Sunday, July 12, 2020

Nintendo 64, Mesin Game Terbaik di Generasi Kelima

Artwork controller N64 yang penuh warna.
HALO Sahabat Gamer! Kembali lagi di "Project Move On", proyek saya, Retro Lukman Gamer Jalanan, memindahkan artikel-artikel tentang video game yang pernah saya tulis di blog saya yang lama ke blog Gamer Jalanan ini. Kali ini saya memunculkan kembali artikel tentang konsol Nintendo 64 yang menurut saya merupakan salah satu konsol terbaik. Artikel ini sebelumnya terbagi dalam dua part, namun dalam "Project Move On" saya satukan agar lebih padat. Selamat membaca!

Bila bicara mesin atau konsol video game rumahan, pikiran banyak orang pasti akan merujuk pada PlayStation. Mesin buatan Sony ini memang sangat populer di Indonesia, menggantikan kepopuleran Nintendo (NES) dan Sega (Mega Drive/Genesis). 

Bisa dibilang ketiga mesin ini adalah personifikasi video game rumahan di Indonesia, padahal ketiganya hadir di era yang berbeda. NES yang di Indonesia akrab disebut Nintendo hadir di era 8-bit, era kebangkitan industri video game; Mega Drive/Genesis yang akrab disebut Sega hadir di era 16-bit, sementara PlayStation atau akrab disingkat PS hadir di era 32-bit.

Padahal, sejarah video game telah dimulai sejak lama, dan terbagi dalam beberapa generasi. Yang terbaru saat tulisan ini diterbitkan (ulang) adalah generasi teknologi high definition (HD), dengan PlayStation 4, Xbox One, dan Nintendo Switch saling bersaing merebut pangsa pasar. Malahan sebentar lagi ada PlayStation 5 dan Xbox One Series X.


Masing-masing hadir dengan teknologi terbaru, yang jauh lebih canggih dibandingkan tiga mesin yang saya sebutkan di awal. Memang, sejak tiga dekade lalu telah banyak bermunculan mesin-mesin video game, baik yang rumahan atau yang portabel. Beragam genre dan berbagai judul video game pun bermunculan pada masing-masing mesin tersebut. Lantas, mesin game rumahan apa yang layak disebut sebagai yang terbaik?

Masing-masing orang memiliki pendapat tersendiri mengenai mesin game terbaik. Masing-masing memiliki sudut pandang dan latar belakang yang berbeda dalam menilai suatu mesin game. Ada yang menilai dari segi kualitas mesin itu dari segi grafis atau audio, ada yang menilai dari segi kuantitas video game yang dapat dimainkan di mesin tersebut, ada pula yang menilai dari seberapa ergonomis dan ekonomis suatu mesin game, juga dari tingkat kepuasan saat memiliki mesin game tersebut.

Menilai atau membandingkan suatu mesin game sendiri tidak dapat dilakukan sembarangan. Dalam hal ini, harus melihat kesesuaian antara masa di mana mesin tersebut dilahirkan. Contohnya, kita tidak bisa membandingkan PS dengan NES, karena keduanya rilis di era teknologi yang berbeda. 

Controller NES (Nintendo) dan Sega (Mega Drive), konsol populer di Indonesia era 90-an. (Foto: LazyThumbs)
NES lahir di era di mana video game masih belum menjadi sebuah budaya, di mana teknologi komputer masih begitu terbatas. Sementara PS hadir di era di mana video game sudah menjadi mainan wajib, dengan teknologi yang sudah begitu berkembang dan bersaing satu sama lain. Tentu bila bicara kualitas, PS akan menang telak karena memiliki grafis dan audio yang jauh lebih baik dibandingkan NES yang rilis sembilan tahun lebih awal dari PS.

Karenanya, suatu mesin game lebih tepatnya dibandingkan dengan mesin game lainnya, yang lahir di era yang sama. Katakanlah PS, lebih tepat dibandingkan dengan Nintendo 64 (disingkat N64) dari Nintendo, atau dengan Sega Saturn (disingkat Saturn) dari Sega. Ketiga mesin ini hadir dalam generasi kelima pada era video game. 

