Pasukan Light Infantry GDI turun dari APC. |
HALO Sahabat Gamer, saya Retro Lukman Gamer Jalanan, kembali lagi dalam Project Move On, rubrik restorasi tulisan-tulisan lama saya di blog terdahulu saya, Elmaulana. Setelah berhenti terbit setahun lamanya, dalam Project Move On pertama di 2021 ini saya akan menampilkan kembali ulasan saya untuk game Real-Time Strategy (RTS) favorit saya, 'Command & Conquer: Tiberian Sun'. Selamat membaca...
Bila bicara game bergenre RTS di PC, maka Command & Conquer adalah nama yang paling pertama muncul. Lewat seri pertamanya, Tiberian Dawn, seri yang akrab disingkat C&C ini sukses mempopulerkan genre RTS kepada para gamer di dunia, termasuk saya, Retro Lukman Gamer Jalanan.
Namun di antara sederet judulnya, yang paling mendapatkan tempat di hati saya yaitu seri keduanya, 'Command & Conquer: Tiberian Sun'. Seri kedua ini menjadi yang terfavorit, bersama dengan 'Command & Conquer: Red Alert 2' yang juga masih masuk dalam serial C&C. Saya sebelumnya sudah pernah merilis daftar lima game Command & Conquer favorit saya, yang bisa kalian baca di sini (klik).
Attack Bike dari Nod, kecil dan ringkih, tetapi cepat dan mematikan. |
Dirilis tahun 1999, Tiberian Sun mengambil setting tiga puluh tahun setelah kejadian dalam game Tiberian Dawn yaitu di bumi tahun 2030. Mineral alien misterius yang disebut Tiberium terus menyebar ke seluruh permukaan bumi dan membuat kehidupan umat manusia makin terdesak. Global Defense Initiative (GDI) yang berhasil mengalahkan Brotherhood of Nod pada Perang Tiberian pertama pun kini disibukkan dengan usaha untuk menyelamatkan umat manusia dari kepunahan.
Di lain pihak, faksi Brotherhood of Nod kembali muncul untuk menyelesaikan misinya dalam merebut kekuasaan atas Tiberium dan menjadi penguasa bumi. Kane, pemimpin kharismatik Nod secara misterius kembali hidup dan mengambil alih kekuasaan atas Brotherhood yang telah terpecah-belah setelah kekalahan tiga puluh tahun yang lalu.
Titan, unit walker GDI yang begitu keren. |
Menyadari kenyataan ini, GDI tak tinggal diam. Tugas mereka bertambah karena harus menghancurkan Nod. Mereka tidak sendiri, ada The Forgotten, kelompok mutan hasil percobaan Tiberium yang terlupakan, yang lantas memutuskan membalas dendam pada Nod atas kejahatan mereka. Itulah sedikit ringkasan cerita dari game ini.
Seperti game sebelumnya, Tiberian Sun menawarkan dua campaign mission yaitu versi GDI dan Brotherhood of Nod. Mode single-player ini begitu seru dengan serangkaian misi yang diberikan. AI komputer mungkin terasa tinggi dan sulit dikalahkan, tetapi justru di situlah tantangannya bagi pemain. Saya ingat betapa melelahkannya menuntaskan setiap misi yang ada, baik di sisi GDI maupun di sisi Nod.
Pemimpin Brotherhood of Nod, Kane, diperankan Joe Kucan. |
Campaign ini menjadi makin seru lantaran diselingi cutscene atau cuplikan video live-action yang makin menghidupkan konflik Tiberium yang tengah terjadi. Apalagi ada karakter Kane yang diperankan oleh Joe Kucan. Karakter pemimpin Brotherhood of Nod ini benar-benar begitu berkesan bagi saya berkat penampilannya yang begitu kharismatik.
Selain Campaign Mode, Tiberian Sun juga menawarkan skirmish mode yang sebelumnya diperkenalkan game Red Alert pertama. Dalam mode ini, pemain bisa bertarung mengatur strategi melawan pemain lain atau melawan tim yang digerakkan CPU. Dalam mode yang menjadi favorit saya ini, pemain juga bisa memilih bermain sebagai protagonis GDI atau antagonis Brotherhood of Nod, bedanya kini pemain memiliki kontrol penuh atas pasukannya.
Hover MLRS, unit GDI anti serangan udara. |
Tentu saja terjadi perubahan besar dalam unit dan struktur yang dimiliki masing-masing kelompok, mengingat rentang waktunya selisih waktu tiga puluh tahun sejak pertempuran pertama. Dalam Tiberian Sun, Westwood selaku pengembang menawarkan unit-unit dan struktur-struktur baru yang lebih canggih dan futuristik.
Di faksi GDI ada Wolverine, Titan, dan Mammoth, sementara faksi NOD memiliki Cyborg, Devil Tongue, Cyborg Commander, dan Mutant Hijacker. Senjata-senjata canggih pun mengalami peningkatan level seperti Ion Cannon yang menakjubkan untuk GDI dan Nuclear Missile yang mematikan dan beracun untuk Brotherhood of Nod.
Banshee, unit udara Nod yang begitu mengancam. |
Perubahan secara radikal C&C terjadi pada seri ini, di mana gameplay lebih terasa hidup dengan berbagai elemen-elemen RTS yang baru dan terbilang kontroversial. Termasuk sudut kameranya yang kini menjadi isometrik semi tiga dimensi. Elemen-elemen inilah yang kemudian kembali digunakan dan disempurnakan pada Red Alert 2.
Kualitas gambar Tiberian Sun tidak mengecewakan. Tampilannya jernih dan lebih baik dari prekuelnya. Suara dan efeknya pun terdengar serasi dengan skema pertempuran yang ditawarkan. Ya walaupun mungkin gambarnya lebih banyak bernuansa gelap, karena memang konsepnya dibuat kelam, tidak seperti Red Alert 2 yang begitu ceria (dan konyol).
Light Infantry Nod, desain terbaik ada di Tiberian Sun. |
Tetapi justru nuansa kelam itulah yang membuat saya sedikit lebih memfavoritkan Tiberian Sun ketimbang Red Alert 2. Karena menurut saya tema apocalyptic, dunia di ambang kehancuran, perebutan sumber daya, jauh lebih menarik lantaran begitu mudah menghasilkan konflik. Dalam hal ini konflik antara GDI dan Brotherhood of Nod yang disajikan dengan sangat epik di dalam game ini.
Secara keseluruhan, meski game ini tampil sederhana, namun kualitas yang disajikannya bisa dibilang terbaik (untuk masa itu). Maka tentu saya merekomendasikan game ini, jadi game wajib untuk penggemar game bergenre strategi perang atau RTS. Oh iya, Tiberian Sun ini memiliki Expansion Pack berjudul 'Firestorm', yang tidak kalah seru dengan game basisnya.
Bagaimana menurut sahabat gamer? Apakah kalian pernah memainkan game ini? Bagaimana pendapat kalian tentang game kedua C&C dalam semesta Tiberium ini? Yuk share pendapat kalian di kolom komentar! Saya Retro Lukman Gamer Jalanan, terima kasih sudah membaca, sampai bertemu lagi pada artikel berikutnya dan... salam gamer! (gj)
No comments:
Post a Comment