Nintendo DS Lite milik saya. |
Karena di luar dugaan cerita saya, Gamer Jalanan, tentang NDS ini begitu panjang, maka saya putuskan untuk membaginya menjadi dua bagian. Jadi buat kalian sahabat gamer yang hendak membaca catatan ini, pastikan kalian lebih dulu membaca bagian pertamanya di sini (klik).
Selepas kuliah,
saya bekerja di sebuah bank di Samarinda. Dalam waktu luang saya di kantor,
terkadang saya memainkan game-game NDS melalui emulator DeSmume. Biasanya
game-game yang tidak membutuhkan kontrol layar sentuh, kebanyakan game RPG
seperti Pokemon atau Dragon Quest. Pernah suatu ketika rekan saya memergoki
saya sedang bermain game NDS lewat emulator dan menyebut saya suka memainkan
game yang bercerita ketimbang game-game yang tak perlu membaca.
Bicara bekerja
tentu berbeda dengan saat masih mahasiswa dulu. Saya sudah memiliki penghasilan
sendiri dan bisa membeli apa-apa yang saya inginkan. Namun tetap saja saya
tidak punya niat untuk membeli NDS. Alasannya, karena waktu itu konsol terbaru
penerus NDS, Nintendo 3DS baru saja dirilis. Tentu saya akan lebih memilih
membeli 3DS ketimbang NDS yang eranya sudah mulai berakhir waktu itu. Apalagi
3DS bisa memainkan game-game NDS.
Phoenix Wright: Ace Attorney, salah satu game NDS favorit saya. (sumber gambar: engadget) |
Sayangnya keinginan
saya untuk membeli 3DS tersebut terpaksa saya urungkan. Harganya waktu itu
terbilang mahal, yaitu mencapai Rp 3 jutaan. Karena memang waktu itu masih baru
rilis, belum mengalami pemotongan harga dari Nintendo akibat kurang lakunya
konsol ini. Meski punya penghasilan sendiri, harga Rp 3 jutaan tersebut masih
saja terbilang mahal. Sehingga saya pikir-pikir untuk membelinya.
Ketika keinginan
membeli itu ada, saya terhenti oleh nasehat orang tua. Saya sempat mengutarakan
keinginan saya untuk membeli 3DS kepada ibu saya. Entahlah, walaupun saya
berkuasa atas uang saya, saya tetap merasa perlu bertanya pada ibu saya.
Mungkin karena kala itu saya berada dalam posisi membantu ibu untuk membiayai
kuliah adik saya.
Ibu saya lantas
menasehati saya untuk memikirkan hal-hal yang lebih penting ketimbang membeli
video game. Mendengar itu, saya pun mengurungkan niat membeli 3DS. Ibu saya
benar, masih banyak hal penting untuk dipikirkan. Sementara untuk bermain video
game, saya masih bisa melakukannya di netbook saya. Selain itu, sebenarnya saya
juga tidak memiliki arah yang jelas dalam keinginan membeli 3DS. Yang ada dalam
pikiran saya waktu itu hanya ingin membeli konsol game terbaru. Cuma itu. Saya
bahkan tidak tahu mau memainkan game apa di konsol generasi kedelapan tersebut.
Iklan 3DS yang cukup menarik perhatian. (sumber gambar: derekmartinez) |
Di samping itu
juga, sebagai wartawan, saya dihadapkan pada dilema. Di satu sisi saya ingin
memiliki konsol game, namun di sisi lain saya menginginkan kamera untuk
mendukung kerja saya. Uang Rp 3 juta itu cukup untuk membeli kamera. Dan pada
akhirnya memang saya lebih memilih membeli kamera ketimbang 3DS. Sebenarnya
kalau saya mau, saya bisa saja menabung. Namun karena keinginan untuk memiliki
3DS itu sirna, tak terbersit keinginan untuk menabung secara spesifik untuk
membelinya.
Dari situ,
keinginan untuk memiliki konsol game lenyap begitu saja. Kalaupun ingin bermain
game, saya tinggal menumpang di komputer kantor untuk memainkan emulator NDS
atau menyalakan netbook saya untuk memainkan game-game PC yang ringan.
Nyatanya, padatnya kegiatan di perkerjaan membuat waktu luang saa untuk
memainkan video game menjadi sangat terbatas. Jelaslah bagi saya waktu itu,
konsol video game bukanlah hal yang saya inginkan untuk dibeli.
Hingga kemudian,
keinginan untuk memiliki konsol video game tiba-tiba muncul begitu saja di
tahun 2017. Keinginan masa kecil saya untuk bisa memiliki konsol video game
tiba-tiba membuat saya galau. Saya ingat, almarhum ayah saya yang dulunya
seorang gamer, memiliki konsol legendaris Nintendo, NES 8-bit. Entah kenapa
saya ingin menjadi seperti ayah saya, yaitu bisa memiliki konsol video gamenya
sendiri.
Konsol NES. (sumber gambar: the sun) |
Bukan hanya alasan
ingin menjadi seperti ayah, keinginan untuk bisa memiliki konsol game ini juga
dikarenakan kondisi pekerjaan yang cukup membuat penat. Bagi seorang gamer
seperti saya, video game adalah pelarian yang tepat untuk sekadar melepas lelah
dan stres setelah seharian bekerja. Saya rasa, saya perlu memiliki konsol video
game sebagai sarana rekreasi dan menyegarkan kembali pikiran ini.
Beberapa konsol
klasik dan modern pun muncul dalam benak saya. Saya ingin memiliki konsol video
game sendiri, tapi yang menjadi pertanyaan adalah, konsol apa? Konsol-konsol
klasik seperti NES, N64, GameCube, hingga Wii sempat menjadi pilihan untuk
dibeli. Termasuk konsol portabel favorit saya, GBA. Kalian mungkin
bertanya-tanya kenapa semua konsol tersebut berasal dari Nintendo, tidak ada
PlayStation. Ya karena saya ini penggemar Nintendo. Serial-serial ikonik
seperti Mario, Zelda, dan Pokemon menjadi alasan saya kenapa saya menginginkan
konsol Nintendo.
Bukan hanya konsol
klasik, konsol terkini pun sempat masuk dalam radar saya untuk dibeli. Yaitu
Nintendo Wii U dan yang terkini, Nintendo Switch. Sayangnya, kendala harga yang
masih terbilang mahal membuat saya berpikir keras untuk meluluskan keinginan
saya (harga Switch masih Rp 6-jutaan). Apalagi sebagai seorang kepala rumah
tangga (saya sudah menikah dan memiliki anak satu), ada lebih banyak kebutuhan
yang mesti diprioritaskan ketimbang bermain video game. Sehingga keinginan
untuk membeli Wii U atau Switch terpaksa saya tahan (atau mungkin saya kubur).
GBA Classic, 3DS Reg, dan NDS Phat. (sumber gambar: Vooks) |
Sementara,
konsol-konsol klasik seperti NES atau N64 mungkin harganya kini lebih murah.
Namun masalahnya adalah mencari kaset-kaset atau cartridge gamenya kini sudah
terbilang sulit. Apalagi judul-judul favorit saya terbilang langka di pasaran.
Kalau mau, saya bisa impor dari luar tapi harganya akan jauh lebih mahal,
apalagi untuk game-game yang langka yang bisa sangat mahal. Ditambah lagi, saya
belum punya televisi di rumah. Kalau belum ada TV, lalu mau dipasang dimana?
Alhasil, pilihan
jatuh pada konsol handheld portabel. Antara GBA, NDS, atau 3DS/2DS. Pilihan
yang sulit, mengingat masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya
tersendiri. Namun setelah menimbang lama, akhirnya pilihan jatuh pada NDS,
tepatnya NDS Lite. Alasannya adalah NDS Lite memiliki slot cartridge GBA yang
artinya bisa memainkan game-game GBA. Artinya lagi, dengan saya membeli NDS
Lite, maka saya sama saja membeli GBA.
Well, sebenarnya
saya ingin membeli 3DS/2DS mengingat konsol ini merupakan generasi terkini.
Sayangnya, harganya masih relatif mahal. Harga bekasnya yang masih memiliki
kualitas bagus rata-rata Rp 1,5 jutaan. Sebenarnya angka ini bukan angka yang
mustahil untuk bisa saya beli, namun sekali lagi, sebagai kepala keluarga saya
memiliki tanggung jawab dan hal-hal yang mesti diprioritaskan terlebih dulu.
Apalagi belakangan ini saya sedang mengalami masalah finansial yang membuat
sulit bagi saya untuk menabung demi sebuah hobi.
Emulator DraStic memainkan Dragon Ball Z: Super Sonic Warriors 2. (sumber gambar: drasticemulatorapk.org) |
Dari
pertimbangan-pertimbangan itulah, keinginan untuk memiliki NDS akhirnya muncul
kembali setelah satu dekade lamanya terlupakan. Sejatinya, saya bisa dengan
mudah memainkannya lewat ponsel pintar saya melalui emulator DraStic. Namun,
ada dua kendala yang membuat saya mesti membeli konsol fisik aslinya ketimbang
bermain lewat emulator di ponsel. Pertama, ponsel saya terbilang boros batere,
tidak kuat digunakan bermain game lama-lama. Pun begitu, fungsi utama ponsel
saya adalah untuk membantu pekerjaan sehari-hari. Tentu akan sangat mengganggu
ketika ponsel saya kehabisan batere sementara ada pesan penting yang harus saya
kawal.
Alasan kedua
adalah, tombol NDS yang dikonversi ke dalam tombol layar sentuh di emulator
ponsel tidak memberikan perasaan yang sama sebagaimana bermain di konsol
aslinya. Sehingga, menjadi sulit untuk ditekan khususnya pada game-game yang
membutuhkan banyak gerak ketangkasan seperti Mario Kart DS, New Super Mario Bros.,
Contra 4, dan Tetris DS. Padahal Tetris DS adalah game yang paling ingin saya
mainkan untuk melepas stres setelah bekerja atau saat ingin membunuh waktu.
Di masa lalu
menggunakan emulator bukan menjadi masalah bagi saya. Karena saya waktu itu
masih lajang, sehingga bukan menjadi masalah bagi saya untuk berlama-lama di
kantor bahkan sampai malam, demi menyelesaikan suatu permainan. Berbeda dengan
sekarang, saya memiliki keluarga yang selalu menunggu saya cepat pulang ke
rumah. Bedanya lagi, dulu saya merupakan penggemar game RPG. Sedangkan saat ini
saya tidak punya waktu untuk memainkan game RPG. Saya terlalu sibuk untuk
membuang-buang waktu dengan random encounter dan durasi permainan yang memakan
waktu berjam-jam. Pada posisi saya saat ini, game-game kasual, puzzle, dan
action lebih menjadi pilihan.
GTA Chinatown Wars, salah satu game yang sangat ingin saya mainkan di NDS. (sumber gambar: invisible gamer) |
Dari nongkrong di
beberapa grup komunitas game di Facebook, saya mengetahui bila harga NDS bekas
berada dalam kisaran Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribuan. Terbilang murah
dibandingkan konsol-konsol portabel lainnya. Sayangnya, banyaknya kebutuhan di
sepanjang 2017 membuat untuk saya begitu sulit untuk bisa mengumpulkan uang
segitu. Selalu saja ada kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih mendesak dan
prioritas. Keinginan memiliki NDS pun akhirnya terpaksa saya redam.
Hingga kemudian
pada Desember 2017 lalu, seseorang menawarkan NDS Lite dengan harga Rp 300 ribu
di salah satu komunitas NDS. Setelah melalui perbincangan singkat dengan
empunya barang, saya setuju untuk membeli NDS Lite tersebut. Kebetulan saya
mendapat rezeki yang tidak diduga-duga. Setelah berdiskusi dengan istri,
akhirnya saya tekadkan untuk membeli NDS Lite tersebut. Mumpung ada yang murah,
dan mumpung ada uangnya.
Akhirnya, NDS Lite
tersebut tiba di tangan saya pada 28 Desember 2017. Saya cukup senang mendapati
kondisi NDS Lite dengan flashcart Edge tersebut cukup mulus. Game-game yang
sudah sangat lama ingin saya mainkan pun saya masukkan ke dalam flashcart.
Tetris DS, Mario Kart DS, New Super Mario Bros., dan jangan lupakan pula
Pokemon, akhirnya bisa saya mainkan dengan sangat lancar di konsol aslinya.
Memainkan game-game
NDS di konsol aslinya memang sangat jauh berbeda dengan via emulator. Khususnya
game-game yang menggunakan vitur layar sentuh seperti Rhythm Heaven dan Elite
Beat Agents. Game-game yang awalnya membuat saya frustrasi ketika memainkan di
emulator, kini terasa sangat menyenangkan dan adiktif ketika saya memainkannya
di NDS Lite. Pun begitu dengan Grand Theft Auto: Chinatown Wars yang sudah dari
dulu sangat ingin saya mainkan.
Keinginan untuk memainkan game Tetris DS di konsol aslinya akhirnya terwujud. |
Akhirnya setelah
sepuluh tahun lebih, sebersit keinginan untuk bisa memiliki NDS dapat terwujud.
Saya tidak pernah menyangka hari itu akan tiba, hari di mana untuk pertama
kalinya sejak NES puluhan tahun lalu, saya kembali bisa memiliki konsol game
asli dari Nintendo. Setelah sebelum-sebelumnya memiliki konsol-konsol clone
Nintendo, salah satunya klon GBA SP yaitu V-Com Portable VCP-8032 yang layarnya
kini rusak dan entah berada di mana sekarang (bila memungkinkan saya akan
mengulasnya dalam artikel terpisah).
Kini NDS Lite
selalu saya bawa kemana-mana. Menjadi pengisi waktu luang yang sangat
menyenangkan di sela-sela pekerjaan. Juga menjadi pelepas penat dan stres yang
sangat mujarab setelah seharian lelah bekerja. Game-game seperti Tetris DS, Zoo
Keeper, dan Rhythm Heaven, menjadi judul-judul yang sering menjadi pilihan
untuk saya mainkan. Bersama dengan judul-judul game serius semacam Grand Theft
Auto: Chinatown Wars, Pokemon Black 2 Version, dan New Super Mario Bros.
Bagi saya saat ini,
cukuplah NDS Lite sebagai konsol game yang akan saya mainkan. Bila memungkinkan
di masa depan, saya berharap bisa memiliki konsol-konsol idaman saya lainnya,
seperti N64, 2DS XL, dan tentu saja: Switch. Kesimpulannya, itulah tadi cerita
pengalaman saya, Gamer Jalanan, tentang perjalanan saya hingga akhirnya bisa
memiliki NDS Lite. Sebuah keinginan yang terwujud setelah terbersit pada lebih
satu dekade lalu. Saya Gamer
Jalanan…. Salam Gamer! (SELESAI-gj)
nice post.
ReplyDeletesaya juga sempat kepikiran ingin membeli console video game, dan akhirnya saya memutuskan untuk membeli ndsi XL mengingat saya sekarang sudah bekerja, dalam waktu dekat ini saya mengincar 3ds xl.. masih menabung untuk beli 3ds xl..
Btw salam kenal.
saya juga penggemar consol nintendo karena game kesukaan saya hanya ada di nintendo, zelda, kirby, dan tentunya metroid
Salam kenal. Maaf baru balas karena kesibukan. Wah, asyik bisa ketemu sesama penggemar game-game Nintendo. Kalau saya sih mengincar New 3DS XL atau 2DS/New 2DS XL. :D
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletesalam kenal ya 😂😂
ReplyDeleteemang menurutku Nintendo the best soal game-game dengan alur cerita yang seru. dlu tahun 2016 sempet punya NDSi tp rusak dan baru beli lagi NDS lite tahun 2018. pengennya sih beliin adek2ku supaya bisa main multiplayer di game macam mario kart dan bomberman. sukses terus admin!!
Salam kenal juga. Terima kasih sudah mampir. :D
DeleteBeliin lah kalau ada uang. Sekarang banyak yang murah kok, kisaran Rp 200 ribu-Rp 300 ribuan. Pasti gak akan nyesel karena game-game NDS itu gak lekang oleh waktu, termasuk juga game-game multiplayer-nya seru-seru.
Aamiin. Sukses juga buat kamu. Terima kasih doanya. ;)
Deleteterimakasih atas infonya jangan lupa kunjungi blog saya ; https://posthigher.home.blog/ dan jangan lupa cek website kampus saya ; ppns.ac.id
ReplyDeleteWah mirip-mirip dengan saya, bedanya karena saya sudah berpenghasilan sendiri jadi saya bisa membeli Nds (saat itu Ndsi regular) lalu sampai sekarang jd hobi koleksi konsol genggam hehhehe.
ReplyDeleteKoleksi konsol genggam memang menyenangkan. :D
DeleteSya skrang lgi nunggu nintendo ds lite,ditoko online,smoga awett
ReplyDeleteAamiin...
DeleteTerharu Gan denger cerita ini... Secara sy juga pengen banget punya NDS dan 3DS... tapi bener Gan,, balik lagi harus mikir anak istri dulu jadi prioritas.. akhirnya sy beli Switch biar bisa main sekeluarga.. tapi dalam hati tetep aja pengen beli NDS...tapi ya nabung dulu..entah kapan kebelinya.. hehe.. semoga Agan masih main Nintendo sampai sekarang..!! Semangat!!
ReplyDeleteSiip.... Semoga NDS-nya segera terbeli. Aamiin...
Delete