Pada generasi kelima ini, kebanyakan gamer akan lebih memilih PS dari Sony sebagai mesin game terbaik. Ini dibuktikan dengan penjualan PS yang mencapai 100 juta unit, jauh di atas N64 yang hanya 33 juta unit. Selain memiliki kuantitas judul video game terbanyak dibandingkan dua mesin lainnya, PS juga memiliki kapasitas penyimpanan memori dalam media yang lebih banyak. Dengan menggunakan media CD-ROM, PlayStation dapat memaksimalkan game-game dalam sistemnya dengan berbagai pelengkap permainan, khususnya full motion video (FMV) dan audio kualitas CD.

Meski begitu, bagi saya mesin game rumahan terbaik di generasi itu bukan PS, melainkan Nintendo 64 alias N64. Pilihan saya ini tentu sangat berbeda dengan kebanyakan gamer, khususnya gamer Indonesia yang lebih mengenal PS. Dalam hal ini saya melihat dari sisi kualitas game yang ada, bukan dari segi kuantitas atau kepopuleran. 

Konsol Nintendo 64. (Foto: Wikimedia)
Saya melihat dari seberapa menyenangkan dan menghiburnya suatu mesin game beserta game-game yang dihadirkannya. Saya juga melihatnya dari sisi ergonomis, bagaimana sebuah mesin game dapat begitu mudah digunakan oleh pemain. Dalam hal ini, menurut saya Nintendo 64 adalah yang terbaik di generasi kelima, bahkan menurut saya menjadi salah satu yang terbaik yang pernah ada.

Kenapa? Tentu kalian yang membaca tulisan ini bertanya-tanya kenapa saya lebih memilih N64 dibandingkan PS. Padahal kan N64 memiliki banyak kekurangan dibandingkan PS. Dengan CD-ROM sebagai media, PS jauh lebih superior. Game-gamenya juga lebih banyak karena sistemnya yang lebih simpel bagi para developer game pihak ketiga. 

Square Soft selaku pembuat game-game RPG populer macam Final Fantasy saja lebih memilih PS dibandingkan N64 gara-gara keterbatasan memori dalam cartridge mesin buatan Nintendo itu. Alhasil, kejayaan Final Fantasy dan seri-seri RPG lainnya pun tak lagi dimiliki Nintendo, karena berpindah ke Sony PS.

Sebelum saya menjelaskan kenapa N64 lebih saya favoritkan dibandingkan PS, saya perlu menjelaskan secara singkat apa itu N64, mengingat mayoritas gamer Indonesia tak mengenal mesin ini (saat tulisan ini pertama kali saya terbitkan). 

N64 adalah mesin game rumahan buatan Nintendo setelah mesin Super Nintendo (SNES). Mesin ini merupakan proyek ambisius Nintendo menghadirkan game-game berkualitas dalam tampilan tiga dimensi (3D), setelah sebelumnya raksasa video game ini sukses menghadirkan game-game berkualitas dalam tampilan dua dimensi (2D) melalui NES dan SNES. 

Proyek yang awalnya dinamai Project Reality, yang kemudian menjadi proyek dengan kode nama Ultra 64 ini berjalan dalam prosesor 64-bit, dua kali lebih tinggi dibandingkan PS dengan 32-bit. Di 1996, proyek ini akhirnya rilis ke publik dengan nama Nintendo 64, bersaing dengan PS dan Saturn yang lebih dahulu rilis. Saat awal-awal diperkenalkan, N64 mendapat banyak apresiasi positif karena tampilannya yang begitu baik. 

Sayangnya, mesin ini dengan segera kalah pamor akibat pilihan media game yang digunakan. Nintendo memilih tetap menggunakan cartridge sebagai media game di N64. Padahal, cartridge memiliki kapasitas memori yang jauh lebih sedikit dibandingkan CD, yang kala itu sedang populer.

Nintendo tetap menggunakan cartridge untuk N64. (Foto: TurboSquid)
Alhasil banyak pengembang video game yang lebih memilih PS dibandingkan N64. Karena, dengan media CD yang ada di PS, memori game yang dibuat bisa lebih banyak, serta makin kaya karena didukung FMV dan audio CD memang membutuhkan banyak memori. Hal ini tidak bisa dilakukan pada N64 karena keterbatasan cartridge. 

Akibatnya sudah bisa ditebak, game-game di N64 terbilang sangat sedikit dibandingkan game-game di PS. Total game yang dirilis untuk N64 sebanyak 387 judul, beda jauh dengan game yang dirilis di PS sebanyak 1.100 judul. Game-game di N64 juga tak banyak yang menghadirkan cutscene atau video-video Computer Graphic (CG) movie sebagai pendukung game. 

