Monday, December 10, 2018

Mesin Jadul di Era Kekinian yang Tak Relevan

NES Classic (kanan) disandingkan dengan NES Original. (Foto: theverge.com)
Halo sahabat gamer, saya Retro Lukman Gamer Jalanan. Dalam catatan kali ini, saya tertarik membahas tentang mesin atau konsol-konsol video game klasik yang dihadirkan kembali dalam rupa baru (dalam kasing yang mirip-mirip) di era kekinian alias next-gen. Pasalnya, meski memunculkan hype yang terbilang besar, khususnya di kalangan gamer retro, namun menurut saya kehadiran konsol-konsol ini tidak relevan atau bahkan useless alias sia-sia belaka.

Hype konsol retro kekinian ini dimulai dari NES Classic Mini Edition, bentuk mini konsol rumahan pertama Nintendo, NES (atau akrab disebut hanya Nintendo di Indonesia) hingga yang terbaru PlayStation Classic. Konsol-konsol ini merupakan mesin original yang diproduksi perusahaan-perusahaan resminya, seakan memaksa gamer merupakan ragam konsol klon dari perusahaan-perusahaan non resmi.

Tentu kehadiran konsol klasik ini disambut baik gamer retro, khususnya para kolektor. Maka jangan heran bila NES Classic Mini maupun SNES Mini Classic, di luar harganya yang terbilang mahal (untuk ukuran konsol jadul), tetap saja laris manis dan jadi buruan di pasaran. Lantas kesuksesan ini diikuti PS1 lewat PlayStation Classic baru-baru ini, dan di 2019 nanti ada Mega Drive Classic.

Sayangnya menurut pandangan saya, Retro Lukman Gamer Jalanan, kemunculan konsol-konsol ini kok rasanya sia-sia belaka. Bahkan lebih sekadar ajang mengeruk uang bagi perusahaan. Apalagi bila melihat sasaran konsol ini nyatanya lebih banyak pada para gamer dewasa yang masa kecilnya diwarnai konsol ini. 

NES Classic Mini Edition memulai tren konsol retro kekinian dari perusahaan resmi.
Karena bila bicara relevansinya, konsol-konsol ini sejatinya memiliki “kedaluwarsa” dan tingkat kejenuhan yang begitu cepat tercapai. Alhasil, konsol ini hanya akan berakhir sebagai pajangan bagi para kolektor, atau sekadar pelepas rindu terhadap nostalgia masa kecil. Gamer-gamer muda kekinian seperti tak mendapat ruang untuk menjelajahi lebih dalam terkait betapa luar biasanya konsol klasik ini pada eranya.

Kenapa saya bicara seperti ini, lantaran konsol-konsol retro tersebut dihadirkan kembali dalam kondisi pakem yang sudah terbatas. Ambil contoh NES Classic Mini yang dijual dengan 30 game pilihan sudah terinstal di dalamnya. Namun, tidak ada opsi resmi menambahkan game atau memainkan cartridge NES ke dalam mesin ini. 

Jumlah game yang terbatas dan tidak ada fitur penambahan game secara resmi.
Dalam kondisi ini, gamer “dipaksa” memainkan 30 game yang sudah dipilih Nintendo selaku pembuatnya, tanpa mengindahkan selera atau keinginan gamer. Ya memang game-game pilihan Nintendo itu bagus-bagus, bahkan terbaik. Namun di luar game-game tersebut, masih banyak game-game bagus dan berkualitas lainnya yang “menanti” untuk dimainkan kembali, bahkan diperkenalkan kembali di era kekinian.

Hal ini membuat gamer muda kekinian seakan “didoktrin” untuk hanya mengenal NES melalui 30 game tersebut. Judul-judul potensial, bahkan yang dahulu pun tak dikenal, menjadi kehilangan kesempatan untuk bersinar setelah puluhan tahun berlalu sejak versi asli konsol ini lahir. Pun demikian, tak semua gamer kekinian menyukai game-game pilihan Nintendo tersebut. Apalagi, terdapat game-game yang tak lagi relevan atau tak menarik lagi dimainkan di masa sekarang.

Metroid, satu di antara game klasik NES yang tak relevan di zaman now.
Ambil contoh Metroid. Pelopor subgenre Metroidvania dan penggunaan password ini mungkin begitu fenomenal di zamannya. Namun di masa sekarang, mekanik-mekanik permainannya sudah sangat ketinggalan zaman dan sulit diakses. Gamer yang paham tentang game ini, tentu akan lebih memilih versi remake-nya di GBA yaitu Metroid: Zero Mission yang secara grafis dan elemen permainan lebih menarik serta lebih mudah diakses dengan save feature dan map.

Jumlah 30 game menurut saya terbilang sedikit bila bicara NES yang “dianugerahi” daftar game mencapai ribuan. Alhasil ketika 30 game tersebut sudah selesai dimainkan, maka selesai juga NES Classic Mini yang berakhir menjadi pajangan. Padahal, bila ada fitur menambahkan game atau memainkan cartridge game, usia konsol ini bisa lebih panjang, bahkan membuat NES tak terlupakan sampai kapan pun.

Tak bisa memainkan cartdige asli NES. (foto: arstechnica.com)
Ya, kelemahan terbesar dari mesin jadul kekinian tersebut ada pada kemampuannya menambahkan game atau memainkan kaset game. Ini merupakan potensi yang menurut saya disia-siakan oleh perusahaan pengembang. Padahal, konsol ini akan menjadi konsol yang “ultimate” dan bernilai jual tinggi bila memiliki fitur penambahan game, atau setidaknya fitur memainkan kaset fisik gamenya.

