Tuesday, June 26, 2018

Saya, Piala Dunia, dan Game Sepak Bola

ilustrasi Pokemon bermain sepak bola. (sumber gambar: knowyourmeme.com)

Halo Sahabat Gamer, saya Gamer Jalanan, tentunya di bulan Juni ini ada di antara kalian yang tengah terkena demam Piala Dunia Rusia 2018. Khususnya bagi para penggemar game sepak bola, pasti tidak ketinggalan kan menyaksikan setiap pertandingannya yang ditayangkan di Trans TV. Termasuk saya juga, ikut “terhipnotis” dengan gelaran akbar empat tahun sekali ini. Ya walaupun saya mesti menyaksikan pertandingannya di stasiun televisi Thailand, karena siaran Trans TV diacak di daerah saya.

Well bicara sepak bola dan video game, keduanya saat ini seakan tak bisa dipisahkan. Sejak industri video game modern berkembang, sepak bola termasuk salah satu olahraga yang diadaptasi ke dalam format video game. Mulai zaman Atari, hingga yang terkini yaitu PlayStation 4 (PS4), sudah sangat banyak video game sepak bola yang diluncurkan dan dimainkan para gamer di seluruh dunia. Khususnya mereka yang doyan sepak bola.

Beberapa judul yang populer di antaranya Sensible Soccer, International Superstar Soccer, Virtua Striker, dan tentunya dua waralaba yang saling bersaing satu sama lain, Pro Evolution Soccer (PES) dari Konami dan FIFA Series dari Electronics Arts (EA). Malahan saya yakin, video game yang paling banyak dimainkan di Indonesia khususnya di rental adalah game sepak bola. Kalau tidak PES (Winning Eleven), ya FIFA. Sampai-sampai saya pernah berkesimpulan pendek bahwa secanggih apapun konsol video gamenya, game favoritnya pasti game bola.

Dalam kesempatan semarak piala dunia ini, saya Gamer Jalanan hendak bercerita tentang pengalaman saya dengan video game sepak bola. Sebagaimana anak laki-laki, saya juga suka sepak bola. Ya walaupun saya jarang sekali bermain bola di lapangan. Sekalinya saya bermain futsal, saya selalu memilih untuk menjadi kiper, dengan sesekali menjadi pemain belakang. Tapi lupakan itu karena saya tidak akan bercerita tentang pengalaman sepak bola saya. Melainkan pengalaman video game sepak bola saya.

Pengalaman video game saya pertama kali adalah game Soccer buatan Nintendo yang rilis di mesin 8-bit legendaris NES (atau orang Indonesia akrab menyebutnya ‘Nintendo’). Buat para gamer NES dan klon-klonnya, saya yakin game ini pun menjadi game bola pertama kalian. Game yang sangat sederhana, yang merupakan bagian dari rangkaian game bertema olahraga buatan Nintendo untuk konsol rumahan pertamanya. Gamer NES pasti akrab dengan judul Tennis, Ice Hockey, dan Golf.

Soccer di NES, game sepak bola pertama saya.
Game Soccer menyajikan permain sepak bola yang sangat sederhana. Saking sederhananya, jumlah pemain kita bukannya sebelas, melainkan enam orang (termasuk kiper). Makanya kadang agak aneh juga menyebut game ini dengan judul “Soccer”, mungkin lebih tepatnya bila menyebutnya Futsal, walaupun di masa-masa itu futsal belum populer.

Jumlah tim yang bisa dimainkan pun sangat sedikit, kalau tidak salah hanya tujuh. Masing-masing mewakili negara-negara adidaya sepak bola seperti Brasil, Argentina, Spanyol, Prancis, dan Jerman Barat. Termasuk juga Jepang, ya walaupun kala itu sebenarnya cukup jauh juga menyebut negara ini sebagai adidaya sepak bola mengingat Jepang kalau tidak salah baru lolos ke putaran final Piala Dunia tahun 1998.

Walaupun sangat sederhana, namun game Soccer cukup berkesan dalam riwayat video game saya, Gamer Jalanan. Dengan segala keterbatasan fitur yang dimiliki, game sepak bola pertama buatan Nintendo ini nyatanya bisa membuat saya menghabiskan berjam-jam waktu masa kecil saya dulu. Padahal kalau dibandingkan game-game bola masa sekarang, Soccer mah tidak ada apa-apanya. 