Perbedaan ini begitu tampak pada game Spiderman dan Resident Evil 2. Bila kalian perhatikan, cutscene dengan animasi bergerak pada versi yang rilis di PS lebih banyak dibandingkan versi yang rilis di N64.

Sekadar informasi, terlibatnya Sony dalam persaingan industri video game dengan mesin PS-nya sendiri terjadi akibat ulah Nintendo sendiri. Sebelumnya di awal 90-an, Nintendo dan Sony menjalin kerja sama dalam mengembangkan piranti CD-ROM untuk SNES dan mesin terbaru Nintendo. 

Sayangnya, karena suatu sebab, kerja sama ini berakhir, dengan kesimpulannya Nintendo tetap mempertahankan penggunaan media cartridge. Tak mau usahanya sia-sia, Sony lantas melanjutkan pengembangan piranti CD-ROM tersebut, dan memutuskan untuk menciptakan sendiri mesin game mereka, yang kemudian diberi nama PlayStation tersebut. 

Purwarupa Nintendo PlayStation. (Foto: Tek.No)
Jadi sebenarnya, Nintendo sendirilah yang menciptakan ‘musuh’ mereka di industri video game, yang mengalahkan mereka di generasi kelima dan keenam.

Oke, setelah memahami apa itu N64 dan bagaimana sejarah terciptanya, kini kita kembali ke topik awal kenapa N64 menjadi salah satu mesin game terbaik versi saya. Ada beberapa alasan yang membuat saya menetapkan N64 sebagai salah satu yang terbaik. Alasan-alasan ini saya dapatkan setelah saya menyelami lebih dalam tentang N64, dan membandingkannya dengan PS sebagai rival terkuat di generasinya. 

Saya sengaja mengesampingkan Saturn dalam perbandingkan ini karena bit Saturn berada di bawah N64 dan kalah populer dibandingkan PS dan N64. Jadi, perbandingan ini secara khusus merujuk pada N64 dengan PS. Dan inilah alasannya…

Alasan pertama karena N64 memiliki daftar game yang lebih berkualitas. Walaupun secara kuantitas, jumlah game yang hadir di N64 tidak sebanyak game yang hadir di PS, namun kebanyakan judul game yang ada di N64 sukses merebut hati para gamer karena inovasi dan gameplay yang dihadirkan. 

Banyak di antara judul-judul game tersebut yang masih diingat baik oleh gamer hingga sekarang macam GoldenEye 007 dan Banjo-Kazooie. Banyak pula di antaranya pula yang masuk dalam deretan game-game terbaik sepanjang masa macam The Legend of Zelda: Ocarina of Time dan Super Mario 64.

Controller N64 di atas sederet gamenya.
Beberapa di antaranya tercatat pula sebagai game-game penting dalam sejarah industri video game karena pengaruh yang diciptakannya. Memang, banyaknya third-party developer atau pengembang pihak ketiga yang lebih memilih membuat game di PS membuat N64 lebih banyak mengandalkan game-game produksi first dan second-party developer atau pengembang pihak pertama dan kedua. Dalam hal ini Nintendo dibantu oleh Rare. 

Sisi baiknya, kebanyakan game di N64 dibuat oleh mereka yang memahami benar potensi N64. Sehingga, game yang dihadirkan pun juga memaksimalkan potensi N64, serta memiliki gaya inovasi dan kreativitas ala Nintendo.

Sebut saja game Super Mario 64 dari Nintendo yang disebut-sebut sebagai game 3D platformer terbaik di masanya, serta memengaruhi dan menginspirasi perkembangan video game genre ini. Pasalnya, game yang merupakan peralihan aksi Mario dari era 2D ke 3D ini kaya fitur dan inovasi, khususnya dalam sistem kamera yang sangat friendly dan eksplorasi dunia 3D yang luas dan mendetil. 

Super Mario 64, game N64 yang begitu revolusioner.
Contoh game lainnya yaitu GoldenEye 007 yang disebut-sebut sebagai pelopor genre First Person Shooter (FPS) di mesin rumahan dengan fitur multiplayer yang sangat diingat. Jangan lupakan juga The Legend of Zelda: Ocarina of Time, sebuah game action adventure dengan elemen RPG yang didaulat menjadi salah satu yang terbaik dalam genrenya.