Sejatinya, kemampuan menambahkan game ini sudah dimungkinkan. Namun mesti melewati jalur yang ilegal, bukan jalur resmi. Yaitu lewat cara meretas sistemnya, memasukkan game-game yang diinginkan sesuka hati. Tapi sebagaimana saya sebutkan, jelasnya cara ini bukan cara yang legit lagi legal untuk dilakukan. 

RetroN 5 dari Hyperkin yang mampu memainkan game-game dari beberapa jenis konsol.
Kalau seperti ini, apa bedanya NES Mini yang original dari perusahaan resminya ketimbang konsol-konsol klon yang banyak dijumpai dewasa ini? Malahan, mesin-mesin kloning jauh lebih baik ketimbang konsol retro aslinya, lantaran di mesin klon bisa memainkan game-game baik melalui kaset fisik game atau melalui medium digital/USB.

Bila sudah demikian, sebenarnya NES Classic Mini dan konsol-konsol jadul kekinian tersebut kualitasnya tak lebih baik dibandingkan konsol klon sejenis Hyperkin RetroN atau RetroPie. Lantas pertanyaannya, buat apa beli konsol original kalau sensasi bermainnya terbatas, sementara konsol klon yang (mungkin) lebih murah saja bisa memainkan lebih dari satu jenis platform dalam satu mesin saja?

Game-game retro itu buanyak... pakai banget.
Makanya saya pribadi, Retro Lukman Gamer Jalanan, tidak tertarik atau hype dengan mesin-mesin jadul kekinian yang resmi ini. Lantaran sebagai gamer retro, passion saya adalah bagaimana saya bisa menjelajahi keindahan dunia video game retro secara maksimal. Bukan malah dibatasi hanya 30 game atau beberapa game saja. Faktanya, dunia video game retro itu punya pustaka video game yang begitu luasnya, bahkan untuk memainkan semua gamenya tak cukup seumur hidup.

Akan lebih bermanfaat dan relevan, apabila konsol-konsol sejenis NES Classic Mini ini dilengkapi fitur penambahan game. Bisa melalui format digital lewat unduhan virtual console (sebagaimana yang sudah diterapkan pada konsol next-gen), atau melalui format fisik, misalnya melalui kaset-kaset game koleksi lawas maupun edisi baru kaset game yang dirilis di era kekinian (semacam Street Fighter II).

Sony mengikuti jejak Nintendo dengan merilis PlayStation Classic.
Menurut saya peluang fitur penambahan konsol ini adalah potensi emas yang diabaikan, atau mungkin tak mampu dilihat perusahaan. Padahal ya, kalau peluang ini bisa dimaksimalkan, pundi-pundi laba yang dihasilkan melalui penciptaan konsol klasik ini bisa lebih banyak lagi. Lantaran semakin banyak yang membayar untuk membeli game baik secara digital maupun fisik.

Bukan hanya keuntungan, bila potensi ini dimaksimalkan juga turut membantu perusahaan dalam memerangi pembajakan video game. Nintendo misalnya, tak perlu repot-repot menutup situs-situs penyedia ROM game. Ya walaupun jumlah pembajak game masih banyak, namun makin banyak saja para gamer yang menyadari pentingnya membeli game original sehingga beralih dari bajakan ke resmi.

Kumpulan cartridge retro yang bikin ngiler para kolektor.
Di satu sisi, keberadaan kaset-kaset game retro juga semakin langkanya. Khususnya untuk judul-judul yang terbilang jarang diketahui alias hidden gems. Bahkan banyak yang sudah tidak eksis lagi. Kalaupun ada, harganya bisa sangat mahal, dan hanya bisa dijangkau oleh gamer berstatus sultan. Walhasil, gamer-gamer jelata macam saya, Retro Lukman Gamer Jalanan ini pun mau tak mau kembali ke emulator demi memuaskan hasrat game retro yang seakan tiada habisnya.

Sementara, keputusan tidak memberikan fitur penambahan game ini justru semakin memperparah pembajakan, menyuburkan pembajakan ataupun cara-cara illegal dalam bermain video game. Para pembeli konsol klasik ini misalnya, akan meretas sistem demi memaksimalkan konsol yang telah dibeli dengan memasukkan game-game favorit mereka. Bila sudah begitu, situs-situs penyedia ROM atau ISO game pun semakin subur saja.

Kontroler NES untuk Switch, yang dibundel dengan sederet game klasik NES.
Well, itulah kira-kira pendapat saya tentang kehadiran konsol-konsol game retro kekinian. Selama tidak ada fitur penambahan game yang resmi, konsol-konsol ini hanya akan menjadi “mesin uang” bagi perusahaan, dengan sasaran para kolektor yang rela menghabiskan biaya berapapun demi melengkapi koleksinya. 

Jelas tidak relevan di era kekinian. Apalagi bila konsol-konsol next-gen di masa mendatang seperti Nintendo Switch semakin banyak memberikan ruang bagi game-game retro untuk kembali eksis melalui virtual console, keberadaan konsol klasik ini akan semakin tidak relevan saja. Kan sayang sekali.

Tapi ya mau bagaimana lagi? Bagaimana menurut sahabat gamer sekalian? Perlu diingat ya kalau ini hanya pendapat saya saja. Bisa jadi sahabat gamer tidak setuju. Yuk bagikan pendapat kalian di kotak komentar, tapi yang sopan ya. Saya Retro Lukman Gamer Jalanan, sampai jumpa pada kesempatan berikutnya dan… salam gamer! (gj)

No comments:

Post a Comment