Bagaimana tidak? Game ini sangat miskin akan fitur. Tidak ada fitur turnamen, hanya permainan single player biasa dan multiplayer dengan pengaturan yang sangat sederhana. Pun begitu, pergerakan para pemain bola dalam game ini sangat sangat payah. Buat para gamer yang pernah memainkannya pasti paham betapa memainkan game ini serasa menyaksikan para siput bermain bola.

Power Soccer, game sepak bola yang minimalis yang imut.
Beruntung bagi saya Gamer Jalanan, Soccer bukanlah satu-satunya game sepak bola di NES. Masih ada sejumlah game sepak bola yang layak dan seru untuk dimainkan, yang kualitasnya jauh di atas Soccer. Di antaranya seperti Power Soccer, Goal II, Tecmo World Cup Soccer, Nintendo World Cup, hingga “leluhurnya” PES, Konami Hyper Soccer. Semua game itu menawarkan sensasi sepak bola dalam grafis 8 bit untuk dimainkan sendiri atau bersama teman. Mungkin lain kali pada kesempatan lainnya saya akan mengulas lebih banyak game-game sepak bola di NES.

Setelah di NES, pengalaman game bola saya berlanjut di era 16-bit, antara Sega Mega Drive/Genesis dan Super Nintendo (SNES).Game bola pertama yang saya lihat di konsol 16 bit kalau tidak salah adalah Kick Off di Mega Drive, game bola dengan sudut pandang atas bawah (top down) yang zoom-nya kebangetan sampai-sampai kita tidak bisa melihat jelas ke lapangan. 

Kemudian saya berkenalan dengan game International Superstar Soccer (ISS) Deluxe, yang begitu memikat hati saya berkat gameplay yang begitu realistis (pada masa itu) layaknya pertandingan sepak bola sesungguhnya. Bila Konami Hyper Soccer adalah leluhurnya PES, maka ISS Deluxe ini bisa dibilang merupakan “bapaknya” PES atau Winning Eleven yang kita kenal saat ini. Jadi bayangkan saja PES dalam tampilan pixel 16 bit, kira-kira seperti itulah mendeskripsikan ISS Deluxe di SNES.

International Superstar Soccer, game sepak bola favorit saya di SNES.
Layaknya console wars antara Mega Drive dan Super Nintendo kala itu, memutuskan game sepak bola terbaik di era 16 bit juga bukanlah hal yang mudah. Karena di era ini ada sederetan game sepak bola yang seru dan menarik. Selain ISS Deluxe, ada juga Sensible Soccer yang meskipun sederhana, namun mampu menyajikan permainan yang begitu hidup sehingga game ini tetap dikenang sebagai salah satu game sepak bola terbaik bahkan sampai saat ini. Saya pernah menulis review tentang game ini di blog saya yang lama, di sini.

Lantas ada juga Striker, game sepak bola di Mega Drive yang menurut saya merupakan game sepak bola paling komplet di generasi keempat. Bagaimana tidak, hampir semua negara sepak bola di dunia kala itu bisa kita pilih dan mainkan, termasuk negara kita tercinta Indonesia. Pun begitu, kita juga bisa mengedit para pemain dan juga tim yang ada di game ini sesuka kita. 

Saya bahkan pernah mengedit semua tim dari suatu liga dengan tim-tim buatan saya sendiri, membuat liga sepak bola saya sendiri. Saya ingat betapa saya sempat menghabiskan waktu berjam-jam memainkan game ini. Baik memainkan sepak bola luar ruangan layaknya yang dikenal umum atau memainkan sepak bola dalam ruangan ala futsal. Makanya tak heran bila Striker saya masukkan ke dalam daftar game Sega Mega Drive terbaik versi saya, Gamer Jalanan.

Bermain sebagai tim Indonesia di era 16-bit lewat game Striker.
Sebagaimana PES, seri FIFA dari EA juga lahir di generasi ini, kalau tidak salah FIFA International Soccer. Waktu itu tampilan permainannya masih menggunakan sudut pandang isometrik, sehingga menurut saya kontrol bolanya masih terasa sulit. Hebatnya seri FIFA ini masih tetap rilis di Mega Drive hingga tahun 1997/1998 lewat game FIFA Road to World Cup 1998, dengan Indonesia menjadi salah satu tim yang bisa kita mainkan di game ini.