Keunggulan lain yang dimiliki N64 adalah fitur multiplayer yang ditawarkan. Dengan empat gamepad/controller, empat orang sekaligus dapat memainkan game di N64 di waktu bersamaan. Konsep ini sudah dihadirkan sejak konsolnya dirilis pertama kali. Berbeda dengan PS yang mesti beli socket tambahan untuk bisa bermain hingga empat orang. 

Fitur multiplayer yang ada di N64 itu pun didukung dengan game-game multiplayer yang adiktif. Sebut saja Mario Kart 64, The New Tetris, GoldenEye007, hingga Super Smash Bros. Game-game tersebut dapat dimainkan secara bersamaan dalam sekali waktu lewat split layar monitor menjadi empat bagian, yang sebenarnya cukup kontroversial.

Fitur multiplayer ini menurut saya memiliki nilai lebih, karena membuat permainan menjadi semakin asyik. Tentu bermain bersama banyak teman jauh lebih baik dibandingkan bermain sendirian atau dua orang. Sehingga, saya menilai N64 merupakan mesin game yang sangat cocok untuk keluarga. Karena bisa dimainkan secara bersama-sama tanpa harus menunggu giliran. 

Film GoldenEye menjadi kembali populer berkat gamenya di N64.
Sosialisasi pemain pun tak berkurang, karena pemain tetap dapat bergaul dengan teman-temannya melalui multiplayer hingga empat pemain ini. Bandingkan dengan PS yang didominasi game-game bergenre Role Playing Game (RPG) dan action platformer yang rata-rata hanya bisa dimainkan satu orang saja.

Minimnya jumlah game berimbas pula pada variasi genre yang dimiliki N64. Mesin ini bisa dibilang kekurangan game-game bergenre populer, sebut saja genre RPG, Fighting, dan Shoot’emups (SHMUPS). Minimnya pustaka game ini membuat banyak gamer beralih pada PS. 

Padahal, menurut saya meski jumlahnya sedikit, semua genre populer yang ada di era itu telah terwakili dalam setiap game N64. Kualitasnya pun tak kalah dengan game-game bergenre sejenis di mesin PS. Sehingga, mereka yang memiliki N64 masih tetap bisa memainkan genre-genre umum video game di mesinnya, tanpa mesti beralih ke mesin lainnya.

Untuk genre RPG misalnya, ada game Paper Mario dan Ogre Battle 64 yang tak kalah menarik dan berwarna dibandingkan Final Fantasy VII dan puluhan game sejenis yang ada di PS. Untuk genre fighting, ada game Super Smash Bros (SSB), Mortal Kombat 4 (MK4), dan Fighter Destiny 2. 

Ketiga game ini terbilang asyik dan seru dimainkan, dengan SSB menawarkan serunya duel antar para pahlawan dari serial-serial populer N64, Fighter Destiny yang memunculkan inovasi penggunaan sistem point (dan duel dengan sapi, LOL!), serta MK4 yang memiliki tekstur gambar lebuh halus dibandingkan versi PS. Soal genre lainnya, jangan ditanya, N64 menjadi ‘rumah yang nyaman’ bagi game-game Racing, FPS, dan 3D platformer adventure.

Mario Party, game multiplayer seru di N64 yang "merusak persahabatan".
Kualitas game-game N64 bukan sekadar dari segi gameplay atau inovasi, tetapi juga pada tampilan grafisnya. Tekstur game-game N64 jauh lebih halus dan tajam dibandingkan tekstur game PS yang kasar dan terlihat pixelated. Hal ini berkat prosesor 64-bit yang menjadi asal mula nama mesin ini. 

Kualitas itu membuat tampilan grafis yang hadir dalam game-game N64 jauh lebih mendetil. Hal ini tampak dalam game Wave Race 64, yang menampilkan grafis air laut tampak seperti aslinya, membuat saya terkagum-kagum saat pertama kali menyaksikannya. Bandingkan dengan grafis air sejenis pada game-game yang ada di PS, misalnya Tomb Raider yang begitu bland.

Warna-warna dalam game-game di N64 pun terlihat begitu kaya dan begitu cerah dibandingkan yang ada di PS. Sehingga saya menilai dengan kualitas tersebut N64 menawarkan game-game dengan grafis yang bersahabat untuk mata. Pemain juga bisa lebih lama memainkan game-gamenya karena matanya tak cepat lelah. 

