Wednesday, November 13, 2019

Kekuatan Hujatan di Balik Transformasi Sonic yang Menawan

Sonic, sekarang kamu keren banget.
Halo sahabat gamer, saya Retro Lukman Gamer Jalanan, mohon maaf bila dalam waktu belakangan belum membuat artikel terbaru di blog ini. Karena kesibukan dan kondisi kesehatan. Namun trailer terbaru film Sonic the Hedgehog tampaknya membuat saya tak bisa menahan diri untuk tidak menuliskannya menjadi catatan dalam blog ini. Buat kalian yang sudah nonton trailernya, pasti tahu benar dengan yang saya maksud, bahkan sebelum membaca tulisan ini. Buat yang belum nonton, KLIK DI SINI.

Ya benar, trailer kedua dari film adaptasi live-action Sonic the Hedgehog, mari kita sebut saja dia Sonic biar lebih singkat, benar-benar sesuatu yang sangat mengejutkan. Lantaran Paramount Pictures selaku production house yang membuat film ini mengubah total desain karakter Sonic the Hedgehog yang pada trailer awalnya mengundang kontroversi dan caci maki dari netizen. Sehingga kini, landak biru favorit kita semua itu tampil keren dan proporsional sebagaimana semestinya!

Saya termasuk yang terkejut sekaligus kagum melihat transformasi desain Sonic dari trailer perdananya ke trailer terbarunya, yang bisa dibilang versi final dari film ini. Karena tampilannya benar-benar mewakili sosok Sonic, tanpa harus dibuat serealistis mungkin. Desain maskot Sega itu kini tampil seperti yang biasa dilihat di video gamenya, namun dengan sentuhan realistis yang begitu pas. Kira-kira sama seperti yang dilakukan Legendary Pictures pada Pikachu dkk. di film Detective Pikachu.

Saya melihat optimisme dalam tatapan Sonic dengan desain baru ini.
Saya, Retro Lukman Gamer Jalanan tidak akan membahas detail tentang bagaimana tampilan desain ini, bagaimana perubahannya dari desain awal yang awful. Namun hemat saya, desain terbaru ini lebih mencirikan Sonic, dengan mata besar yang mengancam, tubuhnya yang pendek, duri-durinya yang khas, dan tentu saja jangan lupakan sarung tangan serta sepatu merahnya yang luput diterjemahkan dengan baik pada desain awalnya.

Melainkan yang akan saya bahas adalah "kekuatan ajaib" yang bisa mengubah desain buruk itu menjadi desain yang sangat AWESOME! Yup,  kekuatan hujatannya netizen. Seperti yang sudah saya ulas dalam catatan sebelumnya, klik di sini bila kalian belum membacanya, trailer film Sonic the Hedgehog pertama yang rilis pada akhir April lalu mengundang reaksi kemarahan dari begitu banyak netizen di seluruh dunia. Lantaran menganggap desainnya sangat jelek dan sangat jauh dari kesan Sonic.

Bandingkan saja deh perbedaannya sama yang lama (kanan).
Alhasil, pihak Pramount Pictures pun dihujat habis-habisan, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menunda pemutaran perdana film ini yang seharusnya pada November ini, mundur jadi 14 Februari 2020 mendatang. Alasan pemunduran jadwal itu karena untuk mendesain ulang karakter Sonic agar menjadi seperti yang diinginkan para penggemar. Benar sekali, mereka mendengarkan hujatan netizen dan hasilnya.... luar biasa berhasil!

Kenapa saya bilang berhasil, karena bila sebelumnya ada begitu banyak komentar negatif tentang trailer perdananya, maka kini yang terjadi sebaliknya: Ada begitu banyak komentar positif memuji dan takjub melihat desain Sonic yang dianggap lebih realistis dan sesuai dengan gamenya. Salah satu komentar positif itu tentu saja dari saya, penggemar game Sonic era 16-bit.

Jumlah like pada trailer kedua ini pun berbalik 180 derajat dibandingkan trailer perdananya. Bila pada trailer perdananya jauh lebih banyak yang dislike (dua kali lipat), maka pada trailer kedua ini (yang lebih baik tentunya) jumlah jempolnya yang jauh lebih banyak bahkan lebih mendominasi. Pada saat catatan ini saya tulis, sudah 668 ribuan like terlihat di trailer resminya yang ada di akun Youtube resmi Paramount. Sementara yang dislike tetap ada, entah apa alasannya, sebanyak 10 ribuan.