Beralih ke lingkungan tiga dimensi, era PlayStation 1 (PS1), sepertinya saya tidak perlu menceritakannya lagi. Para gamer era 90-an pasti kenal sama seri game sejuta umat di Indonesia, Winning Eleven. Saya ingat jelas betapa game ini begitu populer di masa-masa jaya rental PS1 kala itu. Saya pun sering memainkannya, baik di rental maupun rumah sepupu saya. Ya walaupun saya hampir selalu kalah melawan teman atau saudara saya. Wkwkwk... XD

Sejak era PS1, game sepak bola mulai dikenal luas oleh masyarakat gamer dunia, khususnya di Indonesia. Winning Eleven yang perlahan bermetamorfosis menjadi PES bersama serial FIFA pun jamak dikenal di kalangan gamer. Keduanya membangun rivalitas satu sama lain yang bertahan bahkan hingga saat ini. Namun di luar dua nama besar itu, ada juga game-game bola lainnya seperti Actua Soccer, Supershot Soccer, dan game sepak bola bertema Mario, Super Mario Strikers. Pun dengan seri FIFA World Cup dari EA yang dirilis bersamaan dengan event-nya.

Selain game-game sepak bola langsung, dunia video game juga perlahan menerima masuknya serial Football Manager, game sepak bola di mana kita bermain sebagai manajer tim sepak bola. Saya ingat betapa teman saya semasa SMA dulu, Ainur Rozie begitu terobsesi memainkan game ini di PC, sampai-sampai pernah menyuruh saya untuk membelikannya game Football Manager di salah satu mal di kota saya. Lucunya, game Football Manager yang saya beli tidak sesuai dengan pesanannya.

SimSoc, game football manager sederhana yang seru. (sumber gambar: simsoc.com)
Saya, Gamer Jalanan, sempat memainkan game bertema simulasi manajer klub bola ini, cuma saya lupa judul pastinya. Akan tetapi dari pengalaman saya yang sebentar itu, saya dapat memahami mengapa sub genre ini begitu dicintai para penggemarnya. Karena menjadi manajer sepak bola itu ternyata mengasyikkan! Tidak kalah mengasyikkannya dengan menjadi pemain bola sebagaimana kita dapati dalam PES atau FIFA.  

Nah soal game Football Manager ini, pengalaman berkesan saya adalah ketika saya memainkan tiruan game ini yang lebih sederhana (dan gratis) yaitu SimSoc 6. Saya pertama kali membaca tentang game SimSoc 6 ini di majalah KomputerAktif, yang langsung membuat radar petualangan gamer saya berselancar di dunia maya. Ukurannya terbilang kecil, sangat kecil malah, tak sampai 2 MB. 

Tapi karena pada masa itu media penyimpanan yang umum adalah Floppy Disk alias disket berkapasitas maksimal 1,44 MB, saya tidak langsung bisa mendapatkan game itu dari internet. Barulah selang beberapa tahun kemudian ketika saya di bangku kuliah, ketika Flash Disk jadi barang wajib, saya bisa memindahkannya ke komputer saya dan memainkannya sepuasnya. Sebuah game simulasi sepak bola yang sangat sederhana namun begitu seru untuk dimainkan.

Pocket League Story yang bikin kangen. (sumber gambar: PocketGamer)
Di generasi Android belakangan ini, pengalaman menarik menjadi manajer klub sepak bola kembali saya rasakan. Yaitu melalui game buatan Kairosoft, Pocket League Story. Dengan gambar ala 8-bit yang imut, Pocket League Story cukup memikat hati saya untuk memainkannya cukup lama. Fiturnya lengkap dan memiliki simulasi sepak bola yang menurut saya seru sekali dimainkan. Walaupun pada akhirnya saya terpaksa berhenti memainkan game ini karena Samsung Galaxy Mini saya rusak.

