(sumber gambar: flutterbutter.wikia.com) |
Setelah sebelumnya mengulas game 'Dragon Ball: Advanced Adventure', kali ini saya kembali mengajak sahabat gamer memainkan game Dragon Ball. Bedanya game kali ini dirilis di konsol generasi terkini PlayStation 3 (PS3), dengan judul gamenya yaitu ‘Dragon Ball Z: Battle of Z’ yang diriis tahun 2014 oleh Bandai Namco Games. Seperti yang sudah banyak diketahui, game-game Dragon Ball mayoritas bergenre fighting, dan Battle of Z termasuk di antaranya. Bedanya Battle of Z memiliki elemen beat’em ups dalam mode single-player. Mode inilah yang saya bahas dalam momen satu jam bermain kali ini.
Terbiasa memainkan game-game Dragon Ball di konsol klasik membuat saya penasaran bakal seperti apa game Dragon Ball di konsol game terkini. Saya cukup bingung memilih antara Battle of Z atau Xenoverse, tapi pada akhirnya saya memilih Battle of Z karena grafisnya menampakkan Beerus (di Amerika disebut Bills), karakter dewa petarung dalam film 'Dragon Ball Z: Battle of Gods'. Jadi saya berasumsi kalau game ini bakal menghadirkan karakter Beerus bahkan juga karakter Goku dalam mode Super Saiyan God. Buat saya Battle of Gods adalah movie Dragon Ball Z yang menarik karena merupakan kelanjutan resmi/canon dari serial Dragon Ball Z buatan Akira Toriyama, setelah event pertarungan melawan Buu.
Layar judul yang keren. |
Segera setelah saya menekan tombol START, di layar muncul gambar bola energi yang melayang mengitari bumi yang kemudian digantikan tiga kotak pilihan mode dalam game ini dan kotak option. Ada tiga mode permainan dalam game ini yaitu Single-Player, Co-op Mode, dan Battle Mode. Karena saya mainnya seorang diri maka jelas Single-Player menjadi mode yang saya pilih di sini. Co-op Mode kemungkinan adalah mode multiplayer cooperative sementara Battle Moe saya duga merupakan mode multiplayer kompetitif atau versus. Kedua mode rupanya masih terkunci, membuat Single-Player menjadi satu-satunya mode yang bisa saya mainkan.
Master Roshi menyambut di layar loading. |
Misi pertama berjudul ‘Beginning of Battle!’, di mana saya dibawa ke wilayah perbukitan tandus sebagaimana yang sering menjadi arena pertarungan dalam serial animasi Dragon Ball Z. Goku tiba-tiba meluncur dari atas, menjejak tanah dengan kerasnya sehingga memunculkan debu. Setelah sedikit pose bergaya, muncul tulisan BATTLE START di mana kendali Goku kini berada di tangan saya. Dengan sudut pandang orang ketiga sebagaimana game-game 3D action kebanyakan, saya bisa menggerakkan karakter Goku dengan lincahnya ke berbagai arah yang ada.
Tampilan interface awal mode single-player. |
Berikutnya saya bergerak ke arah musuh sesuai arah yang diberikan radar yang ada di pojok kanan bawah layar permainan. Di radar, lokasi musuh ditandai dengan segitiga merah sementara lokasi saya ditandai dengan segitiga biru. Ketika tiba di lokasi musuh, tiba-tiba muncul dua Saibamen berwarna biru dari dalam tanah. Rupanya kekuatan jahat itu berasal dari dua Saibamen tersebut. Ini adalah kali kedua saya berkonfrontasi dengan Saibamen, makhluk asing pendek yang lebih jelek dari Piccolo yang berperan sebagai grunt atau pasukan musuh. Pertama kalinya saya melawan mereka di game RPG Dragon Ball Z yang rilis di konsol Super Famicom, The Legend of Super Saiyan.
Goku merasakan aura jahat. |
Untuk serangan standarnya yaitu ‘melee attack’ dan ‘ki blast attack’, di mana saya juga bisa menangkis serangan lawan dengan ‘guard’. Segera saja saya menghajar dua cecenguk ini dalam pertarungan yang terasa menyenangkan untuk dimainkan. Secara otomatis karakter saya yaitu Goku akan melayang, terbang, dan mengejar lawan dengan begitu cepat saat saya menekan tombol ‘melee attack’ ketika sudah berada di dekat lawan. Bentuk ‘melee atack’ ini bervariasi, mulai dari pukulan, tendangan, hingga hantaman ke tanah. Melakukan serangan-serangan jarak dekat ini berkali-kali terasa begitu menyenangkan, memunculkan tensi duel Dragon Ball Z yang sebenarnya.
Fitur Lock-On yang sangat membantu. |
Menurut saya kedua tipe serangan ini baik ‘melee attack’ dan ‘ki blast attack’ dihadirkan secara alami, responsif, dan mudah dilakukan yang buat saya sudah cukup dalam menghadirkan sensasi duel sengit sebagaimana yang sering saya saksikan di televisi. Begitu cepat dan begitu intens. Apalagi pergerakan kameranya begitu responsif, dengan efek-efek serangan yang keren pada beberapa titik. Dalam hal ini, gambar di layar akan berubah menjadi slow motion dengan tampilan jarak dekat dan juga efek serangan keren yang dihasilkannya. Ya kira-kira seperti slow-motion dalam game ‘Batman: Arkham Asylum’ yang pernah saya mainkan sebelumnya.
Blast Spark alias Kamehameha. |
Setelah dua kali ‘enemy reinforcement’, pertarungan pertama ini pun selesai juga. Akhirnya Goku bisa pulang ke rumah untuk menyantap masakan Chi-Chi, istrinya. Mission Complete. Papan skor permainan pun muncul berikut rank yang dihasilkan dari permainan saya. Di sini ada sedikit elemen RPG di mana terjadi penambahan experience (EXP) yang membuat saya naik peringkat atau rank. Saya juga dapat hadiah koleksi kartu yang tidak saya pedulikan, yang kemudian saya ketahui bisa berperan dalam meningkatkan statistik karakter saya. Card Collection pun terbuka dan di layar loading (dengan Master Roshi di sana) terdapat beberapa instruksi bagaimana cara menggunakan kartu-kartu tersebut.
Kustomisasi karakter menggunakan card collection. |
‘Enemy Reinforcement’ beberapa kali terjadi, kali ini mendatangkan Saibamen berwarna hijau. Setelah menaklukkan beberapa bala bantuan Saibamen, tiba-tiba muncul tulisan WARNING di layar permainan. Cutscene bergulir di mana sesuatu benda yang berat meluncur jatuh ke tanah, memunculkan ledakan yang cukup besar untuk bisa menghempaskan Krillin. Dari dalam benda itu muncul Raditz, yang begitu muncul langsung mengolok-olok Goku yang dipanggilnya dengan sebutan Kakarot. Kendali permainan dengan cepat kembali pada saya yang mesti mengalahkan Raditz yang jauh lebih kuat dari Saibamen.
Raditz menantang Goku. |
Kembali ke pertarungan melawan Raditz, tidak banyak yang bisa saya ceritakan di sini selain pertarungan ini terasa jauh lebih ketat walaupun saya tidak terlalu sulit untuk mengalahkannya. Saya sebelumnya menduga dalam pertarungan ini Goku akan dibuat mati sebagaimana dalam serial animasinya, namun ternyata Goku berhasil dengan sukses mengalahkan Raditz. Dalam pertarungan ini pun saya untuk pertama kalinya menggunakan ‘kamehamema slam’ yang powerful, dengan menekan kombinasi tombol yang ada. Menurut saya serangan keren seperti ini memang cocoknya untuk lawan-lawan keren seperti Raditz, dan saya yakin masih banyak lawan keren lainnya yang bakal menyusul.
Bala bantuan Saibamen. |
Oke, lupakan soal curhat colongan ini, kembali ke permainan. Setelah menyelesaikan mission 2, dua karakter baru kini bisa diakses atau ‘unlocked’ yaitu Gohan kecil dan Raditz. Selain itu item collection juga terbuka, dengan layar loading menginstruksikan bagaimana caranya menggunakan item-item tersebut. Kini lanjut ke misi ketiga yaitu ‘Hellish Training’, di mana karakter yang saya gunakan kini bukanlah Goku melainkan putranya, Kid Gohan atau Gohan kecil. Pada misi kedua ini selain bekerja sama dengan Krillin saya juga bekerja sama dengan dua Z-Fighter lainnya, Yamcha dan Tien.
Kid Gohan dihajar tiga Piccolo sekaligus. |
Dan bisa ditebak yang terjadi berikutnya adalah Gohan jadi bulan-bulanan Piccolo dan saya tidak tahu harus berbuat apa. Satu orang Piccolo saja sudah terlalu kuat untuk dikalahkan, apalagi sampai tiga Piccolo. Beruntung kemudian di saat Gohan terhempas dan kehilangan harapan, muncul Krillin bersama Yamcha dan Tien, menawarkan diri membantu Gohan untuk mengalahkan ketiga Piccolo. Karena Piccolo setuju, maka pertarungan selanjutnya pun menjadi lebih mudah, yaitu petarungan Gohan, Krillin, Yamcha, dan Tien melawan tiga Piccolo. Dalam hal ini saya sebagai Gohan kecil bisa berfokus pada satu Piccolo sebelum menjatuhkan Piccolo yang lain.
Kid Gohan melakukan Energy Share. |
Pertarungan melawan Piccolo merupakan pertarungan yang begitu intens dan sulit. Bahkan walaupun saya sudah berhadapan satu lawan satu dengannya, saya masih saja jadi bulan-bulanan jurusnya. Ketika dua Piccolo sudah jatuh, Piccolo memunculkan kekuatannya yang sesungguhnya dan menjadi lebih beringar. Alhasil saya sempat kehabisan energi namun beruntung teman-teman saya masih sempat membagikan energinya sehingga saya, sebagai Gohan kecil, bisa bangkit kembali.
Serangan kerja sama Synchro. |
Mission Complete, di mana saya menggerakkan Gohan terbang melayang kesana- kemari saat tiba-tiba muncul tulisan ENERGY REQUEST dengan sorot mata Goku muncul juga di layar permainan. Sebuah bola energi yang besar muncul dan menurut teman-temannya Gohan, itu adalah permintaan transfer energi untuk dikirimkan kepada para petarung lain yang sedang bertarung di tempat lain di dunia ini. Yang perlu saya lakukan kemudian adalah menekan tombol O sebanyak mungkin sebelum waktunya habis dan melihat seberapa banyak energi yang bisa saya kirimkan. Misi ketiga pun akhirnya selesai dan kini saya bisa mengakses karakter Krillin, Tien, dan Yamcha, serta Co-op Mode.
Nappa dan Saibamen. |
Ketika saya menghajar Saibamen, saya melepaskan pertahanan saya dari Nappa dan si botak itu pun dengan mudah menghajar saya baik dengan serangan-serangan fisiknya yang cepat maupun dengan serangan jarak jauh. Saya pun jadi bulan-bulanan dan kalah, permainan berakhir. Mungkin inilah pertama kalinya saya mengulang permainan. Saat mengulang permainan, saya mengubah strategi dengan kini saya beralih menyerang Nappa terlebih dulu. Rupanya memang saya mesti mengalahkan Nappa sementara Saibamen hanya pengalih perhatian.
Nappa terus-menerus menangkis serangan Kid Gohan. |
Meski begitu strategi ini terbilang lama dan membuat saya tak sabar. Sehingga saya beberapa kali melesatkan ‘blast spark’ yang sayangnya berhasil dihindarinya. Saya putuskan untuk kembali mendaratkan serangan-serangan jarak dekat namun kali ini saya berusaha melayangkan serangan secepat mungkin yang bisa saya lakukan. Dengan kerja sama yang baik, beberapa kali SYNCHRO, akhirnya Nappa berhasil dikalahkan dan mission complete. Tapi sebelum beralih ke misi berikutnya, kembali muncul ‘Energy Request. Kini saya bisa mengakses karakter Piccolo dan Saibamen, dan juga mengakses Battle Mode.
Percabangan misi yang menyebalkan. |
Misi kelima yaitu ‘The Cornered Nappa’, di mana Gohan dan ketiga temannya kembali berhadapan dengan Nappa yang tampaknya kali ini tersudut di lokasi yang sama saat Goku bertarung melawan Raditz di misi kedua. Merasa tersudut, kali ini Nappa mengeluarkan seluruh kekuatannya, menghajar Gohan tanpa ampun. Beberapa kali saya kehabisan energi dan nyaris tewas kalau saja Krillin dan kawan-kawan tidak membagikan energi mereka. Pertarungan sempat terhenti sebentar saat Vegeta datang dan menenangkan Nappa. Vegeta mengatakan kalimat motivasi yang cukup memberi semangat Nappa, tapi tetap saja saya berhasil mengalahkannya atau tepatnya membunuhnya.
Vegeta siap bertarung. |
Saya lantas mengambil strategi ‘hit and run’ seperti yang saya gunakan pada pertarungan-pertarungan sebelumnya. Yaitu dengan terbang melayang, berputar menghindari tembakan-tembakan Vegeta sambil terus fokus mengunci sasaran ke arahnya. Saya tidak akan menceritakan secara detail pertarungan ini mengingat betapa melelahkannya pertarungan melawan Vegeta. Yang saya lakukan adalah melakukan semua jenis serangan yang bisa digunakan, baik melee ataupun serangan berbasis ki. Singkatnya saya berhasil menguras habis health point (HP) Vegeta, menjatuhkannya dan tiba-tiba muncul tulisan WARNING besar di tengah layar.
Great Ape Vegeta mengancam. |
Tapi ya sudahlah, lupakan saja detail itu, karena toh lagi-lagi ini game Dragon Ball Z, yang penting ya gebuk-gebukannya. Intinya saat ini saya berhadapan dengan Vegeta yang telah berubah menjadi kera raksasa. Sesuai dengan namanya, Great Ape bukanlah lawan yang mudah untuk dikalahkan. Badannya begitu besar dan kekuatan serangannya juga begitu kuat. Dia menghantam dengan anggota-anggota tubuhnya dan mengeluarkan semburan sinar merah yang begitu kuat. Apalagi saat tubuhnya menyala merah, membuat saya mesti menjauh sementara. Hanya dalam sekali semburan saja saya sudah kehabisan begitu banyak energi, membuat saya berkali-kali mengandalkan ‘energy share’ dari Z-Fighter lainnya.
Great Ape menembakkan sinar penghancurnya yang dahsyat. |
Berikutnya saya berpikir saya mesti menguras satu per satu HP dari anggota tubuh Great Ape tersebut. Namun anehnya sasaran kunci saya di Great Ape hanya ada satu dan ketika saya melakukan ‘melee attack’, serangan itu mengenai bagian tubuhnya secara acak. Saya mesti bergerak ke anggota tubuh tertentu untuk bisa mendaratkan serangan tepat di bagian yang saya inginkan. Meski begitu perlahan HP masing-masing anggota tubuh tersebut mulai berkurang secara signifikan berkat perpaduan serangan jarak dekat dan jarak jauh yang saya lakukan, utamanya ‘blast spark’ alias sekali lagi, kamehameha.
Great Ape menangkap Kid Gohan. |
Satu jam telah terlewati dan sekarang saatnya saya untuk memberikan ulasan singkat serta kesimpulan dalam permainan selama satu jam ini. Battle of Z terbilang seru juga ya, sampai-sampai waktu satu jam sama sekali tidak terasa. Padahal biasanya game beat’em up kayak gini tuh bakal membosankan lho, tapi nyatanya waktu satu jam permainan ini terasa begitu penuh. Seperti biasa saya akan memulai ulasan ini dari segi grafis yang menurut saya tidak terlalu mengesankan bahkan bisa saya bilang begitu standar. Game ini dirilis di PS3, namun kualitas grafisnya kok gak jauh berbeda ya sama grafis game-game PS2?
Lihatlah betapa lucunya kepala Tien. |
Meski tidak terlalu mengesankan dan kurang memaksimalkan kemampuan PS3, namun tetap saja perpaduan setiap gambar yang ada dalam game ini mampu menghidupkan keseruan pertarungan ala Dragon Ball Z, sebagaimana yang saya saksikan di televisi. Setiap serangan, baik itu serangan fisik maupun serangan super, digambarkan dengan begitu indah. Kecepatan setiap pukulan dan tendangan begitu terasa, pun dengan ‘blast spark’ atau kamehameha yang terlihat begitu mengancam. Efek-efek ledakannya pun begitu pula, membuat saya terhanyut ke dalamnya. Pergerakannya animasinya juga begitu dinamis, terlebih pada perubahan tempo tepatnya saat karakter bergerak cepat baik itu berlari maupun terbang. Buat ini semakin menghidupkan pertarungan udara Dragon Ball Z yang begitu khas.
Perpaduan grafis dan audio hasilkan efek pertarungan yang keren. |
Untuk gameplay mungkin tidak perlu saya bahas lagi ya, karena ya ini kan game Dragon Ball Z yang lain yang artinya apa yang kalian cari selain saling hantam dan serang satu sama lain? Saya sendiri agak bingung dalam mendeskripsikan genre game ini karena di satu sisi ada elemen fighting yang kuat di sini, namun di sisi lain ada elemen beat’em up juga yang membuat game ini terasa berwarna. Pun begitu sentuhan RPG dalam hal kustomisasi karakter melalui card dan item collection menurut saya terbilang menarik, sedikit menambahkan kedalaman pada game Dragon Ball Z yang sebelumnya sekadar diisi dengan main hantam.
Battle of Z memiliki premis multiplayer yang menarik. (sumber gambar: einfogames.com) |
Battle of Z memiliki kontrol yang begitu baik, sangat baik malah, di mana tidak butuh waktu lama bagi saya untuk terbiasa dengan skemanya. Begitu mudah melakukan ‘melee attack’ dan ‘ki spark’, sementara kombinasi tombol untuk memunculkan serangan yang lebih kuat terbilang mudah untuk dilakukan. Apalagi dengan adanya fitur lock-on ala Zelda. Kendali untuk bergerak pun begitu responsif, membuat setiap pergerakan baik di di darat maupun terbang melayang terasa sangat menyenangkan. Sayangnya saya menemukan celah dalam pergerakan kamera di mana beberapa kali kamera tak terarah dengan baik dan membingungkan.
Lihatlah betapa tidak pasnya percakapan dengan adegan yang tengah berlangsung. |
Seperti yang sudah kalian baca di atas, pertarungan antara Goku melawan Raditz berganti begitu saja dengan pertarungan antara Gohan dan Piccolo, tanpa ada sedikit pun penjelasan apa yang terjadi dalam rentang waktu antara kedua pertarungan ini. Buat para penggemar Dragon Ball Z, hal ini mungkin tidak merisaukan mengingat semuanya sudah tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba saya mengendalikan Kid Gohan dan saya tidak tahu kenapa tiba-tiba ada Kid Gohan di sana, berlatih dengan Piccolo. Lalu kenapa Goku?
Kemunculan Great Ape begitu spontan. |
Ya memang sih seperti yang banyak diamini oleh para pemain Dragon Ball Z, narasi bukan hal yang penting dalam game Dragon Ball, tapi setidaknya berikan sedikit cutscene di sela-sela pergantian misi agar pemain atau apa yang akan mereka hadapi dan bagaimana itu bisa terjadi. Ini PS3 lho, yang notabene memiliki kemampuan HD dan penggambaran sinematik yang wah sudah jamak ada di konsol ini. Masak ya kalah sama Dragon Ball: Advanced Adventure yang walaupun hadir dalam konsol serba terbatas namun bisa memberikan sedikit gambaran kronologi cerita.
Pengalaman Dragon Ball Z yang sebenarnya. |
Tapi untuk mode single-player, saya rasa replay value game ini sangat sedikit. Selain genrenya yang menurut saya membosankan bila dimainkan sendirian, terlalu banyak pengulangan dalam perjalanan menyelesaikan mode ini. Apalagi tingkat kesulitannya juga tidak terlalu mencekik, dalam artian saya akan segera bisa mengatasi semuanya saat saya sudah menemukan celahnya, yang bagusnya segera saya temukan sejak awal-awal permainan. Meski begitu beberapa variasi pertarungan seperti melawan Great Ape buat saya cukup menjadi alasan memainkan game ini untuk kali kedua.
Beerus alias Bills, alasan memainkan game ini kembali. |
Akhirnya, setelah satu jam bermain, saya pikir tidak ada salahnya untuk saya kembali memainkan game ini bila kondisinya memungkinkan. Karena saya baru tiba di pertarungan melawan Vegeta, sementara masih banyak lawan tangguh Dragon Ball Z yang belum saya hadapi semisal Frieza, Cell, Buu, bahkan yang paling saya nantikan di game ini, Beerus. Saya penasaran bagaimana serunya adu kuat melawan Beerus, mengingat karakter ini belum pernah saya temui sebelumnya di game-game Dragon Ball Z. Jelas pertemuan dengan Beerus adalah apa yang saya harapkan dari game ini.
Meski menghadirkan beberapa inovasi baru, Battle of Z buat saya adalah tetap game Dragon Ball Z standar. Dan karena saya penggemar Dragon Ball, saya pikir game ini perlu ada dalam koleksi game PS3 saya, walaupun saya kecewa tidak ada fitur local multiplayer di game ini seperti yang dulu sering saya mainkan dalam game Dragon Ball Z yang ada di PS2 bersama teman saya. Dari skala 1 sampai 10, saya beri game ini nilai impresi 7 yang artinya cukup layak untuk dimainkan kembali. Beerus adalah alasan kenapa saya mesti memainkan game ini kembali. Saya Gamer Jalanan, terima kasih sudah membaca pengalaman saya ini dan... Salam Gamer! (gj)
*NB: Cuplikan-cuplikan screenshot diambil dari Youtube
Level 18 dung, dibahas..
ReplyDelete