Dengan kualitas itu pula, dunia dalam game yang ada di konsol ini dapat dikembangkan lebih luas lagi. Sayangnya, tak banyak game di N64 yang memanfaatkan kelebihan itu dengan maksimal. Sedikit pengembang video game yang benar-benar mengoptimalkan kemampuan hardware N64 dalam menciptakan game yang berkualitas. 

Alhasil, banyak game yang kualitasnya akhirnya sama dengan kualitas PS. Hal ini menurut saya terbilang wajar, karena dengan kualitas yang dua kali lebih maju, kemungkinan membuat pengembang menjadi kesulitan.

The Legend of Zelda: Ocarina of Time, mahakarya N64 sepanjang masa.
Keunggulan lainnya yang membuat saya lebih memilih N64 adalah aksesnya yang jauh lebih cepat dibandingkan PS. Waktu loading yang lama sebagaimana yang ada di PS tidak ditemukan di N64. Framerate dan pergerakan gambar dalam game pun begitu lancar, tak seperti game-game di PS yang terkadang tersendat-sendat. 

Memang, meskipun unggul dalam hal penyimpanan data, namun media CD-ROM yang digunakan PS memiliki kelemahan dalam hal akses. Selain itu media CD memungkinkan pembajakan video game terjadi karena CD lebih mudah diproduksi. Berbeda dengan media cartridge yang mahal dan sulit untuk diproduksi serta memakan waktu produksi yang lama, membuat banyak pengembang game menyerah dengan N64, karena mesti berjudi dengan hukum permintaan.

Tetapi kualitas N64 bukan hanya ada di software video game atau sebagian hardware prosesor 64-bit. Melainkan pada keseluruhan materialnya, maksud saya, meliputi mesin dan juga casingnya. Bila dibandingkan mesin PS, mesin N64 jauh lebih tahan lama atau tahan banting. 

Mesin PS dengan casingnya yang tipis, termasuk controller-nya sangat mudah rusak. CD yang menjadi media gamenya pun sangat mudah tergores, membuat game tak bisa dimainkan. Bandingkan dengan mesin N64 yang dibalut casing solid serta controller yang padat. Cartridge sebagai media gamenya pun terbilang memiliki daya tahan lebih karena terlindung dalam casing. Tak heran bila di masa sekarang, masih banyak ditemukan mesin N64 dalam kondisi yang masih baik dan bisa dimainkan dengan lancar.

Beragam alasan yang saya kemukakan di atas cukup membuat saya menjadikan N64 sebagai mesin game terbaik di era generasi kelima, bahkan mungkin salah satu yang terbaik sepanjang sejarah. Namun ada satu alasan lagi yang membuat N64 begitu berkesan di hati saya. Apalagi kalau bukan karena Nintendo. 

Nintendo 64, konsol penuh kenangan. (Foto: Nintendo)
Yup, sebagai raksasa video game yang telah membangkitkan industri video game modern, nama Nintendo seolah menjadi jaminan atas kualitas mesin dan game-game yang dihadirkan. Dan ini terbukti, N64 yang merupakan pion utama Nintendo di era 3D memang menyajikan game-game ikonik dengan gameplay inovatif, seru, adiktif, dan menantang untuk dimainkan, baik single player atau secara multiplayer. Mesin ini juga menjadi pelopor dalam penggunaan analog joystick dan controller yang bergetar.

Ya, itulah tadi sedikit cerita tentang mesin game yang menurut saya merupakan mesin game terbaik. Beberapa gamenya menjadi game paling berkesan selama petualangan saya di dunia video game, seperti Super Mario 64, The Legend of Zelda: Ocarina of Tima, GoldenEye007 (saya ingat betapa serunya memainkannya secara multiplayer dengan sepupu saya), hingga Wave Race 64 yang begitu memukau. 

Bagaimana pendapat Sahabat Gamer mengenai konsol ini? Apakah konsol ini juga jadi favorit kalian? Jangan segan menuliskan pendapat kalian di kolom komentar ya. Saya Retro Lukman Gamer Jalanan, sampai jumpa lagi di artikel berikutnya dan... Salam Gamer! (gj)

No comments:

Post a Comment