Artwork Ninja Gaiden: Dragon Sword. |
HALO Sahabat Gamer, saya Retro Lukman Gamer Jalanan, pekerjaan dan penyakit membuat saya menjadi terlalu lelah (dan terlalu malas) untuk menulis di blog. Namun sebagai seorang blogger yang hobi menulis, khususnya menulis blog, rasanya sangat tidak menyenangkan bila tidak melakukan hobi ini dalam beberapa waktu.
Jadi kali ini saya mengulas tentang game Nintendo DS (NDS) yaitu ‘Ninja Gaiden: Dragon Sword’. Seperti judulnya, game ini merupakan bagian dari serial Ninja Gaiden yang kerap disebut sebagai salah satu serial game paling sulit yang pernah ada. Baik trilogi aslinya di era Nintendo 8-bit NES, atau di era modern, era 2000-an.
Yup, layaknya game-game di NDS yang memanfaatkan touch pen atau stylus dalam skema kontrolnya, Dragon Sword juga menggunakan cara yang sama. Yaitu saya memainkan game ini, menggerakkan Ryu Hayabusa sang karakter utama dengan menggunakan stylus, baik berjalan, melompat, dan juga menyerang lawan.
Posisi memainkan Ninja Gaiden: Dragon Sword. |
Yang membuatnya semakin unik, dalam memainkan game ini saya mesti memegang NDS dalam kondisi seperti membaca buku, sebagaimana game Brain Age. Permainan berlangsung secara penuh di layar bawah, layar sentuh, atau dalam hal ini layar sebelah kanan bagi yang menggunakan tangan kanan dalam memegang stylus. Layar lainnya berfungsi sebagai peta yang menunjukkan arah yang harus dituju. Saya akui cara memegang seperti ini berfungsi dengan sangat baik dalam Dragon Sword yang kontrolnya berfokus di stylus.
Langkah ini sebenarnya cukup riskan, karena bisa jadi kontrolnya tidak menyenangkan dimainkan dan mendapat tanggapan negatif dari gamer. Tak heran bila banyak game aksi sejenis yang bermain aman dengan menggunakan kontrol tombol sebagaimana biasanya. Beruntung eksekusi penggunaan kontrol ini dilakukan begitu baik, sehingga hasilnya bukan mengecewakan, malahan sangat menyenangkan. Team Ninja mampu mengombinasikan layar sentuh dengan cara memegang NDS dengan sangat baik.
Stylus NDS punya peran penting dalam Dragon Sword. |
Menurut saya, skema kontrol seperti ini jelas sesuatu yang unik dan terbilang baru, bahkan untuk konsol NDS itu sendiri. Apalagi tak seperti Brain Age atau game-game dengan penggunaan stylus optimal lainnya, skema di Dragon Sword terbilang begitu intens mengingat game ini adalah game action yang mengharuskan saya memiliki serangkaian refleks cepat dalam setiap pergerakan karakternya apabila saya ingin memenangkan permainan.
Kontrol yang tak biasa ini jelas membuat saya dan siapa saja yang memainkan Dragon Sword mesti membiasakannya terlebih dahulu. Beruntung NDS merupakan konsol yang sangat user friendly dan mudah dimengerti siapa saja, bahkan oleh nongamer sekalipun. Sehingga saya rasa tak butuh waktu lama untuk mempelajari kontrol Dragon Sword hingga kemudian menjadi terbiasa.
Karena skema yang diterapkan Dragon Sword sendiri terbilang relatif mudah, jauh dari kata membuat frustrasi seperti kebanyakan implementasi kontrol stylus lainnya di NDS. Malahan menurut saya kontrol ini merupakan salah satu kekuatan yang menjadikan Dragon Sword bukan sekadar unik, melainkan juga menyenangkan untuk dimainkan. Menjadikan stylus yang sedemikian kecilnya seolah memiliki kekuatan layaknya pedang ninja yang begitu kuat.
Ryu dan Momiji, dua playable character dalam Dragon Sword. |
Dari segi cerita, Dragon Sword yang rilis di 2008 mengambil latar antara game Ninja Gaiden dan Ninja Gaiden II versi Xbox. Meski demikian, saya rasa tidak perlu memainkan game Ninja Gaiden sebelumnya untuk bisa memahami cerita game ini. Walaupun ada bagian yang menceritakan tentang suatu event dan karakter yang diceritakan tewas dalam game terdahulu.
Saya sendiri belum pernah memainkan game Ninja Gaiden di Xbox, akan tetapi saya bisa memahami apa yang terjadi di Dragon Sword yang merupakan kelanjutan game tersebut. Tetapi ini adalah game ninja, ceritanya tentu klise, dengan beragam bumbu yang menjadikannya menarik dan unik. Pada dasarnya, ini tentang seorang ninja yang melawan orang-orang jahat, sesederhana itu.
Jagoan kita yang keren banget. |
Ringkasan cerita lengkapnya, Ryu bersama orang-orang yang tersisa di Desa Hayabusa membangun kembali desa yang hancur dalam serangan pada event enam bulan sebelumnya di game Ninja Gaiden yang pertama. Saat itulah klan ninja jahat Laba-Laba Hitam datang dan menculik Momiji, kunoichi alias ninja perempuan adik dari kekasih Ryu yang tewas dalam serangan di game pertama.
Di saat bersamaan klan tersebut menyerang Desa Hayabusa, menuntut Ryu untuk menyerahkan Pedang Naga yang dijaga klan Hayabusa, untuk membangkitkan iblis Ishtaros. Ryu pun kembali beraksi demi menyelamatkan Momiji sekaligus menghentikan rencana Laba-Laba Hitam yang dipimpin penyihir jahat Obaba, yang membawanya ke dimensi lain dan melawan sederetan pasukan setan.
Cerita dalam Dragon Sword disajikan melalui cuplikan-cuplikan gambar. |
Sebagaimana game-game Ninja Gaiden terdahulu, khususnya trilogi NES, penceritaan plot Dragon Sword ditampilkan dalam serentetan cuplikan gambar atau cutscene yang menarik. Visualnya begitu indah dengan warna-warna yang cerah, yang mengingatkan pada karya-karya seni yang bercerita tentang era kekaisaran Jepang.
Menurut saya, gaya penceritaan ini sangat berhasil membuat kisah dalam Dragon Sword begitu hidup dan menarik diikuti. Apalagi ditambah dengan voice acting atau sulih suara sederhana dalam setiap cuplikan gambar maupun dalam permainan aktif. Walaupun hanya berupa gumaman, geraman, desahan, atau tawa, namun cukup menghidupkan karakter-karakternya ketika dipadukan dengan gambar yang ada. Saya dibuat peduli dengan karakter Momiji yang disandera Laba-Laba Hitam, merasakan kemarahan Ryu, hingga ancaman Obaba. Itulah kenapa saya sebut cerita dalam Dragon Sword terbilang menarik.
Beralih pada departemen visual dan audio, Dragon Sword sangat tidak mengecewakan. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, visual dalam game ini begitu indah. Nuansa Jepang kuno yang begitu alami dengan hutan-hutan bambu, sungai, dan rumah-rumah tradisionalnya begitu terasa. Bisa dibilang Team Ninja sangat serius dalam mengupayakan visual Dragon Sword bisa setara saudara-saudaranya yang hadir di konsol game rumahan kekinian waktu itu.
Kualitas visual terbaik di NDS. |
Tak seperti kebanyakan serial triple A di konsol rumahan yang berubah menjadi tampilan 2D di NDS, Dragon Sword tetap mempertahankan lingkungan permainan 3D sebagaimana game-game Ninja Gaiden modern. Hal ini tentu patut diapresiasi mengingat game sejenis ini jarang dijumpai di NDS. Malahan eksekusinya melampaui ekspektasi, lantaran begitu mendekati kualitas konsol rumahan. Dragon Sword bisa dibilang salah satu game yang memaksimalkan performa NDS hingga mencapai batasnya.
Sebagaimana kualitas visualnya, Dragon Sword juga terbilang cemerlang dalam hal kualitas audio. Musik latarnya juga memunculkan atmosfer Jepang klasik yang khas dengan bebunyian berdenting. Pun dengan efek-efek suaranya seperti suara gesekan pedang, tarikan anak panah, hingga jurus-jurus maut yang dikeluarkan Ryu. Oh ya, jangan lupakan juga musik latar yang begitu mengintimidasi saat Ryu melawan pasukan musuh, terutama saat level-level terakhir.
Gameplay dari Dragon Sword terbilang menyenangkan dimainkan, dengan kontrol stylus yang sudah saya jabarkan sebelumnya. Tingkat kesulitan pada awal permainan mungkin terasa normal, namun seiring progress permainan, akan naik menjadi lebih tinggi ala Ninja Gaiden, yang menurut saya sudah sangat pas bila mengingat ciri khas serial ini yang memang sangat membuat frustrasi. Sehingga sekalipun tingkat kesulitannya tinggi, masih bisa dimaafkan.
Layar kanan merupakan layar aksi, sementara layar kiri sebagai peta lokasi. |
Dragon Sword memanfaatkan benar fitur sentuh NDS dalam kontrolnya, dengan penggunaan stylus memunculkan gerakan-gerakan yang berbeda yang bisa dilakukan Ryu. Menekan layar sekali membuat Ryu melemparkan proyektil macam shuriken atau anak panah, menekan layar sambil menahannya membuat Ryu bisa berlari ke tujuan yang diinginkan, membentuk garis di layar horisontal dan vertikal membuat Ryu mengayunkan pedangnya, sementara membentuk garis ke atas membuatnya melompat.
Selain gerakan Ryu, layar sentuh juga dimanfaatkan untuk memunculkan jurus spesial yang disebut Ninpo. Ini merupakan jurus bertipe elemental, yang bisa diakses Ryu seiring dengan progress permainan, di antaranya dengan membeli pada salah satu karakter kakek-kakek dalam game ini yang saya lupa namanya. Dalam memunculkannya, saya mesti menggambar mengikuti pola huruf Jepang yang muncul di layar sentuh.
Salah satu jurus Ninpo yang bisa dikeluarkan Ryu. |
Jurus ini bukan hanya bisa digunakan untuk menghajar musuh, melainkan juga diperlukan untuk mengakses lokasi-lokasi untuk melanjutkan progress permainan. Seperti misalnya Ninpo api untuk membakar jaring laba-laba raksasa yang menghalangi jalan. Tipikal serangan spesial, Ninpo juga memiliki batas meternya, yang bisa diisi ulang di setiap save point. Batu bersinar biru berbentuk kepala naga menjadi save point yang keberadaannya bisa ditemukan di setiap titik krusial.
Desain level Dragon Sword terbilang variatif, dengan setiap boss yang juga unik menunggu di penghujungnya dalam perjalanan Ryu mengumpulkan Dragon Stone. Saya tidak bisa hanya sekadar ‘hack and slash’, melainkan juga perlu memikirkan strategi lantaran ada beberapa teka-teki yang mesti dipecahkan serta titik kelemahan lawan khususnya boss yang berbeda satu sama lain. Sehingga menjadikan game ini tidak terasa monoton, malahan semakin membuat saya, Retro Lukman Gamer Jalanan tak bisa berhenti memainkannya.
Ada boss yang menunggu di setiap penghujung level. |
Setelah menamatkannya pun, masih ada yang bisa dilakukan dengan game ini. Saya bisa memainkan kembali Dragon Sword dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi, atau memainkan kembali untuk mengumpulkan konten bonus yang tersebar di sepanjang permainan. Untuk opsi pertama mungkin akan saya lewatkan, mengingat di tingkat normal saja sudah sedemikian susahnya.
Selain tingkat kesulitannya yang terbilang tinggi, saya rasa tidak ada kelemahan atau kekurangan lain dari game ini. Dragon Sword menurut saya begitu sempurna untuk ukuran game portable, dengan segala kelebihan dalam hal kontrol, visual audio, plot, hingga gameplay. Saya pun tidak menjadikan tingkat kesulitan dalam game ini sebagai sebuah kelemahan, lantaran itulah yang menjadi tantangan dalam game ini.
Kualitas Dragon Sword setara dengan game Ninja Gaiden di konsol rumahan. |
Secara keseluruhan Dragon Sword merupakan versi definitif Ninja Gaiden di konsol handheld. Game ini membuktikan bahwa game di konsol handheld yang kerap disebut kelas dua juga bisa menjadi setara atau bahkan melampaui saudara-saudaranya di konsol rumahan yang lebih powerful. Tentu saja ini merupakan game wajib bagi penggemar Ninja Gaiden, karena sensasi konsol rumahan juga dapat dirasakan dalam game ini.
Bagian yang paling saya suka dari game ini selain gameplay yang seru, juga ceritanya dan karakter-karakternya yang menarik. Khususnya karakter Momiji, dan hubungannya dengan Ryu. Momiji digambarkan dengan sangat baik dalam game ini, terlihat begitu cantik dan seksi sekalipun saat wajahnya tertutup topeng ninja.
Momiji ditampilkan sebagai sosok perempuan yang kuat, terlebih setelah insiden yang menewaskan kakaknya di game pertama. Namun di satu sisi, Momiji juga digambarkan begitu rapuh, tepatnya saat dia diculik dan disandera Obaba yang melucutinya dengan sangat kasar. Entahlah, saya rasa saya suka dengan karakter ini, apalagi endingnya yang begitu manis. Ya, menurut saya Momiji adalah pasangan yang pas untuk Ryu Hayabusa.
Pasangan serasi. |
Kesimpulannya Dragon Sword adalah game Ninja Gaiden yang sangat bagus dan melebihi ekspektasi saya, menjadikannya salah satu game terbaik di NDS. Saya juga takkan ragu menyebut game ini sebagai game ninja terbaik di handheld Nintendo. Meski begitu saya Retro Lukman Gamer Jalanan memberikan nilai 8 dari skala 10 untuk game ini lantaran tingkat kesulitan yang tinggi dan tidak banyak yang bisa dilakukan setelah permainan selesai.
Bagaimana menurut Sahabat Gamer? Apa pendapat kalian tentang game ini? Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar ya. Sekian ulasan saya untuk Ninja Gaiden: Dragon Sword, sampai jumpa lagi pada ulasan berikutnya. Saya Retro Lukman Gamer Jalanan, salam gamer! (gj)
BACA JUGA:
No comments:
Post a Comment