Jumlahnya terus bertambah.
Masih ada yang dislike mencapai hampir 10 ribu ini tentu mengisyaratkan bila trailer film Sonic yang terbaru ini masih belum bisa memuaskan semua pihak. Mungkin ada yang masih merasa premis ceritanya jelek atau klise, dan itu saya amini. Akan tetapi apabila yang dislike itu karena masih merasa desain Sonic-nya belum sesuai yang semestinya, maka patut dipertanyakan. Bisa jadi dia sekadar hater dan bukan penggemar Sonic tulen.

Sayangnya saya tidak bisa membandingkan jumlah like trailer kedua ini dengan like trailer pertamanya untuk November ini. Karena video trailer Sonic yang pertama itu ternyata sudah tidak tersedia pada tautannya lantaran sudah dijadikan video bersifat pribadi. Hal ini pun membuat saya yakin bahwa trailer kedua film Sonic merupakan trailer definitif, dan desain Sonic dalam trailer ini merupakan produk final yang bisa kita saksikan di hari Valentine tahun depan.

Video trailer perdananya sudah tidak tersedia.
Buat saya, transformasi desain Sonic dalam film live-actionnya ini merupakan sebuah fenomena yang sangat jarang terjadi dalam dunia hiburan, khususnya perfilman. Karena tentu sangat jarang kita temukan sebuah perusahaan hiburan, dalam hal ini rumah produksi film mengubah total film mereka yang sebenarnya sudah siap tayang, hanya demi memenuhi keinginan para penggemar, atau mungkin lebih tepatnya netizen, karena penggemar itu kan relatif ya?

Paramount dalam hal ini rela mengeluarkan waktu dan biaya tambahan demi memperbaiki kualitas film mereka, ketimbang membiarkan saja suara netizen dan tetap menayangkannya perdana sesuai jadwal. Tentu seperti yang juga sudah saya tulis di catatan saya sebelumnya, langkah ini patut diapresiasi. Karena pada dasarnya kan publik yang menikmati suatu karya seni yang dihasilkan oleh seniman. Masyarakatlah dalam hal ini meliputi netizen, penggemar Sonic, gamer, dan tentunya anak-anak yang menyaksikan film ini. Sehingga mendengarkan suara publik tentu yang akan menonton film Sonic demi hasil terbaik jelas sangat diperlukan.

Kasus trailer pertama misalnya, sangat jelas terlihat membuat orang-orang langsung tak tertarik menyaksikan filmnya. Beragam komentar yang beredar waktu itu mayoritas menyatakan memboikot film ini. Hal berbeda terjadi pada trailer kedua, yang terbaru setelah desain Sonic berubah. Kini orang-orang tertarik menyaksikan film ini, sebagaimana diekspresikan dalam komentar-komentar di videonya. Bisa kalian lihat pada tangkapan layar di bawah ini:


Jadi bisa dibilang, dengan menunda perilisan film mereka, memperbaiki desain Sonic, sejatinya membuat Paramount menyelamatkan potensi penonton mereka, dalam hal ini potensi keuntungan mereka. Tentu mereka tidak ingin film yang mereka buat dengan biaya yang tidak sedikit menjadi sepi penonton, tak bisa mengembalikan modal pembuatannya, atau yang paling parah, jadi big office bomb. Tentu ini adalah langkah yang tepat.

Meski demikian, patut digarisbawahi apa yang tampak dilakukan Paramount ini masih sebatas tampilan visual, belum masuk ke segi lain yang menentukan kesuksesan sebuah film: plot cerita. Seperti yang sudah saya tulis pada tulisan saya sebelumnya, plot dalam film Sonic ini bisa jadi akan seperti film live-action Smurf, formula yang sama dengan makhluk dari dunia/planet/dimensi lain yang masuk ke dunia manusia, terjadi gegar budaya dan ada orang jahat yang berniat menangkap tokoh utamanya demi menguasai dunia, klise.