Bicara tentang grafis sederhana, game bertema sepak bola lain yang sempat meninggalkan kesan di hati saya adalah Soccer League, game sepak bola sangat sederhana di ponsel Nokia 1208. Meski gambar dan permainannya sangat sederhana, namun cukup “berprestasi” menurut saya karena memasukkan tim dengan inisial IDN alias Indonesia dalam daftar tim di game. Game ini beberapa kali saya mainkan mengisi waktu luang sebelum akhirnya saya benar-benar bosan.

Saya pun pernah memainkan game sepak bola di arcade/ding dong, yang sayangnya saya lupa judul gamenya. Yang lucu dari game ini adalah, ketika permainan babak pertama sudah selesai, permainan akan berakhir apapun hasil yang kita capai, kecuali kita memasukkan koin untuk melanjutkan permainan. Saya dibuat heran setengah mati dengan cara permainan ini mengumpulkan koin, benar-benar tidak fair, mestinya dikasih kartu merah. Wkwkwk... XD

Ada yang pernah memainkan game ini selain saya? (sumber gambar: YouTube)
Jujur setelah era PS2, saya sudah jarang bahkan tidak pernah lagi mengikuti perkembangan game sepak bola di konsol kekinian. Sementara para gamer bola di sana meributkan serial mana yang paling bagus, PES atau FIFA. Well, menurut saya sih, pada awal-awalnya PES jauh lebih unggul dari FIFA dari segi gameplay. Di mana FIFA unggul dalam hal lisensi pemain dan tim. Namun belakangan, saya kira FIFA bisa menandingi kualitas PES dan kini lebih banyak dipilih gamer.

Meski tak lagi mengikuti perkembangan game bola terkini, namun saya sempat beberapa kali memainkan game bola kekinian di PC/laptop. Saya lupa PES keberapa, tapi saya rasa tak banyak perubahan berarti sejak terakhir kali saya memainkan seri ini di PS2. Walaupun hasil akhirnya sudah bisa ditebak, saya kebobolan banyak gol. Hahaha. 

Ya memang selain kesibukan, ada kejenuhan tersendiri bagi saya Gamer Jalanan yang membuat saya tak tertarik memainkan game bola lagi. Jenuh, karena seja PES dan FIFA menjadi rivalitas tunggal game bola di jagad video game, seakan tak ada lagi inovasi atau gebrakan dalam genre ini. Yang terjadi adalah perulangan gameplay dan fitur yang sama melalui game-game yang dirilis secara rutin setiap tahun. Permainannya tetaplah sama, itu-itu saja.

Berbeda dengan di era 8 dan 16 bit dulu, di mana ada begitu banyak sudut pandang untuk bermain sepak bola. Game sepak bola kala itu pun menurut saya lebih irit karena tidak dirilis setiap tahun. Namun begitu, kualitasnya bisa bertahan untuk waktu yang lama. Ambil contoh serial ISS yang selama masa kejayaan SNES, hanya rilis dua game saja. Atau Sensible Soccer, yang dengan kesederhanaannya masih tetap menarik dimainkan di masa next-gen.

FIFA vs PES, mana yang lebih baik? (sumber gambar: gudanggame.com)
Semua itu berubah ketika lisensi menjadi begitu penting dan gamer seakan menjadi sapi perah untuk membeli game yang hampir sama di setiap tahunnya. Jangan marah ya Sahabat Gamer, ini cuma pendapat saya saja sih yang cuma gamer biasa. Walaupun sebenarnya saya tidak terlalu menyalahkan perusahaan game juga, mengingat di setiap musimnya selalu saja ada pemain baru di setiap klub dan tim sepak bola di dunia, yang membuat developer berupaya memunculkan game-game bola kekinian untuk dijual kepada para gamer bola yang kebanyakan fanatik sepak bola.

Atau mungkin game sepak bola yang ada sekarang ini sudah mencapai tahap sempurna, sehingga tak ada lagi perubahan dan inovasi berarti dalam permainannya. Yang ada hanyalah update nama-nama pemain dan segala atribut di sekitarnya. Karena dari pengalaman saya, game FIFA beberapa tahun lalu nyatanya masih asyik aja dimainkan di 2018 ini. Sebagaimana saya memainkan game FIFA 11 di handheld Nintendo DS (NDS) Lite.

Ya, semarak Piala Dunia 2018 seakan memaksa saya untuk kembali memainkan game sepak bola. Kebetulan beberapa bulan lalu saya membeli NDS Lite. Saya lantas memainkan FIFA 11, yang menurut saya merupakan game sepak bola terbaik di konsol portabel Nintendo ini. Mode Ultimate 11 menarik perhatian saya karena dalam mode ini saya bisa membuat klub saya sendiri berikut pemainnya, untuk kemudian berkompetisi dalam turnamen dengan sistem seperti piala dunia.

Sedang memainkan game ini untuk menyambut Piala Dunia 2018. (sumber gambar: amazon.com)
Memainkan Ultimate 11 di FIFA 11 cukup membuat saya bisa merasakan betapa serunya berkompetisi dalam piala dunia. Saya kembali menyadari bahwa bola itu bulat dan apapun bisa terjadi di lapangan hijau. Pasalnya di turnamen Ultimate 11 itu, meski saya bisa meraih tiga kemenangan sempurna dengan banyak gol tercipta di fase grup, nyatanya saya bisa kalah dengan tidak terduga di fase gugur. Dan itu rasanya nyesek banget, apalagi kalau tinggal selangkah lagi memenangkan turnamen. (baca ulasan saya tentang game FIFA 11, klik di sini)

Dengan pengalaman dan sensasi turnamen yang diberikan, saya rasa kita para gamer patut berterima kasih pada game-game sepak bola, apapun itu yang kita mainkan. Karena kita bisa merasakan bagaimana serunya menjadi pemain sepak bola dan sengitnya berkompetisi dalam turnamen sepak bola hingga level tertinggi, Piala Dunia, tanpa harus benar-benar menjadi pemain sepak bola itu sendiri. Sebagaimana saya Gamer Jalanan, yang kala di sekolah menengah dulu tak pernah dilirik masuk dalam “timnas” kelas. Hahaha!

By the way, saya tidak menyangka membicarakan game sepak bola bisa sepanjang ini. Karena memang game sepak bola itu menjadi salah satu genre game yang paling mudah diakses, baik dimainkan sendiri maupun bersama-sama. Selain itu, game bola juga bisa menjadi pelarian singkat yang tepat untuk mengisi hari libur ataupun waktu luang. Tak perlu terlalu serius macam memainkan The Last of Us atau Resident Evil.

Pun begitu, game-game sepak bola juga menawarkan pengalaman yang mendalam melalui fitur-fitur yang terus dikembangkan sepanjang tahun berjalan. Career mode, manager mode, be a pro, merupakan salah satu di antara mode-mode yang bisa dimainkan bagi para gamer bertipe serius. Sementara para gamer kasual, tinggal datang ke rental dan bermain satu-dua jam bersama teman. Bukan masalah mau memainkan PES atau FIFA, karena saya rasa pengalamannya akan sama saja. Walaupun saya pribadi sih lebih suka memainkan game-game sepak bola retro.

Tim favorit saya di Piala Dunia, Jerman. (Sumber gambar: Zuma Press)
Terkait event piala dunia sendiri, sudah saya ikuti sejak gelaran tahun 1998 di Prancis. Namun saya baru benar-benar menaruh minat besar pada turnamen sepak bola tertinggi di dunia ini pada Piala Dunia 2002 di Korea Jepang. Sejak itu pula saya menjadikan Jerman sebagai tim favorit saya. Makanya ketika Jerman pada akhirnya keluar sebagai juara di tahun 2014 silam di Brazil, saya merasa begitu bahagia. Kisah perjalanan saya sebagai penggemar tim Jerman di Piala Dunia ini bisa kalian baca selengkapnya di blog saya yang lain, di sini.

Lantas bagaimana cerita kalian dengan game sepak bola? Pasti lebih seru dari cerita saya Gamer Jalanan ini bukan. Seperti yang saya singgung dalam tulisan ini, berapa kali pun konsol game berganti, secanggih apapun itu, game sepak bola akan selalu menjadi pilihan bagi para gamer. Saya Gamer Jalanan, terima kasih telah membaca catatan saya, sampai bertemu di kesempatan berikutnya. Salam gamer! (gj)


1 comment: