Monday, July 9, 2018

'FIFA 11', Tantangan Emosional Kesebelasan Impian


Halo Sahabat Gamer, saya Gamer Jalanan. Masih dalam suasana semarak Piala Dunia 2018, dalam kesempatan ini saya akan mengulas salah satu game sepak bola favorit saya yang masih saya mainkan sampai sekarang. Khususnya dalam menyambut momen Piala Dunia 2018. Sebagaimana yang sudah saya ceritakan di catatan saya sebelumnya yaitu “Saya, Piala Dunia, dan Game Sepak Bola”, game tersebut adalah FIFA 11 di konsol Nintendo DS (NDS).

FIFA 11 (atau FIFA Soccer 11 di Amerika) dari Electronics Arts (EA) Sports, dengan Exient selaku pengembangnya, merupakan game FIFA terakhir yang rilis di NDS. Merupakan game rutin tahunan FIFA yang dtujukan untuk dimainkan tahun 2011. Maka jangan heran bila daftar nama pemain dalam tim-tim bola di game ini merupakan para pemain di musim 2010/2011.

Sebagai serial game yang permainannya sudah sangat dikenal mayoritas gamer bola Indonesia, saya rasa saya Gamer Jalanan tidak perlu terlalu banyak menjelaskan tentang FIFA 11. Dalam ulasan ini saya hanya akan membahas kelebihan dan kekurangan dari game yang memiliki slogan “We Are 11” ini. Kebetulan sekali judulnya pas dengan jumlah pemain dalam permainan sepak bola dan terdengar catchy saat dibaca, “FIFA ELEVEN” (seperti Winning Eleven).

Oke, langsung saja saya mengulasnya. Kelebihan FIFA 11 menurut saya adalah dari segi mode permainan. Game ini memiliki mode Ultimate 11 Challenge, Manager Mode, dan Be A Pro. Ketiganya cukup menarik untuk dimainkan, dengan Ultimate 11 Challenge menjadi fitur teranyar yang belum pernah ada pada game FIFA sebelumnya. Pertama saya akan mengulas mode ini, yang menurut saya merupakan mode terkuat.

Ultimate 11 Challenge memungkinkan saya, Gamer Jalanan, untuk membuat klub saya sendiri untuk berlaga di “Ultimate Tournament”. Saya menentukan nama, logo, dan kits dari klub saya, lantas melakukan manajemen pemain. Di awal-awal saya mendapatkan package starter pemain, meliputi satu pemain buatan saya sendiri. Kuota pemain buatan ini saya beri nama saya sendiri, dengan posisinya sesuai posisi favorit saya, Goal Keeper (GK) alias penjaga gawang.

Membuat pemain sendiri.
Dalam perjalanannya, saya bisa melakukan bongkar pasang pemain, salah satunya dengan membeli package pemain di FIFA Store. Package terdiri dari bronze, silver, dan gold. Tentu yang gold memiliki daftar pemain yang level tinggi. Pembelian package ini dilakukan menggunakan poin yang saya dapatkan sesuai progres permainan. Biasanya setelah memenangkan turnamen, saya mendapat poin yang jumlahnya terbilang besar. Selain berisikan materi pemain, package ini juga kadang berisi statistic booster buat pemain buatan saya.

Tim yang sudah saya bangun ini lantas diikutkan ke dalam turnamen “Ultimate” yang berjenjang, mulai dari Bronze, Silver, hingga Gold Tournament. Dalam turnamen ini, saya menghadapi klub-klub sepak bola dari berbagai negara. Semakin tinggi jenjang, semakin berkelas juga klub yang saya hadapi. Lantas setelah memenangkan tiga jenjang turnamen ini, saya berkesempatan untuk melakoni “Ultimate Challenge”, melawan para pemain legendaris yang tergabung di tim “Classic XI”.

Kreasi logo klub buatan sendiri.
Buat saya, Ultimate 11 merupakan mode yang inovatif. Melalui mode ini saya bisa merasakan sensasi mengikuti turnamen antar klub, termasuk ikut menjadi pemain di dalamnya. Apalagi format turnamennya serupa Piala Dunia, setengah kompetisi. Tingkat kesulitannya juga bisa diatur, sehingga saya bisa memilih bermain aman di level “amateur”. Wkwkwk... XD. Tapi jangan salah lho, walaupun kelasnya amatir, tapi cukup sulit juga memenangkan turnamen ini apabila belum terbiasa.

Mode kedua yang membuat saya cukup “lengket” dengan game ini adalah Manager Mode. Ini bukan mode yang baru, mengingat sudah diperkenalkan pada game-game FIFA sebelumnya. Seperti namanya, di sini saya bermain sebagai manajer salah satu klub sepak bola, yang berlaga di liga negaranya. Melalui mode ini, saya Gamer Jalanan bisa merasakan serunya melakoni laga kompetisi penuh, khususnya Liga Inggris. Wigan Athletic menjadi tim pertama yang saya pilih untuk saya mainkan.

Saat memulai Ultimate 11 Challenge, saya mendapat starter pack pemain, berikut pemainn buatan saya.
Mode terakhir adalah Be A Pro, yang juga merupakan turunan dari game FIFA terdahulu. Di sini kita bermain secara “profesional” dengan hanya menggerakkan seorang pemain saja sesuai posisinya. Pemain ini saya kreasikan sendiri. Tidak seperti game bola pada umumnya yang bisa memainkan semua pemain di sepanjang permainan, dalam mode ini saya hanya menggerakkan satu pemain dengan sudut pandang yang terbatas. Tapi terus terang saja, saya kurang meminati mode ini karena sudut kameranya yang kurang menyenangkan, cenderung memusingkan.

Selain tiga mode tersebut, FIFA 11 layaknya game-game FIFA lainnya, juga memiliki fitur kick off alias friendly match atau pertandingan instan. Sayangnya hanya di mode ini saya bisa bermain sebagai tim nasional suatu negara. Tak seperti kebanyakan game sepak bola terdahulu yang hampir selalu menyajikan mode turnamen internasional ala Piala Dunia. Hal ini tentu cukup disayangkan ya mengingat kayanya fitur dalam FIFA 11.

Sharp Shooter, salah satu mini game dalam FIFA 11.
Kalau sederetan mode tersebut belum memuaskan Sahabat Gamer penggemar bola, bisa mencoba mode mini game. Ada banyak ragam mini game di antaranya sharp shooter, penalty shootout, master of pylons, dan lain sebagainya yang bisa dimainkan untuk mengisi waktu ruang. Walaupun jujur saja saya tidak terlalu tertarik memainkan mini game-mini game tersebut, melainkan lebih meminati mode pertandingan utuh.

Keunggulan lain dari game ini menurut saya ada pada tampilan user interface-nya yang penuh warna. Alih-alih gambar kepala Wayne Rooney yang begitu besarnya di FIFA 10, FIFA 11 menghadirkan lebih dari satu pemain yang digambar bergaya kartun dengan warna nan mencolok. Masing-masing mewakili setiap opsi yang sedang disorot. Di antaranya ada Kaka, Petr Cech, dan... yeah, lagi-lagi Wayne Rooney. Setidaknya kali ini Exient bisa berlaku adil dan tidak menonjolkan pemain tertentu.

Gambar pemain dikonversi menjadi kartun ketimbang foto asli.
Dari segi grafis, FIFA 11 terbilang lebih baik bila dibandingkan dengan game-game FIFA sebelumnya yang rilis di NDS. Penggambaran karakter pesepakbolanya lebih halus, walaupun masih terlihat kaku dan kurang mendetail. Tapi setidaknya lebih proporsional dari segi bentuk tubuh ketimbang yang saya dapati kala memainkan FIFA World Cup 2006. Untuk diferensiasi para pemainnya juga menurut saya lebih terlihat, walaupun tetap saja menurut saya setiap pemain hampir sama saja tampilannya.

Keputusan Exient selaku pengembang game ini dengan menggantikan gambar foto para pemain dengan gambar yang terlihat kartun, misalnya saat starting line-up jelang permainan, menurut saya merupakan hal yang tepat. Gambar-gambar kartun itu lebih menyatu dengan latar belakang permainan ketimbang memaksakan foto-foto wajah para pemain yang menurut saya malah terlihat aneh. Singkatnya, grafis FIFA 11 terbilang bagus untuk skala game-game NDS.

Tampilan starting line-up sebelum kick-off.
Dari segi sound juga, menurut saya FIFA 11 tak mengecewakan. Suara semarak para suporter beserta chant-nya, ditambah lagi suara komentator yang berbicara di sepanjang permainan (mengulang kalimat-kalimat yang sama tentunya), cukup “real” menghadirkan suasana pertandingan sepak bola di genggaman tangan saya. Seakan-akan saya benar-benar sedang melakoni sebuah laga sepak bola sesungguhnya. Walaupun sesekali saya temukan beberapa komentar komentator yang miss, tak sesuai dengan kondisi di lapangan.

Yang menyenangkan adalah, lagu-lagu yang dipilih untuk menemani momen saya di FIFA 11 terbilang bagus. Saya tidak tahu pasti apa saja judul-judul lagu yang digunakan, namun semuanya itu terasa begitu menyatu dengan nuansa permainan FIFA 11, yang menjadikannya begitu catchy dan menyenangkan untuk didengar. Sehingga akses user interface, termasuk jeda pertandingan, tak terasa hambar karena selalu ditemani lagu-lagu yang bergantian berputar.

Kontrol permainan akan terasa mudah bila sudah terbiasa.
Lantas bicara kontrol, saya rasa tak terlalu bermasalah. Walaupun di awal-awal cukup sulit mengendalikan para pemain bola di lapangan, namun setelah memainkan beberapa pertandingannya, saya rasa saya mulai terbiasa dengan kontrolnya. Memang cukup membuat jemari letih sih bila memainkan game ini cukup lama, mengingat tombol digital NDS Lite rasanya kurang pas untuk memainkan game sepak bola.

Kalau untuk kekurangan sendiri, sebagaimana yang sudah saya sebutkan sebelumnya, yaitu tidak adanya fitur turnamen internasional sejenis piala dunia untuk negara-negara. Ultimate 11 Challenge hanya bisa diikuti oleh klub. Tentu hal ini sangat disayangkan ya mengingat fitur-fitur seperti ini sebelumnya bisa dimainkan pada game-game FIFA terdahulu di NDS sebelum FIFA 11. Akan tetapi saya rasa mode-mode permainan lainnya cukup mengalihkan kekecewaan saya akan hilangnya mode ini.

Terpaksa harus puas hanya dengan friendly match untuk tim-tim negara.
Kekurangan kedua yaitu artificial inteligence (AI) CPU yang menurut saya kurang tergarap dengan baik. Khususnya untuk para pemain tim saya yang sedang tidak saya kendalikan. Hal ini cukup menganggu strategi permainan saya dan kadang berimbas pada terciptanya gol oleh lawan. Karena saya sering menemukan para pemain yang tidak sedang saya kendalikan (yang bisa saya switch dengan mudah bila diperlukan) malahan berlari atau mundur menjauhi bola. 

Padahal kan semestinya mendekati bola lantas pilihan pemain langsung berpindah ke pemain tersebut, tanpa harus menunggu saya switch. Ya walaupun tidak terlalu sering juga, tapi lucu aja gitu melihat ada pemain bola yang justru menghindari bola di lapangan. Hal ini bukan hanya terjadi pada tim saya saja, melainkan saya juga menemukan hal yang sama pada tim lawan. Namun kasusnya berbeda, karena bila hal ini terjadi pada tim lawan, bisa menjadi celah bagi saya untuk mencetak angka.

Kiper bersiap melakukan goal kick.
Kekurangan ketiga yaitu terbatasnya penggunaan “Ultimate Team”, tim yang saya buat di mode Ultimate 11. Saya hanya bisa memainkan tim ini di mode Ultimate 11 Challenge saja, tidak bisa di mode Kick Off atau di Manager Mode. Padahal kalau penggunaannya bisa lebih luas lagi, tentu akan lebih seru dan berkesan. Saya kurang tahu apakah tim saya ini bisa saya gunakan dalam pertandingan multiplayer via wireless, karena saya belum pernah mencobanya. Kalau memang bisa, setidaknya mengobati kekecewaan saya.

Pun begitu dengan turnamen berjenjang dalam Ultimate 11 Challenge, rasanya kok kurang digarap maksimal. Saya mendapati terpotongnya nama-nama klub yang akan bertanding melawan saya dalam turnamen. Misalnya Tottenham Hotspur, dalam display hanya ditampilkan Tot. Padahal nama tim saya ditampilkan secara utuh, bukan inisial. Sehingga membuat saya kerap menerka-nerka nama tim yang akan saya hadapi. Khususnya bagi klub-klub yang namanya tidak familiar.

Selebrasi kemenangan terasa hambar.
Lantas untuk reward setelah memenangkan turnamen, seakan didesain ala kadarnya. Ketika saya memenangkan turnamen, hanya muncul tulisan ucapan selamat saya berhasil menang turnamen, diikuti reward package atau unlock tim. Padahal akan jauh lebih menarik dan memuaskan bila ada cuplikan video saat tim saya merayakan kemenangan dengan mengangkat piala di podium, sebagaimana yang bisa saya dapatkan setelah memenangkan game FIFA World Cup 2006.

Jangankan selebrasi usai memenangkan turnamen, selebrasi usai memenangkan suatu pertandingan saja rasanya begitu hambar. Bagaimana tidak, setelah pertandingan usai dengan kemenangan di pihak tim saya, yang tampak di layar hanya para pemain tim saya berjalan keluar dari lapangan begitu saja. Walaupun ada satu-dua potongan animasi di mana seorang pemain saya mengangkat kedua tangannya ke atas, tapi itu saja belum cukup.

Replay yang cukup menarik dilihat untuk mengulas proses terjadinya gol.
Termasuk juga selebrasi usai pemain mencetak gol, juga dibuat seadanya. Pemain hanya berjalan biasa saja, seakan gol atau tidak gol sama saja. Padahal apabila selebrasi ini bisa lebih digarap, tentu akan lebih memunculkan perasaan gembira karena berhasil menjebol gawang lawan. Meskipun sebenarnya saya sudah merasa senang ketika berhasil mencetak gol tanpa harus ada animasi selebrasi. Kekurangan terakhir yang menurut saya cukup fatal adalah logika pertandingan yang tak tepat terkait pemilihan kits tim yang bertanding pada Ultimate 11 Challenge. Ya, saya sangat sering mendapatkan pertandingan di mana tim saya dan tim lawan memakai seragam yang sama persis warnanya. 

Misalnya ketika tim saya memakai kostum away atasan putih, tim lawan juga memakai atasan putih. Tentu ini sangat mengganggu konsentrasi saya ketika bermain. Berkali-kali saya salah mengira pemain di depan saya sebagai pemain tim sendiri, tapi ternyata pemain tim lawan. Saya pun kerap kali salah mengoper bola. Tentu ini hal yang sangat fatal, karena semestinya pemilihan kits harus bisa membedakan dua tim yang bertarung. Apalagi hal seperti ini tidak pernah terjadi di pertandingan dunia nyata.

Layar saran strategi yang menurut saya sangat membantu.

Tapi terlepas dari semua kekurangan itu, FIFA 11 menurut saya tetaplah menjadi game sepak bola yang menarik untuk dimainkan. Dengan beragam mode yang terbilang inovatif dan seru. Itulah kenapa saya masih tetap menyempatkan waktu memainkannya selepas pulang kerja. Satu atau dua pertandingan di Ultimate Tournament atau di Manager Mode cukup untuk menghilangkan penat setelah seharian bekerja di kantor.

Buat saya Gamer Jalanan pribadi, FIFA 11 cukup memberikan kesan yang menyenangkan bahkan terbilang emosional. Hal ini dikarenakan tim yang saya gunakan di Ultimate 11 Challenge merupakan tim yang saya buat sendiri. Mulai dari desain logo, kits, hingga manajemen pemainnya. Termasuk “saya” yang menjadi kiper di dalamnya. 

Ketika tim buatan saya kemasukan gol, rasanya sangat menyedihkan.
Sehingga setiap pertandingannya terasa begitu emosional karena tim yang saya mainkan adalah tim milik saya sendiri yang tiada duanya. Seakan-akan saya benar-benar terlibat dalam dunia sepak bola, mengikuti serangkaian turnamen yang ada. Maka jangan heran bila game ini masuk dalam daftar 5 game sepak bola terbaik versi saya.

Salah satu momen yang berkesan yaitu tatkala menghadapi Fulham dalam laga perempat final Silver Tournament di Ultimate 11 Challenge. Tim saya yang kala itu sempat tertinggal 3-2, tanpa disangka mampu menyamakan kedudukan 3-3 di masa injury time pada menit ke-90. Pertandingan pun berlanjut ke babak perpanjangan waktu.

Buat saya, FIFA 11 adalah game sepak bola terbaik di NDS.
Di luar dugaan, tim saya mampu mencetak gol untuk berbalik unggul 4-3 atas Fulham. Hingga dua kali babak perpanjangan waktu, hasil ini tetap bertahan sehingga tim saya lolos ke babak semifinal. Hasil tersebut merupakan hasil yang tidak saya sangka-sangka. Ibarat Jerman yang berbalik unggul di menit terakhir lewat tendangan bebas Toni Kroos saat melawan Swedia, atau Brasil yang juga berbalik unggul di menit terakhir saat melawan Kosta Rika di Piala Dunia 2018 kemarin. Ya walaupun kedua tim itu gagal menjadi juara dunia tahun ini.

Kemenangan tim saya dalam laga melawan Fulham itu menunjukkan bahwa selama waktu 90 menit belum berakhir, maka masih tetap ada harapan untuk meraih kemenangan. Mengajarkan kepada saya untuk tidak menyerah, sekalipun itu hanya pertandingan sepak bola di konsol video game. Menang comeback di menit-menit terakhir nyatanya bukan hanya ada di sepak bola dunia nyata saja, melainkan juga terjadi dalam permainan video game.

Well, secara garis besar FIFA 11 adalah game sepak bola definitif di NDS. Untuk penilaian dalam angka, dari skala 1 sampai 10, saya memberi nilai 7,5 atau cukup bagus untuk FIFA 11. Kalau kekurangan-kekurangan yang sudah saya sebutkan di atas itu bisa diperbaiki, mungkin saya akan memberikan nilai 8. Kalau menurut sahabat gamer yang pernah memainkan game ini sendiri bagaimana? Apa pendapat kalian dengan FIFA 11 di NDS? Jangan segan untuk menulis pendapat kalian di kolom komentar ya. Saya Gamer Jalanan, sampai bertemu lagi pada kesempatan berikutnya dan... Salam Gamer! (gj)

BACA JUGA: 

No comments:

Post a Comment