Realistis seperti Pikachu dalam Detective Pikachu.
Bagi orang dewasa, plot seperti itu bisa jadi alasan untuk tidak melangkahkan kaki ke bioskop menyaksikan filmnya. Namun demikian, masih cukup menjadi magnet bagi anak-anak yang lebih polos dalam hal menikmati sajian hiburan. Pun demikian plot itu bisa jadi bukan persoalan bagi penggemar serial Sonic untuk tetap menyaksikan filmnya. Apalagi dalam trailer yang benar-benar baru ini, ada banyak elemen-elemen video game yang ditampilkannya. Termasuk misalnya kendaraannya Dr. Robotnik yang mirip dengan yang ada di gamenya.

Karena toh selera orang masing-masing. Tetapi tetap saja, review awal film ini akan sangat menentukan keberhasilannya. Buat saya sendiri premis awalnya kurang menarik, namun karena ini film adaptasi video game dengan visual yang wah, saya rasa hal tersebut bisa dimaafkan. Lihat saja film Detective Pikachu yang walaupun plotnya tak begitu kuat, cenderung standar, namun bisa membuat saya menyaksikannya sampai dua kali di bioskop!

Kendaraan Dr. Robotnik mengingatkan pada game klasik Sonic di era 16-bit.
Walau begitu langkah Paramount yang menjawab baik keluhan fans jelas dengan desain ulang merupakan daya tarik awal yang cukup menjanjikan untuk menggaet para penonton. Karena tampilan visual jelas kunci penting dalam film-film adaptasi, utamanya film-film live-action. Lihat saja film Detective Pikachu yang sudah merebut hati saya dari jauh-jauh hari sekalipun saya masih sebatas menyaksikan trailernya, seperti yang saya tulis dalam catatan saya di sini (klik).

Kesimpulannya, di era teknologi sekarang ini, kekuatan netizen jelas tak boleh diremehkan. Karena bisa jadi ada "keajaiban" yang tak disangka-sangka dari kekuatan itu. Dan ini bukan hanya berlaku pada film saja, tetapi juga pada semua hal, semua bidang, yang tentunya saya rasa tidak perlu saya jelaskan lagi. Sudah banyak kok kasus viral yang mengubah suatu keadaan secara drastis, sebagian besar mengubah menjadi positif, namun tak jarang juga yang berakhir negatif.

Sonic dalam film ini sepertinya bakal komikal.
Tentu harapannya "kekuatan ajaib" itu bisa digunakan untuk sesuatu yang positif. Mengubah tampilan Sonic dalam film live-actionnya misalnya, cukup aman bagi saya untuk menyimpulkannya sebagai sesuatu yang positif, walaupun sebelumnya ada begitu banyak elemen-elemen negatif yang menyelimutinya dalam wujud kemarahan dan hujatan.

Kasus Sonic ini jelas menjadi pelajaran penting bagi semua pembuat konten hiburan, untuk tidak sekadar mengikuti keinginan hati dan mengejar materi semata. Melainkan juga perlu mendengarkan saran, masukan, dan kritik dari pihak-pihak terkait, khususnya yang berhubungan dengan konten hiburan yang hendak disajikan. Karena egoisme tanpa mau mendengar suara-suara netizen, jika tidak beruntung bisa berakhir pada suatu kegagalan. Ambil contoh film Dragonball Evolution atau game Metal Gear Survive.

Lari Sonic, kali ini takkan terpeleset.
Nah, belakangan ini ada kasus yang mirip seperti kasus hujatan pada trailer film Sonic. Yaitu hujatan pada GameFreak, developer game Pokemon, lantaran tidak memasukkan National Pokedex dalam game terbaru mereka yang akan segera dalam hitungan jam saja, Pokemon Sword and Shield. Pasalnya GameFreak tetap kokoh mempertahankan keputusan mereka tersebut dengan beragam alasan, sekalipun kemarahan dan hujatan yang datang begitu keras mendera lewat tagar #BringBackNationalDex.

Dengan keajaiban yang terjadi pada trailer Sonic, ada netizen yang mengaitkannya dengan kasus Pokemon ini. Tapi saya tidak akan membahas hal tersebut di catatan ini karena catatan ini tentang Sonic. Lagipula saya sudah pernah membahasnya pada tulisan saya sebelumnya dengan judul Hilangnya National Dex yang Memicu Kontroversi. Well seperti apa hasil akhir dari polemik National Dex ini? Kita lihat saja nanti. Tapi tentu kita semua mengharapkan yang terbaik. Saya Retro Lukman Gamer Jalanan pamit, sampai jumpa lagi di artikel berikutnya dan... Salam Gamer! (gj)

2 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete