saya akan dibawa ke stage penyelamatan di mana saya menghabisi setiap teroris yang ada di research center. Kedua stage ini benar-benar berbeda dan saya tidak bisa memainkan keduanya secara berurutan dalam satu kali permainan. Saya hanya bisa memainkannya dalam dua kali permainan dengan keputusan yang berbeda pada permainan berikutnya. Hal serupa terjadi di stage kelima, di mana karakter saya berhasil terjebak oleh pasukan Bahamut. Di sini akan ada banyak keputusan yang mesti dipilih, yang akan menghasilkan empat ending cerita yang berbeda.

Bila saya memutuskan bertarung sampai akhir, si dokter gila ini akan dimakan ciptaannya sendiri.
Tapi keputusan yang saya buat bukan hanya menentukan ending dari game ini, melainkan juga menentukan nasib para karakter-karakternya. Misalnya untuk Doctor Geo Mandrake, dia akan dimakan oleh ciptaannya sendiri bila saya memilih bertarung hingga akhir saat terjebak oleh pasukan Bahamut. Namun bila saya memilih menyerah untuk menyerang kemudian, sang profesor ini akan diubah menjadi monster oleh Bahamut. Pun dengan nasib Colonel Bahamut sendiri, di mana terdapat ending di mana dia akan berubah menjadi monster, dan ada pula ending di mana dia berhasil melarikan diri. Bukan hanya itu, nasib karakter saya pun juga ditentukan dari keputusan yang saya ambil.

Branching path inilah yang membedakan Hard Corps dengan game-game Contra sebelumnya atau bahkan dengan game-game Contra sesudahnya. Fitur ini terasa unik, asyik, dan membuatnya memiliki replay value yang tinggi. Ini membuat permainan terasa panjang bahkan setelah saya berhasil menamatkannya. Total ada lima ending yang bisa saya dapatkan, dengan masing-masing jalur ceritanya memiliki stage-stage-nya tersendiri yang menarik untuk dimainkan. Apalagi ada ending di mana saya bisa memilih bergabung dengan Colonel Bahamut dan menguasai dunia, yang menurut saya merupakan ending yang sangat jarang ada dalam game-game sejenis, bahkan mungkin tidak ada sama sekali.

Gabungan tiga robot ini terbilang keren tapi sangat menyebalkan.
Untuk desain musuh-musuhnya, sebagaimana game-game Contra, Hard Corps memiliki sederetan musuh-musuh yang keren dan bervariasi. Mulai dari robot, monster, hingga alien, kesemuanya didesain dengan sangat baik dan detail. Serupa dengan The Alien Wars, di Hard Corps ada banyak musuh-musuh besar yang saya hadapi di sepanjang stage sebelum saya melawan boss yang sebenarnya. Mungkin musuh-musuh yang terbilang kuat itu bisa dikategorikan sebagai sub-boss atau mid-boss, walaupun mengalahkannya lebih mudah ketimbang boss yang sebenarnya. 

Hal ini sudah sangat terlihat sejak stage pertama, di mana di tengah stage saya sudah berhadapan dengan robot besar bermata satu yang berjoget (serius, robot itu memang berjoget!). Kemudian di stage kedua bila saya memilih mengejar DeadEye Joe, saya mesti berhadapan terlebih dulu dengan robot laba-laba yang menyebalkan, sebelum akhirnya berhadapan dengan si mata picak itu. Pun di stage ketiga, saya mesti berhadapan dengan robot sampah berputar yang lumayan susah dikalahkan di tengah stage sebelum akhirnya berhadapan dengan si peretas, Noiman Cascade. Butuh banyak trial & error untuk bisa melewati mereka.

Salah satu boss battle favorit saya dari sudut pandang front-side.
Ketika sub-boss/mid-boss-nya saja sudah terasa menyulitkan, menghadapi boss sebenarnya jauh lebih menyulitkan. Saya perlu memahami pola gerakan dan serangannya dengan baik untuk bisa mengalahkan mereka. Uniknya, setiap boss didesain begitu beragam dengan variasi serangan yang khas berbeda satu sama lain, menjadikannya terasa fresh dan semakin menantang. Contohnya si robot raksasa lengan berduri di stage kedua (bila saya mengejar DeadEye Joe), dia bakal berlari mengejar saya sambil melemparkan bola-bola durinya ke arah saya. Robot ini hanya bisa diserang bila dia berada sejajar dengan karakter saya. 

Ada juga boss yang merupakan gabungan dari tiga robot berbeda yang sudah saya hancurkan sebelumnya di sepanjang stage. Gabungan robot ini terasa menyulitkan karena dia beberapa kali berubah bentuk sehingga pola serangannya pun berubah. Karenanya membutuhkan hapalan pola serangan dan kelincahan tangan yang sangat baik untuk bisa mengalahkannya. Jadi, meski dinilai sebagai sebuah game yang sulit, nyatanya Hard Corps merupakan sebuah game yang bisa diselesaikan bila saya memahami pola-pola pergerakan dan serangan musuh. 

Saya selalu terpukau melihat adegan ini.
Memang sih sebagaimana judulnya, tingkat kesulitan game ini terbilang HARD alias susah. Tidak ada opsi pengaturan tingkat kesulitan dalam Hard Corps sebagaimana yang ada dalam The Alien Wars, karena memang sesuai dengan judulnya, sudah diatur secara dafault dengan tingkat kesulitan HARD. Permainan ini sudah begitu terasa kerasnya bahkan sejak babak-babak awalnya. Dan seakan itu belum cukup, di sepanjang stage saya dijejali dengan begitu banyak musuh dan aral rintangan yang siap membunuh. Serius, kalian akan dibuat tegang dari awal sampai akhir dengan berbekal tiga nyawa awal dan lima continue.

Untungnya ada fitur baru yang menarik dan berguna dalam menghadapi ‘kerasnya’ Contra: Hard Corps. Fitur tersebut adalah kemampuan sliding yang bisa dilakukan dengan menahan tombol arah bawah sambil menekan tombol lompat. Dengan fitur ini saya bisa melakukan sliding untuk menghindari atau melewati serangan musuh. Hebatnya, dalam posisi sliding melewati tembakan atau serangan musuh, saya tidak akan terkena serangan tersebut dan tidak akan kehilangan nyawa. Ini tentu berguna saat menghadapi musuh-musuh atau boss-boss dengan serangan-serangan besar yang sulit untuk dihindari.

Mungkin ini adalah formasi tempur paling konyol yang pernah saya lihat.
Bahkan kemampuan sliding ini perlu untuk dikuasai mengingat ada serangan-serangan yang tidak bisa dihindari dengan berlari atau melompat, khususnya saat saya terjebak dalam kondisi yang membahayakan. Fitur ini membuat Hard Corps jadi terasa lebih mudah dan bisa diselesaikan ketimbang The Alien Wars. Saya ingat di The Alien Wars berkali-kali kehilangan nyawa saat berhadapan dengan robot botak dalam serangan di ruangan tertutup di stage 3 karena kehabisan momen menghindari serangan yang begitu masiv. Adegan pertempuran mirip saya temukan di Hard Corps, tepatnya di stage terakhir, namun kali ini jadi lebih mudah dengan memanfaatkan teknik sliding yang ada.

Bicara kualitas grafis dan sound, hmm, jangan ditanya deh. Konami sudah membuktikan kemampuan mereka meramu dua segi ini dalam tiga game Contra sebelumnya. Dan di Hard Corps mereka mengulanginya, bahkan menjadikannya lebih baik. Grafis Hard Corps begitu tajam dan detail, begitu menawan dengan warna-warna yang begitu cerah dan futuristik. Efek-efek grafisnya pun begitu memukau, baik itu efek serangan maupun efek ledakan. Bila The Alien Wars dianggap memaksimalkan teknologi Mode7 SNES, maka Hard Corps mampu mengoptimalkan kemampuan blast processing yang begitu dibangga-banggakan Sega.

Makhluk yang muncul dari balik air terjun.
Animasi dan pergerakan setiap karakter dibuat begitu cepat namun begitu halus. Belum lagi latar belakang stage yang semakin menciptakan atmosfer kepanikan dan kecepatan yang begitu hidup. Saya selalu dibuat terpukau saat pertempuran mengendarai motoroid atau saat dikejar-kejar oleh robot-robot musuh dan berbagai efek ledakan yang terjadi. Belum lagi adegan-adegan yang menampilkan sebuah transformasi seperti saat Noiman Cascade memunculkan dunia virtualnya atau saat tiga robot bergabung menjadi satu robot raksasa. Walaupun saat itu tampilan permainan sebatas warna 16-bit, tapi cukuplah menawarkan sensasi yang luar biasa dari sebuah permainan action yang melampaui game-game sejenis.

Sound dalam Hard Corps bisa dibilang jempolan. Efek-efek suara yang ada dibuat dengan sangat baik, benar-benar seperti nyata. Khususnya efek suara ledakan yang sangat realistis. Pun dengan efek-efek suara benturan yang benar-benar terdengar seperti sebuah benturan. Suara tembakan dan serangan lawan juga memiliki ciri khas yang membuat saya bisa mengenalinya dengan baik. Termasuk voice acting yang didigitalkan, yang menurut saya semakin membuat keren permainannya.

Salah satu boss terakhir yang menurut saya mengerikan.
Kalau soal musik, you know it, it’s about Contra. Musik adalah salah satu elemen yang menghidupkan permainannya. Jangan ngaku gamer retro deh bila tidak mengenal musik Contra yang legendaris itu. Musik Contra itu seolah menemukan bentuk sempurnanya di Hard Corps. Alunan musik elektro dan permainan gitar dalam game ini begitu menghentak, semakin melengkapi ‘kerasnya’ Contra: Hard Corps. Musiknya seolah bisa mengikuti irama permainan Hard Corps yang begitu cepat dan begitu kacau. Bedanya dengan The Alien Wars adalah, bila The Alien Wars memiliki musik yang kelam, Hard Corps memiliki musik yang terdengar lebih ceria.

Dan sebagaimana musik dalam game-game Contra, musik dalam Hard Corps juga begitu memorabel alias gampang teringat. Sampai sekarang saja saat saya mengendarai sepeda motor dengan kecepatan yang tinggi, musik di stage melarikan diri dari kereta api dan di stage mengendarai motoroid melawan gabungan robot selalu berputar di kepala saya. Termasuk musik di stage hutan, yang ah, rasanya kok gak bisa lepas ya dari kepala. Bahkan ya kalau saya ingat-ingat lagi, musik dalam Hard Corps yang dikreasikan oleh kolaborasi Hiroshi Kobayashi, Michiru Yamane, Akira Yamaoka, Hirofumi Taniguchi, dan Aki Hata ini cocok banget lho buat berdansa. Maka tidak heran bila di sepanjang permainan saya melihat banyak robot yang tampak seperti sedang bergoyang.

Ini mungkin ending terbaik menurut saya, keren aja gitu pulang naik motor.
Sulit untuk mencari kekurangan game ini, mengingat semua aspeknya digarap dengan baik. Termasuk dalam hal kontrol yang terasa begitu mudah dengan skema tiga tombol saja. Kalaupun ada kelemahan mungkin tingkat kesulitannya yang HARD banget, walaupun ini sebenarnya tidak bisa disebut sebagai kelemahan. Bagaimanapun ini adalah game Contra dan semua juga tahu kalau game ini terkenal karena tingkat kesulitannya. Ya walaupun saya dengar versi Jepang game ini, Contra: The Hard Corps memiliki tingkat kesulitan yang lebih muda karena ada health bar yang membuat karakter saya tidak langsung mati saat terkena serangan serta adanya continue yang tidak terbatas. 

Secara keseluruhan Contra: Hard Corps adalah sebuah pengalaman Contra yang sempurna, minus duo favorit saya si Bill dan Lance tentunya. Di Hard Corps, saya bisa merasakan atmosfer Contra yang begitu kental, dengan gameplay yang disempurnakan, kontrol yng sederhana, grafis dan sound yang sama memukaunya, serta tentunya cerita yang kali ini jauh lebih berarti dan berkontribusi pada permainannya. Jelas ini adalah sebuah game yang tidak boleh dilewatkan oleh para penggemar Contra dan percayalah, ini Contra, kalian akan memainkannya karena mencari tantangannya. Dan seperti judulnya, game ini benar-benar HARD... terasa banget kerasnya! (gj)

*NB: Gambar-gambar screenshot diambil menggunakan emulator KEGA Fusion.

No comments:

Post a Comment